Tanggung jawab maskapai penerbangan PT. Lion Air Medan

69

C. Tanggung jawab maskapai penerbangan PT. Lion Air Medan

terhadap penumpang dalam pelayanan, keselamatan, keamanan, ganti rugi terhadap penumpang Lion Air Medan Realisasi tanggung jawab yang dilaksanakan PT. Lion Air tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam merealisasikan pertanggung jawaban yaitu antara lain : a. Prosedur yang tidak dimengerti oleh penumpang PT. Lion Air sebelum melakukan pertanggung jawaban kepada penumpang akibat kecelakaan ataupun kehilangan barang bawaan atau bagasi penumpang akibat dari kelalaian pihak maskapai penerbangan biasanya maskapai penerbangan selalu menerapkan beberapa prosedur yang harus dilengkapi oleh pihak penumpang seperti mengisi formulir pernyataan kehilangan barang serta menyertakan tiket penumpang, tiket bagasi dan kartu tanda pengenal penumpang.Bagi beberapa penumpang hal seperti ini dirasakan sebagai alat untuk mempersulit penumpang pesawat udara, karena mereka menganggap prosedur- prosedur dari PT.Lion Air yang harus dilengkapi ini sebagai penghalang untuk mendapatkan ganti kerugian atas klaim yang mereka ajaukan kepada maskapai penerbangan dan jua dirasakan oleh penumpang untuk megulur waktu pertanggung jawaban kepada penumpang pesawat udara. b. Penumpang menggunakan tiket atas nama atau milik orang lain Ketika tidak terjadi kecelakaan pada pesawat yang ditumpangi oleh penumpang yang menggunakan tiket orang lain tidak akan menjadi permasalahan karena penumpang sampai ke tujuan dengan selamat akan tetapi apabila saat 70 terjadi kecelakaan pesawat ditemukan penumpang yang menggunakan tiket atas nama atau milik orang lain, maka hal ini dapat menjadi penghambat dalam realisasi tanggung jawab pengangkut udara apabila penumpang tersebut mengalami kerugian yang diakibatkan oleh pihak maskapai penerbangan.Dalam kejadian ini PT.Lion Air akan melakukan pengecekan identitas ppenumpang dengan tiket penerbangan yang digunakan, apabila terbukti penumpang tersebut menggunakan tiket atas namamilik orang lain maka pihak asuransi tidak akan memberi ganti rugi. Ganti rugi hanya akan diberikan hanya untuk penumpang yang identitasnya sama dengan yang tertera di dalam tiket. Pada prinsipnya, penumpang yang diasuransikan oleh PT. Lion Air adalah namanya yang tercantum didalam tiket. Apabila tiket dipakai oleh orang lain, maka perusahaan asuransi tidak akan memberikan ganti rugi. Hal itu merupakan resiko penumpang yang menggunakan tiket atas namamilik orang lain. Berbagai macam persoalan maskapai persoalan maskapai yang terjadi akan diminimalisir oleh pemerintah. Departemen Perhubungan sebagai regulator penerbangan membuat aturan baru mengenai penyelenggaraan pengangkutan udara. Peraturan Menteri Perhubungan tersebut adalah Peraturan Menteri No.77 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, baru-baru ini juga Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Perhubungan No.12 Tahun 2015 tentang Perizinan Angkutan Udara Online dan Peraturan Menteri Perhubungan No.13 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang Slot Time Bandar Udara.Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri tersebut maka maskapai penerbangan akan lebih berhati-hati dalam mengatur jadwal penerbangan guna meminimalisir keterlambatan pesawat serta mengurangi 71 biaya anggaran pertanggung jawaban mereka akibat kecelakaan pesawat, dan meminimalisir penumpang yang menggunakan tiket pesawat atas nama orang lain. c. Ahli waris korban yang meninggal Hambatan yang kadang terjadi dalam perwujudan realisasi tanggung jawab PT. Lion Air terhadap penumpang yaitu dari segi ahli waris. Ahli waris dalam hal ini adala ahsli waris dari penumpang yang meninggal akibat kecelakaan penerbangan. Beberapa ahli waris dari keluarga penumpang yang meninggal berselisih menginginkan dan merasa berhak atas ganti kerugian yang diberikan PT.Lion Air. Adanya hal tersebut maka akan meghambat dalam pemberian uang ganti rugi atas penumpang yang meninggal, karena belum adanya kepastian kepada ahli waris yang mana ganti rugi tersebut akan diberikan. Solusi yang diambil PT. Lion Air dalam masalah ahli waris dari penumpang yang meninggal adalah mengusahakan perdamaian antara ahli waris, apabila perdamaian tidak tercapai maka pihak PT. Lion Air akan meminta fatwa waris dari pengadilan yaitu berisi tentang siapa ahli waris yang berhak menerima ganti kerugian. Surat tersebut harus ditandatangani dan disetujui oleh pihak keluarga. Untuk yang beragama Islam dimintakan ke Pengadilan Agama, sedangkan untuk yang beragama lain dimintakan ke Pengadilan Negri setempat. Setelah dikeluarkannya fatwa waris dari pengadilan yang terkait, maka pemberian ganti rugi baru akan dilakukan. d. Warga Negara Asing yang melakukan pernerbangan domestik Warga negara asing yang melakukan penerbangan domestik juga sering menjadi hambatan dalam realisasi tanggung jawab PT. Lion Air. Hal ini disebabkan karena apabila terjadi kecelakaan atau kerugian yang disebabkan 72 karena kesalahan pengangkut, ganti rugi yang diberikan jumlahnya kecil atau tidak sebesar ketentuan ganti kerugian yang diterapkan di negaranya.Dalam hal ini maka ganti rugi yang diberikan tetap berdasarkan hukum nasional yaitu Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, karena penerbangan yang dilakukan Warga Negara Asing tersebut adalah penerbangan domestik. Dengan masalah ganti rugi tersebut kadang warga negara asing tersebut mengajukan klaim di negaranya, dengan mengajukan kasus tersebut ke pengadilan negaranya. Apabila warga negara asing tersebut mengajukan klaim di negaranya, maka kasus ini akan diselesaikan melalui pengadilan. Kegiatan penerbangan yang dilaksanakan oleh PT. Lion Air tidak selalu berjalan dengan lancar dan sempurna, kemungkinan akan terjadi hal-hal yang menyebabkan kerugian bagi penumpang, baik berupa kecelakaan, hilang atau rusaknya bagasi milik penumpang, maupun adanya suatu keterlambatan atau penundaan penerbangan. Apabila hal tersebut terjadi maka, maka penumpang akan mendapatkan ganti kerugian dari pihak maskapai penerbangan. Hal ini merupakan realisasi dari tanggung jawab perusahaan pengangkutan udara. Ketentuan mengenai besarnya ganti kerugian terhadap penumpang terdapat dalam Ordonansi Pengangkutan Udara Staatblad 1939 N.100, namun ketentuan tesebut tidaklah sesuai lagi dengan keadaan ekonomi masyarakat pada zaman sekarang. Maka dibentuklah peraturan baru yang disesuaikan dengan keadaan perekonomian masyarakat zaman sekarang yaitu Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. 73 PT. Lion Air menganut ketentuan ganti kerugian terhadap penumpang sesuai dengan Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. PT.Lion Air taat dan patuh terhadap peraturan yang telah ditetapkan pemerintah guna terciptanya penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman sesuai dengan apa yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Penerbangan. PT.Lion Air mempunyai visi memberikan pelayanan yang konsisten pada penumpangnya. Artinya bahwa, pelayanan yang diberikan PT. Lion Air adalah pelayanan yang adil dan merata kepada segenap penumpangnya, tanpa membedakan suku, agama, dan keturunan, serta tingkat ekonomi. PT. Lion Air selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dan konsisten pada penumpangnya.Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan dimana terpenuhinya persyaratan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang umum lainnya.Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur. Mengenai hal keselamatan dan keamanan, PT.Lion Air menerapkan aturan penyelenggaraaan penerbangan yang memenuhi standart keselamatan dan keamanan yang mengacu pada regulasi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional ICAO. 64 64 Hasil Wawancara dengan Ellen Novianna Manalu Deputy Manager PT.Lion Air Medan Program keselamatan penerbangan pada PT. Lion Air memuat peraturan keselamatan, sasaran keselamatan, sistem pelaporan keselamatan, analisis data dan pertukaran informasi keselamatan safety data 74 analysis and exchange , kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian accident and incident investigation , promosi keselamatan safety promotion, pengawasan keselamatan safety oversight, dan penegakan hukum law enforcement. Sedangkan program keamanan penerbangan pada PT. Lion Air memuat peraturan keamanan, sasaran keamanan, personel keamananan, pembagian tanggung jawab keamanan, perlindungan bandar udara, dan fasilitas navigasi, pengendalian dan penjaminan keamanan terhadap orang dan barang di pesawat udara, penanggulangan tindakan melawan hukum, penyesuaian keamanan terhadap tingkat ancaman keamanan, dan pengawasan keamanan penerbangan. PT. Lion Air juga menganut peraturan keselamatan penerbangan yang ditetapkan oleh IATA Internasional Air Transport Association dan PT.Lion Air juga tunduk dan taat terhadap peraturan keselamatan dan keamanan penerbangan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Peraturan Menteri yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan dalam pelaksanaan penerbangan. Mengenai ketentuan ganti rugi terhadap penumpang yang mengalami kerugian, PT. Lion Air menganut kententuan ganti rugi terhadap penumpang sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan udara. Adapun ketentuan ganti rugi terhadap penumpang menurut Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 diatur dalam Pasal 3, 5, 10, dan 11. Pasal 3 Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 berbunyi: Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang meninggal dunia, cacat tetap atau luka-luka : Penumpang yang meninggal dunia di dalam pesawat udara karena akibat 75 kecelakaan pesawat udara atau kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara diberikan ganti kerugian sebesar Rp.1.250.000.000,00 satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah per penumpang;Penumpang yang meninggal dunia akibat suatu kejadian yang semata- mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara pada saat proses meninggalkan ruang tunggu bandar udara menuju pesawat udara atau pada saat proses turun dari pesawat menuju ruang kedatangan di bandar udara tujuan danatau bandar udara persinggahan transit diberikan ganti kerugian sebesar Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah per penumpang;Penumpang yang mengalami cacat tetap, meliputi :Penumpang yang dinyatakan cacat tetap total oleh dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari kerja sejak terjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebesar Rp.1.250.000.000,00 satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah per penumpang danPenumpang yang dinyatakan cacat tetap sebagian oleh dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari kerja sejak terjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebagaimana yang termuat dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 5 Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 berbunyi: Jumlah ganti kerugian terhadap penumpang yang mengalami kehilangan, musnah atau rusaknya bagasi tercatat adalah sebagai berikut :Kehilangan bagasi tercatat atau isi bagasi tercatat atau bagasi tercatat musnah diberikan ganti kerugian sebesar Rp.200.000,00 dua ratus ribu rupiah per kg dan paling banyak Rp.4.000.000,00 empat juta rupiah per penumpang; danKerusakan bagasi tercatat, diberikan ganti kerugian sesuai jenisnya bentuk, ukuran dan merk bagasi tercatat, Bagasi tercatat 76 dianggap hilang apabila tidak ditemukan dalam waktu 14 empat belas hari kalender sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandar udara tujuan, Pengangkut wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang atas bagasi tercatat yang belum ditemukan dan belum dapat dinyatakan hilang sebesar Rp.200.000,00 dua ratus ribu rupiah per paling lama lama untuk 3 tiga hari kalender. Pasal 10 Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 mengatakan : Jumlah ganti kerugian untuk penumpang atas keterlambatan penerbangan ditetapkan sebagai berikut:Keterlambatan lebih dari 4 empat jam diberikan ganti rugi sebesar Rp.300.000,00 tiga ratus ribu rupiah per penumpang;Diberikan ganti kerugian sebesar 50 lima puluh persen dari ketentuan huruf a, apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan penerbangan akhir penumpang re-rounting, dan pengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan atau menyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidak ada moda transportasi selain angkutan udara;Dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikatnya atau penerbangan milik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk peningkatan kelas pelayanan up grading class atau apabila terjadi penurunan kelas atau sub kelas pelayanan, maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiket yang dibeli. Pasal 11 Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 mengatakan : Terhadap tidak terangkutnya penumpang, pengangkut wajib memberikan ganti kerugian berupa :Mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan; 77 danatauMemberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidak ada penerbangan lain ke tempat tujuan Menurut Pasal 12 Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 berbunyi : Dalam hal terjadinya pembatalan penerbangan, pengangkut wajib memberitahukan kepada penumpang paling lambat 7 tujuh hari kalender sebelum pelaksanaan penerbangan. Pembatalan penerbangan sebagaimana yan dimaksud, pengangkut wajib mengambalikan seluruh uang tiket yang telah dibayarkan oleh penumpang. Adapun realisasi tanggung jawab yang dilakukan PT.Lion Air terhadap penumpang yang mengalami kerugian menurut Ibu Ellen Novianna Manalu Deputy Manager Lion Air Medan adalah sebagai berikut : 1. Ganti rugi terhadap Kematian atau Lukanya Penumpang. PT. Lion Air sebagai pihak pengangkut memiliki tanggung jawab terhadap penumpang yang diangkutnya. Dalam hal ini, apabila terjadi musibah kecelakaan pada saat melakukan penerbangan, PT. Lion Air akan memberikan ganti kerugian terhadap penumpang yang meninggal, luka-luka maupun cacat tetap. Dalam hal memberikan ganti kerugian, PT. Lion Air menganut ketentuan yang diterapkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara, yang menyebutkan bahwa:Ganti rugi bagi penumpang yang meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat diberikan ganti kerugian sebesar Rp.1.250.000.000,00 satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah per penumpang;Ganti rugi bagi penumpang yang meninggal dunia akibat suatu kejadian yang semata-mata ada hubungannya dengan pengangkutan udara pada saat proses meninggalkan ruang tunggu bandar udara menuju pesawat udara 78 atau pada saat proses turun dari pesawat menuju ruang kedatangan di bandar udara tujuan danatau bandar udara persinggahan transit diberikan ganti kerugian sebesar Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah per penumpang;Ganti rugi bagi penumpang yang dinyatakan cacat tetap total oleh dokter dalam jangka waktu paling lambat 60 enam puluh hari kerja sejak terjadinya kecelakaan diberikan ganti kerugian sebesar Rp.1.250.000.000,00 satu miliar dua ratus lima puluh juta rupiah per penumpang;Ganti rugi bagi penumpang yang dinyatakan cacat tetap sebagian : CACAT TETAP SEBAGIAN BESARAN GANTI KERUGIAN a. Satu mata Rp. 150.000.000,- b. Kehilangan pendengaram Rp. 150.000.000,- c. Ibu jari tangan kanan - tiap satu ruas Rp. 125.000.000,- Rp. 62.500.000,- d. Jari telunjuk kanan - tiap satu ruas Rp.100.000.000,- Rp. 50.000.000,- e. Jari telunjuk kiri - tiap satu ruas Rp. 125.000.000,- Rp. 25.000.000,- f. Jari kelingking kanan - tiap satu ruas Rp. 62.500.000,- Rp. 20.000.000,- g. Jari kelingking kiri - tiap satu ruas Rp. 35.000.000,- Rp. 11.500.000,- h. Jari tengah atau jari manis - tiap satu ruas Rp. 50.000.000,- Rp. 16.500.000,- i. Jari tengah atau jari manis kiri - tiap satu ruas Rp. 40.000.000,- Rp.13.000.000,- Ketentuan ganti rugi dalam Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara merupakan batas maksimal pemberian ganti rugi yang harus diberikan oleh perusahaan penerbangan apabila perusahaan tersebut telah merugikan penumpang dalam hal 79 terjadinya kecelakaan pesawat yang menyebabkan penumpang meninggal, cacat total, atau cacat sebagian. PT. Lion Air secara mutlak mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri No77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. 65 Penulis akan memberikan contoh pertanggung jawaban pemberian ganti rugi dalam Kecelakaan pesawat Lion Air Boeing 737-800 dengan rute Bandung menuju Denpasar terperosok ke laut di Bandara Ngurah Rai Denpasar pada 13 April 2013 tanpa sempat menyetuh landasan pacu. Pesawat ini membawa 101 penumpang dan 7 awak. 45 orang cidera dan tidak ada korban tewas, 108 orang selamat. Ganti rugi yang diberikan dalam kecelakaan pesawat Lion Air Boeing 737-800 tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara yaitu sebagai berikut : Bagi penumpang yang luka-luka cidera dan selamat, mendapatkan santunan sebesar Rp. 55.000.000,- lima puluh lima juta rupiah dengan perincian uang Perusahaan asuransi yang berkerjasama dengan PT. Lion Air adalah perusahaan asuransi Simas Net. PT. Lion Air mengasuransikan tanggung jawabnya terhadap perusahaan asuransi Simas Net. Asuransi ini berguna untuk menjamin resiko dalam penerbangan yaitu berupa kecelakaan peswat yang menyebabkan penumpang meninggal dunia, cacat, dan luka- luka, serta jika terjadi kerusakan atau kehilangn barang. Dengan adanya perusahaan asuransi Simas Net yang dipercaya PT. Lion Air tersebut, maka pengalihan resiko atas ganti kerugian terhadap penumpang akan beralih dari PT. Lion Air ke perusahaan asuransi Simas Net. 65 Hasil Wawancara dengan Ellen Novianna Manalu Deputy Manager PT.Lion Air Medan 80 santunan sebesar Rp.50.000.000,- lima puluh juta dan ganti rugi bagasi sebesar Rp.5.000.000,- lima juta rupiah. 66 a. Korban meninggal dunia sebesar Rp.50.0000.000,- Ganti rugi terhadap penumpang yang diberikan PT.Lion Air telah sesuai dengan Peraturan yang ditetapkan Menteri perhubungan PM. No.77 Tahun 2011. Seluruh biaya ganti rugi tersebut diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan merupakan tanggungan perusahaan asuransi. Selain mendapat ganti rugi dari PT. Lion Air yang diasuransikan pada asuransi Simas Net, penumpang juga mendapat santunan dari asuransi Jasa Raharja. Asuransi Jasa Raharja merupakan asuransi sosial yang premiiurannya wajib dibayar oleh penumpang pada saat pembelian tiket. Harga tiket yang dibeli oleh penumpang sudah termasuk premi dan dalam tiket penumpang tersebut telah dicantumkan kalimat “penumpang yang namanya tercantum dalam tiket ini dipertanggungkan pada PT. Asuransi Jasa Raharja berdasarkan Undang-Undang No.33 Tahun 1964 Jo PP No.17 Tahun 1965. Dengan adanya hal tersebut, apabila terjadi suatu kecelakaan penerbangan yang menyebabkan kematianlukanya penumpang, maka penumpang mendapatkan hak untuk memperoleh santunan dari PT. Asuransi Jasa Raharja yang preminya diberikan oleh PT, Asuransi Jasa Raharja kepada penumpang yang mengalami kecelakaan pesawat udara berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan RI No.37PMK.1012008 yaitu : b. Korban cacat tetap sebesar Rp.50.000.000,- c. Biaya perawatan sebesar maksimal Rp.25.000.000,- 66 http.id.m.wikipedia.orgwikiLion_Air_Penerbangan_904 81 Apabila terjadi kecelakaan pesawat, penumpang mendapatkan ganti kerugian dari perusahaan asuransi Simas Net dan santunan dari asuransi Jasa Raharja. Kedua asuransi tersebut merupakan asuransi yang tepisah, ganti rugi dari asuransi Simas Net merupakan ganti rugi yang wajib diberikan sebagai bentuk tanggung jawab PT. Lion Air kepada penumpang dan preminya dibayar oleh PT. Lion Air, sedangkan santunan dari asuransi Jasa Raharja merupakan hak dari penumpang yang telah membayar premi asuransi tersendiri. Penumpang mulai mendapat asuransi yaitu pada saat : a. Untuk liability insuranceasuransi tanggung jawab adalah sejak penumpang berada dibawah pengawasan PT. Lion Air. b. Untuk Asuransi Jasa Raharja adalah sejak penumpang membayar iuran wajib pada saat pembelian tiket dan penumpang sudah menaiki tangga pesawat, selama penerbangan sampai turun dari tangga pesawat. Prosedur yang harus dilaksanakan oleh penumpang yang mengalami luka- luka maupun oleh keluarga penumpang yang meninggal dalam hal pemberian uang ganti rugi ialah : a. Bagi penumpang yang meninggal: 1 Keluarga korban yang menjadi ahli waris harus membawa identitas pribadi. 2 Keluarga korban harus membawa kartu keluarga atau surat keterangan dari kelurahan sebagai surat pernyataan bahwa orang tersebut merupakan keluarga korban. 3 Keluarga korban membuat surat kuasa, surat tersebut berisi siapa yang akan meneriman uang ganti rugi dan berisi pernyataan bahwa seluruh 82 keluarga menyerahkan kuasa terhadap ahli waris tersebu. Surat kuasa tersebut harus ditanda tangani oleh seluruh keluarga korban. Dalam hal ini dapat disebut pula dengan surat Fatwa Waris yang dikeluarkan dari Pengadilan Agama Muslim atau Pengadilan Negeri Non Muslim 4 Keluarga korban yan bersedia menerima uang ganti rugi, ahli waris tersebut harus menandatangani Surat Pernyataan PembebasanRealease and Discharge yang isinya membebaskan PT. Lion Air dari segala gugatan danatau tuntutan dari korbanahli waris maupun pihak ketiga lainnya. Setelah ditanda tanganinya surat tersebut, apabila ahli waris telah menerima uang ganti rugi, ahli waris maupun keluarga korban yang lain tidak akan melakukan gugatan lebih lanjut. b. Bagi penumpang yang mengalami luka maupun cacat tetap: 1 Penumpang menyerahkan identitas pribadi. 2 Setelah menerima uang ganti rugi penumpang harus menandatangani Surat Pernyataan PembebasanRelease an Discharge. Bagi penumpang yang meninggal, maka yang berhak menerima uang ganti rugi adalah : a. Suami atau isteri dari penumpang yang meninggal. b. Anak dari penumpang yang meninggal. c. Orangtuanya. d. Ahli waris yang sah. 2. Ganti Rugi terhadap Barang Bagasi Penumpang Contoh kasus ganti rugi PT. Lion Air terhadap barang bagasi penumpang, pada 8 Oktober 2011 Umbu S Samapaty menaiki pesawat Lion Air dengan tujuan 83 Kupang, saat tiba di Kupang Umbu S Samapaty tidak mendapatkan kopernya, dan kopernya dinyatakan hilang. Pada saat check-in di bandara keberangkatan Umbu S Samapaty telah mendaftarkan sebuah koper namun ia tidak memberitahukan kepada petugas check in di bandara bahwa isi koper tersebut adalah barang berharga yang nilainya sebesar 2,9 miliar. Maskapai penerbangan Lion Air tidak berhasil menemukan keberadaan koper, Umbu S Samapaty meminta ganti rugi senilai isi koper tersebut kepada pihak Lion Air, ia pun mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan mengugat Lion Air agar mengganti kerugian terhadap kopernya senilai 2,9 miliar. Namun hakim menolak permintaan Ganti rugi senilai isi koper Umbu, hakim menetapkan Lion Air harus mengganti kerugian koper Umbu sebesar Rp. 4.000.000,- empat juta rupiah sesuai dengan ketentuan ganti rugi pada Peraturan Menteri No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. 67 Terkadang terdapat masalah dalam pelaporan bagasi penumpang cendrung tidak mematuhi peraturan barang bawaan dalam bagasi, banyak penumpang yang Barang-barang milik penumpang yang menjadi tanggung jawab PT. Lion Air yaitu barang bagasi yang hanya di laporkan pada saat melakukan check in tiket pesawat, sedangkan untuk bagasi tangan milik penumpang PT. Lion Air tidak bertanggung jawab atasnya. Untuk kerusakan bagasi diberikan ganti kerugian sebesar bentuk, ukuran, dan merek bagasi yang dilaporkan pada saat melakukan check in. Pada barang bagasi dilarang memasukan barang berharga, seperti handphone, camera, uang dll serta dilarang memasukan bahan yang berbentuk cairan dan bahan yang bersifat pemicu ledakan di dalam bagasi. 67 httpm.kaskus.co.id- 7 Kasus Penumpang Versus Maskapai diakses 13 Januari 2015 Pukul 12.54 WIB 84 tetap saja memasukan barang berharga ke dalam koper bagasinya, sehingga jika koper penumpang yang membawa barang berharga tersebut hilang maka penumpang akan menuntut penggantian kerugian terhadap koper dan barang berharganya kepada PT.Lion Air. 68 Jika ditinjau dari segi pertanggung jawabannya PT.Lion Air hanya bertanggung jawab atas kehilangan koper bagasi penumpang saja, PT. Lion Air tidak wajib mengganti barang berharga penumpang yang terdapat dalam koper bagasi penumpang tersebut karena dari awal sudah ditetapkan peraturan bahwa tidak boleh memasukan barang berharga ke dalam koper bagasi tetapi si penumpang tersebut tidak mematuhi peraturan tersebut. Dalam kasus tersebut kebanyakan penumpang menuntut PT.Lion Air harus mengganti barang berharga penumpang yang hilang tersebut sehingga cendrung penumpang tersebut mengajukan gugatan melalui pengadilan untuk menuntut pertanggung jawaban PT. Lion Air terhadap kehilangan barang berharganya.Dalam realisasinya, apabila ada penumpang yang melaporkan kerusakan pada barang bagasinya biasanya akan diselesaikan saat itu pula secara damai oleh Petugas PT.Lion Air, jika ada penumpang yang melaporkan bahwa koper barang bagasinya rusak setelah ia keluar dari bandara maka petugas Lion Air menolak untuk bertanggung jawab atas kerusakan bagasi yang diderita penumpang tersebut. Sebaiknya setelah penumpang mengambil koperbarang bagasinya di tempat pengambilan bagasi sebaiknya harus memeriksa keadaan koperatau barang bagasinya terlebih dahulu. 69 68 Hasil Wawancara dengan Ellen Novianna Manalu Deputy Manager PT.Lion Air Medan 69 Hasil Wawancara dengan Ellen Novianna Manalu Deputy Manager PT.Lion Air Medan 85 Sementara untuk pelaporan penumpang yang kehilangan bagasi atau kehilangan barang yang terdapat dalam bagasi, penumpang harus melapor ke cheap pimpinan unit PT. Lion Air yang ada di bandara. Lalu penumpang mengisi formulir kehilangan bagasi, serta menunjukan bukti label bag bagasi yang dimiliki oleh penumpang. Jika penumpang tersebut baru sadar bahwa ada barang dalam bagasi yang hilang setelah ia keluar dari bandara maka klaim dinyatakan tidak sah dan tidak dilayani oleh petugas Lion Air yang berada di bandara. Hal ini sesuai dengan syarat-syarat Perjanjian Dalam Negeri No.5 butir c yang menyebutkan bahwa bila penumpang pada saat penerimaan bagasi tidak mengajukan protes, maka dianggap bahwa bagasi itu telah diterima dalam keadaan lengkap dan baik. Untuk penumpang yang kehilangan bagasi dan sudah melakukan pelaporan ke cheappimpinan untik Lion Air yang dibandara maka pihak Lion Air akan melakukan tracing terhadap bagasi penumpang. Pihak Lion Air akan mencari bagasi penumpang yang hilang ke unit Lion Air tempat keberangkatantransit penumpang agar melakukan crosscheck terhadap barang bagasi penumpang yang hilang tersebut. Apabila tidak ditemukan maka akan dilakukan crosscheck keseluruh unit Lion di Indonesia agar mencari koper tersebut. Jika dalam jangka 14 empat belas hari sejak tanggal dan jam kedatangan penumpang di bandar udara, koperbarang bagasi tersebut tidak ditemukan makanya dinyatakan hilang. Maka PT.Lion Air wajib memberikan uang tunggu kepada penumpang sebesar Rp.200.000,00 dua ratus ribu rupiah perhari selama paling lama 3 tiga hari, dan memberikan ganti rugi terhadap 86 koper barang bagasi penumpang yang hilang sebesar Rp.200.000,00 dua ratus ribu rupiah per kg. Ganti kerugian atas kerusakankehilang barang bagasi penumpang diberikan apabila terjadi dalam penerbangan normal atau pesawat tidak mengalami kecelakaan, akan tetapi kerusakankehilangan bagasi tersebut disebabkan oleh kesalahan pengangkut. 3. Ganti Rugi terhadap Keterlambatan Pesawat PT. Lion Air bertanggung jawab atas kerugian yang di derita oleh penumpang yang disebabkan karena keterlambatan yang disebabkan karena kesalahan pengangkut. Mengenai ganti rugi terhadap keterlambatan penerbangan Lion Air menerapkan ketentuan yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Perhubungan No.77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Pasal 10 PM No.77 tahun 2011 menyatakan :Jumlah ganti kerugian untuk penumpang atas keterlambatan penerbangan ditetapkan sebagai berikut :Keterlambatan lebih dari 4 empat jam diberikan ganti rugi sebesar Rp.300.000,00 tiga ratus ribu rupiah per penumpang;Diberikan ganti kerugian sebesar 50 lima puluh persen dari ketentuan huruf a, apabila pengangkut menawarkan tempat tujuan lain yang terdekat dengan penerbangan akhir penumpang re-rounting, dan pengangkut wajib menyediakan tiket penerbangan lanjutan atau menyediakan transportasi lain sampai ke tempat tujuan apabila tidak ada moda transportasi selain angkutan udara;Dalam hal dialihkan kepada penerbangan berikatnya atau penerbangan milik Badan Usaha Niaga Berjadwal lain, penumpang dibebaskan dari biaya tambahan, termasuk peningkatan kelas 87 pelayanan up grading class atau apabila terjadi penurunan kelas atau sub kelas pelayanan, maka terhadap penumpang wajib diberikan sisa uang kelebihan dari tiket yang dibeli. Terhadap tidak terangkutnya penumpang, pengangkut wajib memberikan ganti kerugian sesuai dengan Pasal 11 PM.No.77 tahun 2011 berupa: Mengalihkan ke penerbangan lain tanpa membayar biaya tambahan; danatauMemberikan konsumsi, akomodasi, dan biaya transportasi apabila tidak ada penerbangan lain ke tempat tujuan. Pertanggung jawaban PT.Lion Air terhadap keterlambatan penerbangan pada kasus delay massal penerbangan Lion Air di Bandara Soekarno-Hatta pada 18 Februari 2015. Delay massal penerbangan Lion Air ini disebabkan oleh 3 pesawat Lion Air yang terkena objek asingbird strike. Pesawat Lion Air tersebut rusak dan berimbas pada keterlambatan jadwal penerbangan diseluruh Indonesia. Pada saat itu ratusan penumpang Lion Air memadati beberapa terminal Bandara Soekarno-Hatta, pihak Lion Air mengaku telah memberikan dana refund tiket terhadap penumpang dan menyediakan 1000 porsi makanan untuk penumpang. 70 Faktor cuaca sebagaimana yang dimaksud antara lain hujan lebat, petir, badai, kabut, asap, jarak pandang dibawah standart minimal, atau kecepatan angin yang melampaui standart maksimal yang menganggu keselamatan penerbangan. Menurut pasal 13 Peraturan Menteri Perhubungan No.77 tahun 2011, Pengangkut dibebaskan dari tanggung jawab atas ganti kerugian akibat keterlambatan penerbangan yang disebabkan oleh faktor cuacaatau teknis operasional. 70 http.detik.com, Lion Air dan 3 Kasus Delay Pesawat Paling Parah diakses pada Jumat, 20022015 , penulis Sri Anindiati Nursastri 88 Faktor teknis operasional antara lain : bandar udara untuk keberangkatan dan tujuan tidak dapat digunakan operasional pesawat udara; lingkungan menuju bandar udara atau ladasan terganggu fungsinya misalnya retak, banjir, atau kebakaran; terjadinya antrian pesawat udara lepas landas take off, mendarat landing, atau alokasi waktu keberangkatan depature slot time di bandar udara; atau keterlambatan pengisian bahan bakar refeulling. Faktor lain yang menyebabkan keterlambatan penerbangan ialah bebrapa penumpang yang sudah check in tetapi belum naik ke pesawat sehingga menyebabkan pihak maskapai penerbangan harus memanggil penumpang tersebut sebanyak 3 tiga kali sehingga menyebabkan keterlambatan penerbangan. 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan