43
Prinsip-prinsip tersebut dimaksudkan untuk dapat terselenggaranya tujuan penerbangan sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan yang tercantum dalam Pasal 3 yaitu : Mewujudkan penyelenggraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga yang
wajar, dan menghindar praktik persaingan usaha yang tidak sehat;Memperlancar arus perpindahan orang danatau barang melalui udara dengan mengutamakan dan
melindungi angkutan udara dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional;Membina jiwa kedirgantaraan;Menjunjung kedaulatan
negara;Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri angkutan udara nasional;Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian
tujuan pembangunan nasional;Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan wawasan nusantara;Meningkatkan ketahanan nasional,
dan Mempererat hubungan antar bangsa.
B. Penyelenggaran Penerbangan Menurut Undang-Undang No.1
Tahun 2009 tentang Penerbangan
Penerbangan yang mempunyai karakteristik dan keunggulan sendiri, perlu dikembangkan agar mampu meningkatkan pelayanan lebih luas baik domestik
maupun internasional. Pengembangan penerbangan ditata dalam suatu kesatuan sistem dengan mengintegrasikan dan mendinamisasikan prasarana dan sarana
penerbangan, metoda, prosedur, dan peraturan sehingga berdaya guna serta berhasil guna.
43
Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992, sehingga
43
Racmadi. Usman, Hukum Ekonomi dan Dinamikanya, Djambatan, Jakarta, 2000, hlm.32.
44
penyelenggaraan penerbangan sebagai sebuah sistem dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada seluruh rakyat, bangsa dan negara, serta memupuk
dan mengembangkan jiwa kerdigantaraan dengan mengutamakan faktor keselamatan, keamanan, dan kenyamanan. Undang-Undang No.1 Tahun 2009,
sangat menjanjikan terhadap pertumbuhan transportasi udara di Indoneasia, karena undang-undang tersebut secara komprehensif telah mengatur belakunya
extra teritorial, kedaulatan atas wilayah udara Indonesia, pelanggaran wilayah kedaulatan, produksi pesawat udara, , pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara,
kelaikudaraan, keselamatan dan keamanan, asuransi pesawat udara, investigasi kecelakaan, pembentukan majelis profesi penerbangan, lembaga penyelenggara
pelayanan umum, berbagai jenis angkutan udara, modal perusahaan, persyaratan memiliki pesawat udara, komponen tarif penumpang, pelayanan bagi penyandang
cacat, pengangkutan barang berbahaya, ekspedisi dan keagenan, tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang, pengirim barang, pihak ketiga, tatanan kebandar
udaraan, fasilitas navigasi penerbangan, otoritas bandar udara, pelayanan bandar udara, lembaga penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan, penegakan
hukum, penerapan sanksi administratif yang selama ini tidak diatur, budayakeselamatan penerbangan, penanggulangan tindakan melawan hukum dan
berbagai ketentuan baru yang sebelumnya tidak diatur. Kebijakan angkutan udara pada era reformasi cendrung liberal, syarat
untuk mendirikan perusahaan penerbangan sangatlah mudah. Perusahaan penerbangan berkembang dengan pesat, jumlah perusahaanpenerbangan
pemerintah dan swasta meningkat dengan tajam. Mereka bersaing sangat ketat antara satu dengan yang lain sehingga kerap mengabaikan kepentingan
45
penumpang. Kebijakan relaksasi demikian memang menguntungkan bagi penumpang, karena masyarakat dapat menikmati angkutan udara, tetapi juga tidak
luput dari dampak negatifnya. Dampak negatifnya pada era reformasi yang cendrung liberal transportasi
bus dari Jakarta-Medan cgulung tikar, PELNI tidak mampu mengoperasikan kapalnya sehinggal diserahkan ke TNI-AL.Apabila dibandingkan tujuan
penyelenggaraan penerbangan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 2009 dengan Undang-Undang No.15 Tahun 1992, dapat dicermati bahwa terdapat perbedaan
pada penekanannya. Undang-Undang No.15 Tahun 1992 runtutan prioritasnya lebih mengedepankan keselamatan, keamanan, cepat, lancar, tertib, dan teratur,
nyaman dan berdaya guna sedangkan runtutan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 lebih menekankan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur,
selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar.
44
Adapun tujuan penyelenggaraan penerbangan pada Pasal 3 dalam Undang- Undang No.1 Tahun 2009 adalah :Mewujudkan penerbangan yang tertib, teratur,
selamat, aman,nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari praktik persaingan usaha yang tidak sehat; Memperlancar arus perpindahan orang
danatau barang melalui udara dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional;Membina
jiwa kedirgantaraan;Menjunjung kedaulatan negara;Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri angkutan udara
nasional;Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional;Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam
44
H.K.Martono, Op.cit, hlm.86.
46
rangka perwujudan wawasan nusantara;Meningkatkan ketahanan nasional, dan Mempererat hubungan antar bangsa.
Undang-Undang No.1 Tahun 2009pada Pasal 2 berasaskan, yaitu : asas manfaat; usaha bersama dan kekeluargaan; adil dan merata; keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan; kepentingan umum; keterpaduan; tegaknya hukum; kemandirian; keterbukaan dan anti monopoli; berwawasan lingkungan hidup;
kedaulatan negara; kebangsaan; dan nusantara. “Asas manfaat” adalah penyelenggaraan penerbangan harus dapat
memberikan mannfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan bagi warga negara, serta upaya
peningkatan pertahanan dan ke amanan negara, “asas usaha bersama dan kekeluargaan” dimaksudkan penyelenggaraan usaha dibidang penerbangan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan nasional yang dalam kegiatannya dapat dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat yang dijiwai oleh semangat
kekeluargaan. “Asas adil dan merata” dimaksudkan penyelenggaraan penerbangan harus
dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata tanpa diskriminasi kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat tanpa
membedakan suku, agama, dan keturunan serta tingkat ekonomi, sedangkan “asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” dimaksudkan penyelenggaraan
penerbangan harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara sarana dan prasarana, antara
kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan internasional. “Asas
47
kepentingan umum” dimaksudkan penyelenggaraan penerbangan harus mengutamakan kepentingan masyarakat luas, sedangkan “asas keterpaduan”
adalah penyelenggaraan penerbangan harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi, baik intra maupun
antarmoda transportasi. “Asas tegaknya hukum” dimaksudkan undang-undang penerbangan mewajibkan kepada setiap warga negara Indonesia untuk selalu
sadar dan taat kepada hukum dalam penyelenggaraan penerbangan. “Asas kemandirian” dimaksudkan penyelenggaraan penerbangan harus
bersendikan pada kepribadian bangsa, berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, mengutamakan kepentingan nasional dalam
penerbangan, dan memperhatikan pangsa pasar, muatan yang wajar dalam angkutan udara dar dan keluar negeri sedangkan “ asas keterbukaan dan anti
monopoli pasar” dimaksudkan penyelenggaraan usaha di bidang penerbangan dilaksanakan untuk mencapai tujuan nasional yang dalam kegiatannya dapat
dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan. “Asas berwawasan lingkungan hidup” adalah penyelenggaraan
penerbangan harus dilakukan selaras dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup.
“Asas kedaulatan negara” dimaksudkan penyelenggaraan penerbangan harus dilakukan selaras dengan upaya menjaga keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sedangkan “asas kebangsaan” dimaksudkan penyelenggaraan penerbangan harus dapat mencerminkan sifat dan watak bangsa
Indonesia yang pluralistik kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Asas kenusantaraan” dimaksudkan setiap
48
penyelenggaraan penerbangan senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan penyelenggaraan penerbangan yang dilakukan oleh daerah
merupakan bagian dari sistem penerbangan nasional yang berdasarkan Pancasila. Sistem penyelenggaraan penerbangan di Indonesia pada saat ini telah
masuk dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Karut marutnya sistem penerbangan Indonesia yang terkuak paska jatuhnya Air Asia QZ 8501 pada tanggal 28
Desember 2014 seakan mendapat pembenaran. Peristiwa jatuhnya pesawat Air Asia QZ 8501 menjadi salah satu bukti bahwa sistem penyelenggaraan
penerbangan di Indonesia saat ini masih sangat buruk. Dari hasil penelitian Universal Safety Oversight Audit Program atau USOAP. Sejak tujuh tahun lalu,
industri penerbangan Indonesia tidak menununjukkan peningkatan kualitas, inilah yang membuat otoritas penerbangan Amerika Serikat, Federation Aviaton
Administration atau FAA dan European Unian atau EU masih melarang penerbangan Indonesia melintas bebas di wilayah udara mereka sampai dengan
saat ini.
45
C. Tanggung jawab Pengangkut terhadap penumpang pesawat