15
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini disusun menjadi karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang tebagi atas 5 lima bab , dengan sistematika penulisan tersusun sebagai
berikut : BAB I PENDAHULUAN
Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang, permasalahan , tujuan penelitian, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan,dan
sistematika penulisan. BAB II PENGANGKUTAN
PENUMPANG MELALUI
ANGKUTAN UDARA
Secara umum menjelaskan tentang,pengangkutan dan pengaturan hukumnya, perjanjian pengangkutan udara dan tanggung jawab
pengangkut dalam pengangkutan udara. BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UDARA MENURUT
UNDANG-UNDANG NO.1 TAHUN 2009 tentang PENERBANGAN Secara umum menjelaskan tentang, tinjauan tentang penerbangan dan
prinsip-prinsip penerbangan, penyelenggaraan penerbangan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan
tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang pesawat menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
BAB IV ANALISIS HUKUM PERLINDUNGAN HAK PENUMPANG PESAWAT UDARA PADA PT. LION AIR MEDAN
Secara umum menjelaskan tentang, penyelenggaraan perjanjian pengangkutan udara yang dilaksanakan oleh PT.Lion Air Medan,
16
perlindungan hukum terhadap penumpang pesawat menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun
2011, tanggung jawab maskapai penerbangan Lion Air Medan terhadap penumpang dalam hal pelayanan, keselamatan, keamanan, ganti rugi
terhadap penumpang Lion Air Medan. BAB V PENUTUP
Merupakan akhir dari penulisan skripsi dalam bentuk skripsi yang berisikan kesimpulan dan saran guna memberikan masukan bagi pihak-
pihak yang terkait.
17
BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI
PENGANGKUTAN UDARA
A. Pengangkutan dan Pengaturan Hukumnya
Kata pengangkutan sering diganti dengan kata “transportasi” pada kegiatan sehari-hari. Pengangkutan lebih menekankan pada aspek yuridis sedangkan
transportasi lebih menekankan pada aspek kegiatan perekonomian, akan tetapi keduanya memiliki makna yang sama yaitu sebagai kegiatan pemindahan dengan
menggunakan alat angkut. Secara etimologis, transportasi berasal dari bahasa latin, yaiu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare
berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian, transportasi berarti mengangkut atau membawa sesuatu ke sebelah lain atau dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Hal ini berarti bahwa transportasi merupakan jasa yang diberikan, guna menolong orang atau barang untuk dibawa ke suatu tempat lain
lainya. Sehingga transportasi dapat di defenisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang danatau penumpang dari suata tempat ke
tempat lainnya.
12
Sedangkan kata “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang artinya bawa atau muat dan kirimkan. Jadi pengangkutan diartikan sebagai pengangkutan
dan pembawaan barang atau orang, pemuatan dan pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkut dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
selamat, walaupun demikian diperlukan suatu alat sebagai sarana pengangkut.
12
Rustam Kamaluddin, Ekonomi Transportasi;Karakteristik, Teori dan Kebijakan,Ghalia Indonesia, Jakarta,2003, hlm.14.
18
Abdulkadir Muhammad mendefenisikan Pengangkutan sebagai proses kegiatan pemindahan penumpang danatau barang dari suatu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan berbagai jenis alat pengangkut yang diatur undang- undang sesuai dengan angkutan dan kemajuan teknologi.
13
Poerwosutjipto,H.M.N mengatakan bahwa: “Pengangkutan adalah perjanjian timbal-balik antara pengangkut dengan pengirim dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari satu tempat ke tempat tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan”
. 14
Defenisi lain mengenai pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikat diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri
untuk membayar uang angkutan.
15
Sutio Usman Adji, dkk menyampaikan bahwa hukum pengangkutan tidak lain adalah sebuah perjanjian timbal balik, pada mana pihak pengangkut mengikat
diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang danatau orang ke tempat tujuan tertentu, seangkan pihak lainnya pengirim penerima; pengirim atau
penerima; penumpang berkeharusan untuk menunaikan pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut.
16
Menurut Abdulkadir Muhammad hukum pengangkutan niaga ialah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur tentang jasa pengangkutan niaga.
17
13
Abdulkadir Muhammad, Arti Penting dan Strategi Multimoda Pengangkutan niaga di Indonesia, Prespektif Hukum Bisnis di Era Globalisasi
, Genta Press, Yogyakarta, 2007, hlm.1.
14
HMN. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, 3, Hukum Pengangkutan
, Djambatan, Jakarta,2001, hlm.2.
15
Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung,2008, hlm.333.
16
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Perss, Medan,2005, hlm.4.
17
Abdulkadir Muhammad,Op.cit, hlm.5.
Akan tetapi menurut Hasim Purba defenisi tersebut hanya membatasi pada bidang niaga perdata saja, sedangkan cakupan hukum pengangkutan itu tidak hanya
menyangkut hal-hal yang bersifat perniagaan perdata, private akan tetapi juga meliputi hal-hal yang menyangkut publik. Dua bidang hukum yaitu hukum publik
dan hukum private merupakan sesuatu yang secara simultan mengilhami asas-asas hukum pengangkutan tersebut. Sehingga defenisi hukum pengangkutan itu
19
sebagai keseluruhan peraturan baik yang bersifat publik maupun perdata private yang mengatur segala sesuatu yang bekaitan dengan kegiatan pengangkutan.
18
1. Pengangkutan sebagai usaha business
Agar dapat memahami konsep pengangkutan secara komprehensif, perlu dikaji terlebih dahulu aspek-aspek yang tersirat dalam konsep pengangkutan.
Konsep pengangkutan meliputi tiga aspek, yaitu :
2. Pengangkutan sebagai perjanjian agreement
3. Pengangkutan sebagai proses penerapan applying process.
19
Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan kegiatan yang berkahir dengan pencapaian tujuan pengangkutan. Tujuan kegiatan usaha pengangkutan adalah
memperoleh keuntungan danatau laba, tujuan kegiatan perjanjian pengangkutan adalah memperoleh hasil realisasi yang diinginkan oleh pihak-pihak, dan tujuan
kegiatan pelaksanaan pengangkutan adalah memperoleh keuntungan dan tiba dengan selamat di tempat tujuan. Ketiga aspek pengangkutan tersebut menyatakan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan pelakunya. Tanpa kegiatan tidak mungkin tujuan dapat dicapai.
Peraturan hukum pengangkutan adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur tentang jasa pengangkutan. Istilah peraturan hukum rule of law dalam
defenisi ini meliputi semua ketentuan :
a. Undang-Undang Pengangkutan
b. Perjanjian Pengangkutan
c. Konvensi Internasional Pengangkutan; dan
d. Kebiasaan dalam pengangkutan kereta api, darat, perairan, dan
penerbangan.
20
18
Hasim Purba, Op.cit, hlm.7.
19
Abdlkadir Muhammad, Op.cit, hlm.1.
20
Ibid , hlm.5.
20
Peraturan hukum tersebut meliputi juga asas hukum, norma hukum, teori hukum, dan praktik hukum pengangkutan. Asas hukum pengangkutan merupakan
landasan filosofis fundamental norm yang menjadi dasar ketentuan-ketentuan pengangkutan yang menyatakan kebenaran, keadilan, dan kepatutan yang diterima
oleh semua pihak. Kebenaran, keadilan, dan kepatutan juga menjadi tujuan yang diharapkan oleh pihak-pihak. Asas tersebut dijelmakan dalam bentuk ketentuan-
ketentuan rules yang mengatur pengangkutan niaga. Asas hukum sebagai landasan filosofis ini digolongkan sebagai filasafat hukum legal philosophy
mengenai pengangkutan.Norma hukum pengangkutan merupakan rumusan ketentuan-ketentuan dalam undang-undang, perjanjian, konvensi internasional,
dan kebiasaan yang mengatur tentang pengangkutan. Norma hukum pengangkutan berfungsi mengatur dan menjadi pedoman perilaku atau perbuatan pihak-pihak
yang berkepentingan dalam pengangkutan. Fungsi pengaturan ini mengarahkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengangkutan untuk mencapai tujuan
yang dikehendaki, yaitu tiba ditempat tujuan dengan selamat, aman, bermanfaat, nilai guna meningkat, dan mengguntungkan semua pihak.Teori hukum
pengangkutan merupakan kajian pengembangan hukum pengangkutan yang bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sangat berguna bagi masyarakat dalam
mewujudkan kesejahteraan. Teori hukum pengangkutan adalah serangkaian ketentuan undang-undang atau perjanjian mengenai pengangkutan yang
direkontruksikan sedemikian rupa sehingga menggambarkan proses kegiatan pengangkutan. Praktek hukum pengangkutan merupakan rangkaian peristiwa
mengenai pengangkutan. Rangkaian peristiwa tersebut merupakan proses pemuatan ke dalam alat pengangkutan, pemindahan ke tempat tujuan yang telah
21
ditentukan, dan penurunanpembongkaran di tempa tujuan. Proses rangkaian perbuatan ini dapat diamati secara nyata pada setiap pelaksanaan pengangkutan.
21
Pengangkutan melingkupi pengangkutan darat dengan kereta api, pengangkutan darat dengan kendaraan umum, pengangkutan perairan dengan
kapal, dan pengangkutan udara dengan pesawat udara. Pengangkutan darat dengan kereta api diatur dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 65. Kereta api adalah sarana perkeretaapiaan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak dijalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api sesuai dengan Pasal
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007. Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian
Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 47; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3479 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 mulai berlaku pada tanggal 25 April 2007.
22
Pengangkutan darat dengan kereta api diadakan berdasarkan perjanjian antara Badan Penyelenggaraan Pengangkutan dan penumpang atau pemilik
barang. Karcis penumpang dan surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan antara pengangkut dan penumpang atau
pengirim seperti yang terdapat pada Pasal 132 dan 141 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007. Karcis Penumpang diterbitkan atas nama on name, artinya
setiap pemegang karcis yang namanya tercantum dalam karcis itu berhak untuk diangkut. Surat pengangkutan barang diterbitkan atas nama on name, artinya
21
Ibid , hlm. 6.
22
Ibid. , hlm.8.
22
setiap pemegang yang namanya tercantum pada surat pengangkutan barang adalah pemilik dan berhak untuk menerima barang. Karcis penumpang dan surat
pengangkutan barang atas nama tidak dapat dialihkan kepada pihak lain karena ada kaitannya dengan asuransi yang melindungi dalam hal terjadi musibah.
23
Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diadakan dengan perjanjian antara perusahaan pengangkutan umum dan penumpang atau pemilik barang.
Karcis penumpang dan surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Karcis
Pengangkutan darat dengan kendaraan umum diatur dengan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 49. Karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan yang berkembang kini, undang-undang ini kemudian tidak
diberlakukan lagi dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
96 yang mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 22 Juni 2009. Menurut ketentuan undang-undang yang baru tersebut, kendaran bermotor adalah setiap
kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel. kendaraan bermoto umum adalah setiap
kendaraan yang digunakan untuk pengangkut barang danatau orang yan dipungut bayaran seperti yang tercantum pada Pasal 1 angka 8 dan 10 Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009. Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini, Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dinyatakan tidak berlaku lagi.
23
Ibid , hlm. 9.
23
penumpang diterbitkan atas nama on name, artinya tidak dapat dialihkan dengan menyerahkan karcis penumpang kepada pihak lain. Demikian juga surat
pengangkutan barang diterbitkan atas nama on name, artinya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Penerbitan dokumen pengangkutan atas nama ada
kaitannya dengan perlindungan asuransi terhadap pemegangnya dalam hal terjadi musibah. Pemegang dokumen pengangkutan adalah orang yang berhak
memperoleh santunan atau ganti kerugian dari perusahaan asuransi.
24
Pengangkutan perariran dengan kapal diatur dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Menurut Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2008, pelayaran adalah salah satu kesatuan sistem terdiri atas pengangkutan di perairan, kepelabuhan, keselamaan, dan keamanan, serta
perlindungan linkungan maritim. Pengangkutan di perairan adalah kegiatan pengangkutan danatau memindahkan penumpang danatau barang dengan
menggunakan kapal. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik
Pengangkutan orang dengan kendaraan bermotor umum yang melayani trayek tetap lintas batas negara, antarkota antarprovinsi, dan antarkota dalam provinsi
harus dilengkapi dengan dokumen. Dokumen pengangkutan orang sebagaimana dimaksud diatas meliputi tiket penumpang umum untuk angkutan dalam trayek,
tanda pengenal bagasi, dan manifes. Pengangkutan barang dengan kendaraan bermotor umum wajib dilengkapi dengan dokumen yang meliputi suatu perjanjian
pengangkutan dan surat muatan barang sesuai dengan Pasal 166 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009.
24
Ibid.,.
24
atau ditunda, termask kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah terdapat dalam Pasal 1 angka 3 dan 36 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008.Selain itu, pengangkutan perairan juga diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang KUHD Indonesia, yaitu Buku II Bab V tentang Perjanjian Carter Kapal: Bab VA tentang Pengangkutan Barang dan Bab
V tentang Pengankutan Penumpang. Peraturan undang-undang dalam KUHD Indonesia masih dinyatakan berlaku, karena bersifat lex generalis. Karcis
penumpang dan dokumen pengangkutan di perairan merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan di perairan antara perusahaan pengankut perairan
dan penumpang atau pemilik barang, dengan pembayaran biaya pengangkutan. Dokumen pengangkutan barang pada pengangkutan di perairan disebut
konosemen bill of landing. Karcis penumpang diteritkan atas nama, sedangkan
konosemen dapat diterbitkan atas nama on name, atas tunjuk to bearer, atau atas pengganti to order. Dengan demikian, konosemen bill of landing dapat
diperjualbelikan dan digolongan sebagai surat berharga.
25
Pengangkutan udara dengan pesawat diatur dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan melalui Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 1. Pengangkutan Udara adalah setiap kegiatan yang menggunakan pesawat untuk mengangkut penumpang, kargo, danatau pos untuk satu perjalanan atau
lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. Perjanjian pengangkutan udara adalah perjanjian antara pengangkut dan
pihak penumpang danatau pengirim kargo untuk mengangkut penumpang
25
Ibid ., hlm.10.
25
danatau kargo dengan pesawat udara dengan imbalan bayaran atau dalam bentuk imbalan jasa yang lain.
26
Pengangkutan udara diadakan dengan perjanjian antara perusahaan pengangkutan udara dan penumpang atau pemilik barang. Tiket penmpang dan
tiket bagasi merupakan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan dan pembayaran biaya pengangkutan. Tiket Penumpang dan tiket bagasi diterbitkan
atas nama dan karena itu tidak boleh dialihkan atau diserahkan kepada orang lain. Pihak yang berhak untuk diangkut adalah orang yang namanya tercantum dalam
tiket penumpang tersebut termasuk bagasinya. Dalam hal terjadinya musibah, pemegang dokumen pengangkutan udara adalah orang yang berhak atas santunan
atau ganti kerugian dari perusahaan asuransi.
27
Pengangkutan menganut Asas hukum pengangkutan yang merupakan landasan filosofis yang diklasifikasikan menjadi dua yaitu : asas hukum publik
dan asas hukum perdata. Asas hukum public adalah landasan hukum pengangkutan yang berlaku dan berguna bagi semua pihak, yaitu pihak-pihak
dalam pengangkutan, pihak ketiga yang berkepentingan dengan pengangkutan, Selain itu ketentuan hukum mengenai pengangkutan udara juga diatur
dalam Ordonansi Pengangkutan Udara Luchtvervoer Ordonantie – Stb.1939 No. 100, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 3 Tahun 2000 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara dan Peraturan Menteri Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut
Angkutan Udara.
26
Ibid , hlm.12.
27
Ibid .,
26
dan pihak pemerintah negara. Asas hukum publik meliputi : asas manfaat, asas adil dan merata, asas kepentingan umum, asas keterpaduan, asas tegaknya hukum,
asas percaya diri, asas keselamatan penumpang, asas berwawasan lingkungan hidup, asas kedaulatan negara, asas kebangsan.Asas hukum perdata merupakan
landasan hukum pengangkutan yang hanya berlaku dan berguna bagi kedua pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan penumpang atau pemilik barang. Asas
hukum perdata meliputi : asas perjanjian, asas koordinatif, asas campuran, asas retensi, asas pembuktian dengan dokumen.
Secara umum dinyatakan bahwa setiap pengangkutan bertujuan untuk tiba di tempat dengan selamat, dan meningkatkan nilai guna bagi penmpang ataupun
barang yang diangkut. Tiba ditempat tujuan artinya proses pemindahan dari suatu tempat ke tempat tujuan lain berlangsung tanpa hambatan dan kemacetan sesuai
yang direncanakan. Dengan selamat artinya penumpang dalam keadaan sehat, tidak mengalami bahaya yang menyebabkan luka, sakit, atau meninggal dunia.
Jika yang diangkut adalah barang, selamat artinya nilai sumber daya manusia dan barang ditempat tujuan menjadi lebih tinggi bagi kepentingan mansusia dan
pelaksanaan pembangunan.
B. Perjanjian Pengangkutan Udara