bahwa rata-rata usia penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul tahun 2015 adalah 55,9 tahun dengan usia
termuda adalah 34 tahun dan usia tertua adalah 83 tahun. Usia diatas 40 tahun merupakan usia yang beresiko tinggi
terjadinya DM tipe 2. Hal ini disebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2 cenderung meningkat pada lansia usia 40-65 tahun,
disamping adanya riwayat obesitas dan adanya faktor keturunan Smeltzer Bare, 2002.
Usia mempengaruhi resiko dan kejadian DM tipe 2. Usia sangat erat kaitannya dengan kenaikan kadar glukosa darah,
sehingga semakin meningkatnya usia maka prevalensi DM tipe 2 dan gangguan toleransi glukosa semakin tinggi. Proses menua
terjadi pada usia diatas 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Setelah usia 30 tahun, kadar
glukosa darah akan naik 1-2 mgdLtahun pada saat puasa dan akan naik 5,6-13mgdL pada 2 jam setelah makan Sudoyo, 2006. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori tersebut bahwa rata-rata usia responden adalah 56 tahun, dengan usia termuda adalah 34 tahun
dan usia tertua adalah 83 tahun.
b. Jenis Kelamin Responden
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul adalah
berjenis kelamin perempuan. Jumlah penderita DM tipe 2 dengan jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 28 responden 51,9
sedangkan laki-laki berjumlah 26 responden 48,1. Hal
ini sejalan
dengan beberapa
penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian Yusra 2011 mengenai
dukungan pasangan dan kualitas hidup, sebagian besar responden DM tipe 2 berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 73
responden 60.8 dibanding laki-laki 47 responden 39.2. Demikian pula pada penelitian Purnomo Supardi 2009 tentang
dukungan keluarga dan motivasi klien DM tipe 2 melakukan aktivitas fisik, mayoritas responden DM tipe 2 berjenis kelamin
perempuan yaitu berjumlah 31 responden 58.5 dibanding laki- laki yang berjumlah 22 responden 41.5.
Menurut Riskesdas 2013, prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Beberapa faktor
resiko, seperti obesitas, kurangnya aktivitaslatihan fisik, usia dan riwayat DM saat hamil dapat menyababkan tingginya kejadian DM
pada perempuan Radi, 2007.
c. Tingkat pendidikan responden
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
Munjul adalah SMA. Penderita DM tipe 2 yang berpendidikan SMA berjumlah 20 responden 37. Sejalan dengan studi yang
dilakukan oleh Yusra 2011, bahwa 40 responden 33.3 responden DM tipe 2 berpendidikan SMA. Begitu juga Purnomo
Supardi 2009 pada penelitiannya tentang dukungan keluarga dan motivasi klien DM melakukan aktivitas fisik, ditemukan mayoritas
responden DM tipe 2 berpendidikan SMA yaitu 21 orang 39.6. Berbeda dengan penelitian fitriyani 2012 dalam penelitian
tentang faktor risiko DM tipe 2, menemukan bahwa sebagian besar responden DM tipe 2 berpendidikan rendah yaitu 338 responden
66.4. Begitu juga dalam penelitian Purwanto 2011 mengenai hubungan pengetahuan tentang DM tipe 2 dengan kepatuhan diet,
dimana responden DM tipe 2 yang berpendidikan rendah lebih banyak yaitu 53 responden 86.7.
Dalam tinjauan teoritik tidak dijelaskan keterkaitan antara pendidikan dengan penyakit DM tipe 2. Namun tingkat pendidikan
mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencari perawatan dan pengobatan penyakit yang dideritanya, serta memilih dan
memutuskan tindakan atau terapi yang akan dijalani untuk mengatasi masalah kesehatannya Yusra, 2011.
Sejalan dengan
pendapat dari
Notoatmodjo 2003
mengungkapkan bahwa pendidikan berdampak pada peningkatan wawasan atau pengetahuan seseorang. Pendidikan merupakan