keluhan-keluhan klasik seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain itu ada
keluhan lainnya, yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita.
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI
2006, diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu :
1. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil ≥ 200 mgdl 11.1 mmolL.
2. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dengan hasil ≥126 mgdl 7.0 mmolL. Puasa diartikan
pasien tidak mendapatkan asupan kalori sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan.
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mgdl 11.1
mmolL. Tes toleransi glukosa oral TTGO dilakukan dengan mengukur kadar glukosa darah 2 jam setelah konsumsi 75 gram
glukosa yang dilarutkan dalam air. Sampel darah untuk pemeriksaan glukosa dapat diambil dari darah vena atau kapiler.
Selain itu, Pemeriksaan HbA1C 6,5 oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada
sarana laboratorium
yang telah
terstandarisasi dengan
baik PERKENI,2011.
Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM mgdl
Sumber : Konsenesus Pengelolaan DM tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2006
6. Komplikasi
Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut
disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi akut yang sering terjadi pada DM tipe 2 adalah hiperglikemia
hiperosmolar koma non ‐ketotik HHNK, dan hipoglikemia Price
Wilson, 2005. Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan pembuluh
darah kecil mikroangiopati dan pembuluh darah sedang dan besar Bukan
DM Belum pasti
DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu mgdl
Plasma vena ˂ 100
100 – 199
≥200 Darah kapiler
90 90
– 199 ≥200
Kadar glukosa darah puasamgdl
Plasma vena 100
100 – 125
≥126 Darah kapiler
90 90-99
≥110
makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan arteriol retina retinopati diabetik, glomerulus
ginjal nefropati diabetik dan saraf perifer neuropati diabetik, dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis
berupa aterosklerosis Price Wilson, 2005.
7. Penatalaksanaan
Terdapat lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus
Smeltzer Bare, 2002, antara lain :
1 Diet Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet
yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
sesuai dengan kecukupan gizi baik. 2 Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya
dapat menurunkan
kadar glukosa
darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular.
3 Pemantauan Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-monitoring
of blood glucose SMBG dapat membantu mengendalikan kadar
glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi terhadap terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia.
4 Terapi jika diperlukan Pada diabetes melitus tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai
terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
5 Pendidikan Pendidikan pasien tentang penatalaksaan diabetes melitus sangat
penting. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur
hidup. Pasien bukan hanya harus belajar untuk mengendalikan kadar glukosa darah, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam
gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.
8. Penatalaksaan Diet
Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat
gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi baik. Namun penderita DM sering memperoleh sumber
informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut. Pengaturan diet pada penderita DM merupakan pengobatan yang utama
pada penatalaksanaan DM Almatsier, 2006 yaitu mencakup :
1 Jumlah Makanan Syarat kecukupan jumlah makanan pada penderita penyakit DM
Almatsier, 2006 adalah : a. kebutuhan kalori untuk penderita DM harus sesuai untuk
mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan
normal. Kebutuhan
energi ditentukan
dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar
25-30 kkalkg BB normal. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi 20, siang 30, dan sore 25,
serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing 10-15.
b. kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65 dari kebutuhan energi total.
c. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20 dari kebutuhan energi total.
d. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25 dari kebutuhan energi total, dalam bentuk 7 berasal dari lemak jenuh, 10 dari
lemak tidak jenuh ganda selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan d
ibatasi, yaitu ≤ 200 mghari.
e. Penggunaan gula murni dalam makanan atau minuman tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila
kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan
mengkonsumsi gula murni sampai 5 dari kebutuhan energi total.
f. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas
yaitu 20 dari kebutuhan energi. g. Asupan serat dianjurkan 25 ghari dengan mengutamakan serat
larut air yang terdapat didalam sayur dan buah. h. Cukup konsumsi vitamin dan mineral. asupan dari makanan
cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.
Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan
karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet DM sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 . Jenis diet DM menurut kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat. Jenis diet Energi kkal Protein g Lemak g
Karbohidrat g I
1100 43
30 172
II 1300
45 35
192 III
1500 51.5
36.5 235
IV 1700
55.5 36.5
275 V
1900 60
48 299
VI 2100
62 53
319
VII 2300
73 59
269 VIII
2500 80
62 396
Sumber : Almatsier, 2006 Keterangan:
a. Jenis diet I sd III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk. b. Jenis diet IV sd V diberikan kepada penderita diabetes tanpa
komplikasi. c. Jenis diet VI sd VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes
remaja juvenile diabetes atau diabetes dengan komplikasi
2 Jenis Bahan Makanan
Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena
tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita
DM untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah
makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi
jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah hypoglikemia dan juga jangan terlalu
banyak makan makanan yang memperparah DM Almatsier, 2006.
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM
Almatsier, 2006 yaitu: a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM
adalah: a Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi beras merah,
gandum , mie, sereal, roti tawar, kentang, singkong, ubi dan sagu.
b Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, yoghurt, tempe, tahu dan kacang-
kacangan. c Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk
makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus,
disetup, direbus dan dibakar. d Buah pepaya, apel, pisang pisang ambon sebaiknya
dibatasi kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk, belimbing, melon, dan buah naga.
e Sayuran dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan A yang bebas dikonsumsi, sangat sedikit mengandung
energi, protein dan karbohidrat. Jenis sayuran golongan
A diantarnya oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung, terong,
kembang kol, kol, labu air. Sedangkan sayuran golongan B boleh dikonsumsi, tetapi hanya 100
gramhari. Jenis sayuran golongan B diantaranya buncis, labu siam, daun singkong, jagung muda,
bayam, kacang panjang. b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi
untuk penderita DM Almatsier, 2006 adalah: a Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir,
gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis,
dan krekers. b Mengandung tinggi lemak seperti santan, makanan siap
saji fast-food, goreng-gorengan. c Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur
asin dan makanan yang diawetkan. 3
Jadwal Makan Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu
mengontrol kadar
gula darah.
Makanan porsi
besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila
berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi DM. Oleh karena itu makanlah
sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu
pengaturan jadwal makan yang teratur yaitu makan pagi, makan siang, makan malam dan snack diantara makan besar dan
dilaksanakan dengan interval 3 jam.Waspadji, 2002.
Tabel 2.3. Jadwal makan penderita DM
Tabel 2.4 . Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 kkal
Waktu Menu makanan
Berat gram URT
Sarapan pagi 07.00
Nasi Telur dadar
Tempe goreng Sayur oyong
Minyak 100
50 25
100 10
1 gls 1 ptg
½ ptg 1 gls
1 sdm Waktu
Jadwal Total kalori
Pukul 07.00 Makan pagi
20
Pukul 10.00 Selingan
10
Pukul 13.00 Makan siang
30
Pukul 16.00 Selingan
10
Pukul 19.00 Makan malam
20
Pukul 21.00 Selingan
10
10.00 Buah
100 1 ptg
Makan siang 13.00
Nasi Pepes ikan
Tempe goreng Sayur asem
Buah Minyak
200 50
50 100
100 10
1 ½ gls 1 ptg
1 ptg 1 gls
1 ptg 1 sdm
16.00 Buah
100 1 ptg
Makan malam
19.00 Nasi
Ayam goreng Tahu goreng
Cah capcay Buah
Minyak 150
50 25
100 100
10 1 gls
1 ptg ½ gls
1 gls 1 ptg
1 sdm Sumber : Almatsier, 2006
Nilai Gizi : a. Energi : 1912 kkal
b. Protein : 60 g 12,5, energi total c. Lemak : 48 g 22,5 enegi total
d. Karbohidrat : 299 g 62,5 energi total e. Kolesterol : 303 mg
f. Serat : 37 g
B. Kepatuhan
1. Pengertian
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada
perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan KBBI, 2012. Menurut
Bastable 2002, kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk
menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.
Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan Lawrence
Green dalam Notoatmodjo, 2007. Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan
dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, dan mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk
pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat Niven, 2002.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Faktor yang mempengaruhi perilaku patuh ditentukan oleh tiga
faktor utama Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007 yaitu :
1. Faktor predisposisi faktor pendorong Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain :
a Kepercayaan Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang
dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak
mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan control
penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita dimana penderita yang memiliki kepercayaan yang kuat akan
lebih patuh terhadap anjuran dan larangan. b Sikap
Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya
sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kotrol penyakitnya.
c Pengetahuan Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak
teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan
kontrol terhadap kesehatannya. 2. Faktor reinforcing Faktor pendukung
Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan
perilaku seseorang, antara lain :
a Dukungan petugas kesehatan Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar artinya
bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap
kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu
menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran- anjuran yang diberikan.
b Dukungan keluarga Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat
dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari
keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau
mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk
penunjang pengelolaan penyakitnya. 3. Faktor enabling Faktor pemungkin
Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin
adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, posyandu, tempat
pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan yang bergizi, dan sebagainya.
3. Kepatuhan Diet
Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus
diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan dan ketepatan makan pasien DM. Dalam diet pasien DM harus
memperhatikan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan
agar kadar glukosa darahnya tetap terkontrol Novian, 2013.
Mematuhi serangkaian diet merupakan aspek yang paling penting dalam penatalaksanaan DM. Diet yang dijalankan penderita
DM akan berlangsung selama seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja Pratita,2012. Kepatuhan diet jangka panjang
merupakan tantangan yang sangat besar bagi pasien supaya tidak terjadi komplikasi Smeltzer Bare, 2002.
C. Dukungan Keluarga 1.
Pengertian
Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik
dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stres Taylor, 2006. Menurut Sarwono 2003, dukungan adalah suatu upaya yang
diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.
Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-
tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara
kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga Friedman, 2010.
2. Dimensi Dukungan Keluarga
Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino 2004, adalah :
a. Dimensi emosional Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap
seseorang sehingga membuat penderita DM merasa lebih baik, memperoleh kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai.
Dimensi ini memperlihatkan adanya dukungan dari keluarga, adanya pengertian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang
menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga diperlukan untuk memahami situasi penderita. Dimensi ini didapatkan
dengan mengukur persepsi penderita tentang dukungan keluarga berupa pengertian dan kasih sayang dari keluarga.