28
kecenderungan untuk merk-merk mewah. Mereka juga menyukai mantel putih dan pakaian berwarna daripada hitam, berbeda dengan ganguro kulit hitam.
Sebuah  circle gal adalah sekelompok gadis yang bertemu dan mengadakan acara untuk mempromosikan gaya gyaru gal, musik, dan menari
para para. Ada dua jenis utama dari circle gal yaitu nago-cir lingkaran kenyamanan dan ive-cir lingkaran event.
2.4.3  Kehidupan Kelompok Gyaru
Shibuya merupakan tempat anak muda berkumpul untuk melepaskan tekanan hidup sehari-hari. Di Shibuya, terdapat sebuah pusat perbelanjaan yang
menjadi simbol dari gyaru gals, yaitu 109 Shibuya. Fashion menjadi alat untuk melepaskan stress dan lari dari kepribadian mereka setelah sebelumnya mereka
bekerja dan belajar dengan disiplin. Penampilan remaja yang berkumpul dan hilir mudik di kawasan ini seperti
ingin menunjukkan pemberontakan mereka terhadap nilai-nilai budaya lama Jepang yang sangat normatif.  Mereka berpakaian free style, rambut berwarna-
warni, mengenakan beragam aksesoris yang begitu atraktif. Walau dari luar gaya berbusana itu hanya dipandang sebagai gaya “tabrak-
lari”, tetapi ada kreativitas liar yang terjadi disini. Para remaja Jepang yang seenaknya mengubah apa saja semau mereka untuk dijadikan sebagai alat
mengekspresikan diri. Kreativitas liar ini menjadi pengingkaran keseharian ketika mereka berada
di bawah kekuasaan instansi pendidikan ataupun orang tua yang menuntut standar
29
tinggi, untuk sementara dialihkan dengan mengubah diri dari tampilan normal dan mencari makna baru.
Fashion  di Jepang  selalu menarik untuk dijadikan topik pembicaraan, karena fashion selalu bersifat dinamis merepresentasikan suatu zaman dan
masyarakat yang  hidup di masa tersebut. Fashion  juga bisa merepresentasikan identitas seseorang; hal pertama yang dinilai oleh orang lain sebelum mengenal
kita lebih jauh, mau tak mau, adalah gaya penampilan kita. Fashion  dapat kita bedakan menjadi high fashion dan street  fashion. High fashion  pola
penyebarannya dari atas ke bawah, atau dari desainer fashion  profesional ke media lalu ke masyarakat; sedangkan street fashion justru kebalikannya, polanya
dari bawah ke atas; artinya yang memperkenalkan idenya adalah orang awam masyarakat, diangkat oleh media lalu disempurnakan idenya oleh desainer
fashion profesional. Dari zaman ke zaman para gyaru  berevolusi dengan gaya busana yang
ekstrim berbeda. Di tahun 1990-an gaya gyaru  yang fenomenal adalah kogyaru yang inosen namun seksi dengan seragam sekolahnya, namun di tahun 2000-an
gaya gyaru yang fenomenal justru gaya sebelumnya ganguro gals yang melabrak konsep cantik di masyarakat Jepang, sedangkan untuk saat ini gaya gyaru  yang
sedang  trend  adalah  onee  gyaru  yang terkesan dewasa dan mempesona dengan keglamorannya. Ciri khas gaya Shibuya yang paling menonjol adalah riasan wajah
dan tubuh mereka yang nyaris sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki, mereka tak segan menggunakan wig, bulu mata palsu, nail arts atau kuku palsu
hias, dan alat kosmetik yang selalu lengkap di dalam tas mereka. https:fennyirmanda.wordpress.com20121117fashion-di-jepang
30
Salah  satu  hal  yang  tidak  mungkin  luput dari  daftar  kegemaran  para  gadis gyaru  adalah  menari  para  para. Pada dasarnya arti kata para  para  adalah
berserakan yang hubungannya dengan tarian tersebut adalah serangkaian gerakan tangan yang mengikuti irama  musik  electro.  Sedangkan kakinya hanya
digerakkan ke samping, depan dan belakang sembari mengiringi irama musik. Gerakan tangan tersebut sangatlah bervariasi dan terkadang cukup rumit,
sehingga bagi para gadis gyaru  tidak ada hal yang lebih memalukan  daripada gerakan tangan  yang  salah atau tidak sesuai  irama  musik Klippensteen dalam.
Oleh  karena  itu  tidak  sedikit  gadis  gyaru  yang menghabiskan kurang lebih 3800  yen  untuk  membeli  seperangkat  video  para  para  agar sewaktu mereka
menari di klub malam, mereka akan merasa lebih percaya diri. Sedangkan  gadis gyaru  yang  tidak  mengikuti  maupun  menekuni  trend  para  para, pada
umumnya akan merasa rendah diri dan cenderung direndahkan oleh teman-teman gyarunya.
Berfoto  juga  merupakan  salah  satu  aktivitas sehari-hari  yang  sangat digemari  oleh para  gadis  gyaru  dan  juga  remaja  putri  Jepang  pada  umumnya,
karena  teknologi dalam mengambil  foto  semakin  lama  semakin  maju  seiring dengan  munculnya  kamera digital, handphone  berkamera, kamera polaroid dan
juga kamera sekali pakai. Satu hal dalam berfoto yang sangat mendarah daging di kalangan  remaja  putri  Jepang,  khususnya para kogyaru  dan  gyaru  yakni budaya
purikura yang artinya foto berupa stiker yang dapat dibuat di mesin purikura dan awalnya mesin tersebut dinamakan Print Club.
Hampir disetiap pusat perbelanjaan, stasiun, dan  game  center pun terdapat mesin  purikura  dan banyak remaja putri yang berbondong-bondong berfoto di
31
sana. Remaja putri sangat menyukai  purikura  karena setelah berfoto, mereka dapat menambahkan berbagai macam gambar dan hiasan serta tulisan sesuka hati
sehingga  foto  mereka tampak lebih lucu dan menarik. Kemudian,  mereka akan mengumpulkan foto-foto purikura dan memasukkannya ke dalam album khusus.
Tak  lama  setelah  demam  purikura  melanda,  banyak  di  antara  mereka  yang memiliki  pasangan  juga  sering  berfoto berdua dan foto bersama pasangan
tersebut dijuluki rabupuri atau love print club. Selain berfoto dan menari di klub malam, satu hal yang tidak hanya gadis
ganguro  yang  menggemari  namun  hampir  seluruh  kaum wanita  di  dunia  ini menggemarinya yaitu berbelanja, dan satu tempat dimana para gadis gyaru selalu
menemukan barang yang dibutuhkannya yaitu di Shibuya 109 yang tentunya terletak di Shibuya, daerah berkumpulnya gadis gyaru.
2.4.4 Trend Terhadap Remaja Putri Menurut Teori Psikologis