Kesimpulan Fenomena Gyaru Dalam Kehidupan Remaja Di Jepang

47 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Mengkomunikasikan identitas diri menggunakan fashion merupakan hal yang umum dilakukan oleh banyak orang. Dapat dilihat bagaimana fashion system mengkonstruksikan nilai-nilai budaya. Para remaja mengidentifikasikan budaya yang mereka anut melalui bagaimana cara mereka berpakaian. Budaya yang banyak dikonsumsi oleh wanita khususnya remaja adalah fashion, karena gadis remaja pada usia 15-20 tahun cenderung masih dalam tahap pencarian identitas diri, menyukai tantangan dan hiburan. Gyaru(ギャル)adalah kata serapan dalam bahasa jepang untuk gal, slang untuk girl gadis, anak peempuan dalam bahasa inggris. Istilah gyaru di pakai untuk gadis-gadis muda berusia 15 hingga 20 tahunan yang fashionable. Jenis-Jenis Gyaru terbagi dua yaitu gyaru hitam yang biasa disebut dengan Ganguro dan gyaru putih yang disebut dengan ganjiro. Gyaru hitam adalah keturunan dari kogyaru コギャル atau anak sekolah menengah atas. Ciri khas busana kogyaru adalah rok mini, kaus kaki panjang dan longgar loose socks, dan rias wajah ganguro 顔 黒 . Arti ganguro adalah gan gan kuroi ガ ン ガ ン 黒 い yang berarti sangat hitam, tapi bisa juga diartikan wajah hitam gan, wajah; kuro, hitam. Rias wajah ganguro didapat dari alas bedak berwarna gelap atau kulit wajah yang sudah gelap setelah pergi ke tanning salon. Ganguro dibagi 48 lagi menjadi beberapa jenis yaitu: Amuraa, B-Gyaru, Banba, Baika Bozosoku, Gonguro, Kogal kogyaru, Manba dan Yamanba. Gaya berpakaian gadis ganguro tentunya tidak kalah provokatif dengan dandanannya, dan mereka senang memakai warna-warna yang mencolok dan cenderung memiliki corak yang bertabrakan. Ciri khas ganguro adalah sepatu bersol sangat tebal hingga ada yang ketebalannya mencapai dua belas inci dan juga memakai aksesoris seperti gelang, anting dan kalung yang beraneka ragam dan menumpuk.. Salah satu hal yang tidak mungkin luput dari daftar kegemaran para gadis ganguro adalah menari para para. gyaru putih 白ギャル, shiro gyaru menghargai dirinya sebagai gadis biasa. Mereka masih memikirkan masa depan, dan terpengaruh demam kulit putih indah yang dipopulerkan perusahaan kosmetika Sonoko . Shiro gyaru membiarkan kulit mereka berwarna putih alami. Secara harfiah ganjiro memiliki arti muka putih, dimana para pengikut ini bertolak belakang dari pengikut ganguro. Dan Ganjiro pun dibagi kedalam beberapa jenis yaitu: Hime-Gyaru, Gyaru RockRokku Gyaru dan Oneegyaru. Dampak fenomena sosial gyaru dirasakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam lingkungan keluarga, ketika orang tua menyediakan dukungan emosional dan kebebasan bagi anak untuk menjelajahi lingkungannya, maka anak akan berkembang dengan memiliki pemahaman yang sehat mengenai siapa dirinya. Hal ini juga terjadi pada remaja dalam pencarian identitas yang sedang dilakukannya. Sedangkan rapuhnya hubungan komunikasi di dalam keluarga akibat orang tua yang bekerja, menyebabkan kurangnya perhatian terhadap kehidupan anak, sehingga para remaja yang mulai 49 mencari identitas diri melalui interaksi sosial di luar rumah, bersenang-senang dengan masa remaja mereka dengan mencari pengalaman baru dan bekerja. Namun dengan minimnya ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki oleh gyaru mereka akhirnya melakukan Enjokōsai yang dapat dengan mudah menghasilkan banyak uang tanpa perlu mengorbankan waktu, pikiran dan tenaga. Di dalam lingkungan sekolah interaksi dengan teman sebaya merupakan sumber dari adanya rasa kasih sayang, simpati dan saling memahami bagi remaja. Melalui interaksi dengan teman sebaya remaja dapat mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan moral, yaitu pengetahuan mengenai apa yang benar dan salah serta mempelajari nilai-nilai yang berkaitan dengan politik dan agama, seperti adanya keinginan untuk memperhatikan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat, serta memilih keyakinan yang tepat bagi dirinya. Di dalam lingkungan masyarakat lingkungan merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar. Fashion menyuarakan berlakunya ideologi dalam masyarakat, dan para remaja melihat tuntutan identitas individual di dalam kelompok adalah lebih penting dan lebih berarti dibanding identitas kelompok itu sendiri yang dulunya menjadi kunci konsep dalam kebudayaan Jepang. Para remaja terus mencari identitas dan komunitas dimana mereka merasa diterima.

4.2 Saran