.................................................................................................8 ; kondisi disaat π maksimum
P
Y
- P
x
= 0 P
Y
= P
X
........................................................................................................9 Untuk efisiensi dari penggunaan tiap-tiap faktor produksi, kondisi
tersebut tercapai dengan syarat sebagai berikut: ....................................................................10
Apabila kondisi tersebut dipenuhi, artinya faktor produksi X yang digunakan telah mencapai tingkat efisiensi. Namun kenyataannya kondisi seperti
ini sulit dicapai. Jika
artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien sehingga diperlukan penambahan faktor produksi agar tercapai kondisi
efisiensinya. Jika
artinya penggunaan faktor produksi X telah melampaui tingkat efisiensi sehingga diperlukan pengurangan faktor
produksi X agar tercapai kondisi efisiennya.
4.4.3 Identifikasi Motif Transaksi Konsumen Dalam Pembelian Ikan Koi
Metode yang akan digunakan dalam identifikasi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas sampel data yang terkumpul Hasan 2004. Hasil
yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif adalah karateristik konsumen pembeli dan alasan
– alasan mereka dalam pembelian ikan Koi melalui wawancara dari sumber-sumber yang terkait. Kemudian akan dibuat suatu
rangkuman dan diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.
V GAMBARAN UMUM
5.1 Kondisi Umum Kecamatan Cisaat
Kondisi umum Kecamatan Cisaat yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi aspek geografis dan aspek demografis serta sosial ekonomi masyarakat.
Bagian ini juga akan menjelaskan tentang karakterisik responden sebagai petani dan konsumen yang terkait dalam penelitian.
5.1.1. Aspek Geografis
Kecamatan Cisaat berada di sebelah utara pusat pemerintahan ibu kota kabupaten setelah adanya perpindahan pusat pemerintahan dan ibu kota
Kabupaten Sukabumi ke Pelabuhan Ratu. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan ke pusat pemerintahan adalah sebagai berikut:
1. Ke pusat pemerintahan Kabupaten sebesar 66 km; 2. Ke pusat pemerintahan Propinsi sebesar 96 km;
3. Ke pusat pemerintahan Negara sebesar 115 km; 4. Ke Bakorawill II Bogor sebesar 54 km.
Batas wilayah Kecamatan Cisaat adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kadudampit, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Gunung keruh,
sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cantalayan, dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kota Sukabumi.
Kecamatan Cisaat memiliki luas wilayah 2.165,075 ha yang terbagi kedalam 13 desa yaitu Desa Cisaat, Desa Sukamanah, Desa Cibatu, Desa Nagrak,
Desa Sukamantri, Desa Sukasari, Desa Gunungjaya, Desa Babakan, Desa Selajambe, Desa Cibolangkaler, Desa Padaasih, Desa Sukaresmi, dan Desa
Kutasirna. Kondisi tanah yang berasa di wilayah Kecamatan Cisaat keadaannya datar dan berbukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 m dpl
sampai 600 m dpl dan suhu udara temperatur berkisar antara 20° C sampai 28° C serta rata-rata curah hujan 2.000 mm sd 3.000 mm per tahun. Dengan keadaan
seperti itulah maka kondisi tanah di wilayah Kecamatan Cisaat pada umumnya cukup subur dan gembur serta sangat cocok digunakan lahan pertanian tanaman
basah dan perikanan.
5.1.2 Aspek Demografis dan Sosial Ekonomi
Dilihat dari aspek demografis, penyebaran penduduk Kecamatan Cisaat dapat dikatakan merata di 13 desa dengan jumlah yang hampir seimbang. Jumlah
penduduk di Kecamatan Cisaat tahun 2013 adalah 111.400 orang. Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kecamatan Cisaat sebagian besar adalah petani
dan buruh tani, dapat kita lihat pada Tabel 4 dibawah ini: Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Cisaat Tahun 2013
No Mata Pencaharian
Jumlah orang
1. Petani Buruh Tani
30.635 2.
Pedagang 18.938
3. Pegawai swasta
35.403 4.
Pegawai negeri sipil 5.570
5. TNI POLRI
89 6.
Pensiunan 4.456
7. Pelajar Mahasiswa
10.758 8.
Tidak Bekerja 5.551
Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Cisaat, 2013
5.2 Karakteristik Responden
Karakteristik umum responden berdasarkan data hasil wawancara terhadap 68 orang terdiri dari dua kategori yaitu petani ikan Koi dan konsumen
ikan Koi.
5.2.1 Karakteristik Petani
Penelitian dilakukan di Kecamatan Cisaat yang merupakan salah satu sentra produksi ikan Koi di Jawa Barat. Responden dalam penelitian ini sebanyak
38 orang pembudidaya ikan Koi. Karakteristik responden penting karena berpengaruh dalam setiap kegiatan budidaya. Beberapa karakteristik petani
meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status budidaya, pengalaman budidaya, dan kelompok pembudidaya ikan.
5.2.1.1 Jenis Kelamin Petani
Responden petani dalam penelitian ini berjumlah 38 orang. Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 38 orang atau
100 persen, sedangkan responden perempuan tidak ada atau 0 persen. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki sebagai kepala keluraga yang
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam berumah tangga. Berikut ini
merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Cisaat.
Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Cisaat
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persentase
Laki-laki 38
100 Perempuan
Total 38
100 5.2.1.2 Usia Petani
Tingkat usia responden melalui hasil wawancara sangat bervariasi. Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa usia termuda respoden yaitu berkisar
antara 20 sampai 30 tahun, sedangkan usia tertua berkisar antara 51 sampai 60 tahun. Usia petani di Kecamatan Cisaat sebagian besar berusia 31 sampai 40
tahun. Usia tersebut termasuk usia produktif untuk melakukan suatu usaha. Responden dalam penelitian ini hampir semua telah menikah dan mempunyai
tanggungan. Berikut merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan usia di Kecamatan Cisaat.
Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Kecamatan Cisaat
Usia tahun Jumlah orang
Persentase
20-30 7
18,42 31-40
18 47,37
41-50 10
26,32 51-60
3 7,89
Total 38
100 5.2.1.3 Tingkat Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dilihat dari pendidikan terakhir para petani. Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
di Kecamataan Cisaat tergolong cukup tinggi karena sebagian besar responden telah menempuh pendidikan sampai ketingkat Sekolah Menengah Atas SMA
sebanyak 23 orang atau 60,53 persen. Tingkat pendidikan berpengaruh dalam kegiatan usahatani, misalnya pada saat penggunaan teknologi yang semakin maju.
Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Cisaat.
Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cisaat
Pendidikan Jumlah orang
Persentase
SD 7
18,42 SMP
6 15,79
SMA 23
60,53 Perguruan Tinggi
2 5,26
Total 38
100 5.2.1.4 Status Budidaya Petani
Status budidaya petani di Kecamatan Cisaat terdiri dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa sebagian besar
pekerjaan petani sebagai pembudidaya ikan Koi yaitu pekerjaan sampingan sebesar 20 orang atau 52,63 persen. Pekerjaan utama petani sebagian besar yaitu
pembudidaya ikan konsumsi, petani melakukan tumpang sari dalam kegiatan budidaya tersebut. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik
responden berdasarkan status budidaya ikan Koi di Kecamatan Cisaat. Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Budidaya
Status Budidaya Jumlah orang
Persentase
Utama 18
47,37 Sampingan
20 52,63
Total 38
100 5.2.1.5 Pengalaman Budidaya Petani
Pengalaman budidaya dalam usaha budidaya berpengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi permasalahan yang muncul
di lapangan. Petani yang lebih berpengalaman akan lebih cekatan dalam mengambil sebuah keputusan. Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian
besar pengalaman petani dalam budidaya ikan Koi yaitu 10 sampai 20 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 36,84 persen. Hal ini menunjukkan sebagian besar petani
sudah cukup berpengalaman dalam budidaya ikan Koi. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan pengamalan
budidaya di Kecamatan Cisaat.
Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Budidaya di Kecamatan Cisaat
Pengalaman Budidaya Jumlah orang
Persentase
10 11
28,95 10-20
14 36,84
21-30 13
34,21
Total 38
100 5.2.1.6 Kelompok Pembudidaya Ikan Pokdakan Petani
Terdapat beberapa kelompok pembudidaya ikan Pokdakan di Kecamatan Cisaat. Dalam penelitian ini, responden yang diambil terdiri dari
petani yang ikut dalam pokdakan dan petani yang tidak ikut dalam pokdakan atau petani mandiri. Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa sebagian besar petani
ikut dalam pokdakan yaitu sebanyak 30 orang atau 78,95 persen. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan
pokdakan di Kecamatan Cisaat. Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pokdakan di Kecamatan Cisat
Nama Pokdakan Jumlah orang
Persentase
Gosanke 7
18,42 Muda Berkarya
8 21,05
PBC 8
21,05 Al Mubarokah
3 7,89
SMS 2
5,26 Mina Raja
1 2,63
Bina Sejaterah 1
2,63 Petani Mandiri
8 21,05
Total 38
100 5.2.2
Karakteristik Konsumen
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang merupakan penghobiis ikan Koi. Responden diambil sebanyak 30 orang yang diambil secara
sengaja berdasarkan hasil informasi dari penghobiis sebelumnya mengingat sesama penghobiss saling mengenal satu sama lain. Beberapa karakteristik
konsumen meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan rata-rata.
5.2.2.1 Jenis Kelamin Konsumen
Jenis Kelamin Konsumen dalam penelitian yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa jumlah responden laki-
laki sebanyak 29 orang atau 96,67 persen, sedangkan responden perempuan
sebanyak 1 orang atau 3,33 persen. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persentase
Laki-laki 29
96,67 Perempuan
1 3,33
Total 30
100 5.2.2.2 Usia Konsumen
Tingkat usia responden melalui hasil wawancara sangat bervariasi. Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa usia termuda respoden yaitu berkisar
antara 20 sampai 29 tahun, sedangkan usia tertua lebih besar dari 49 tahun. Usia konsumen ikan Koi besar berusia 40 sampai 49 tahun. Responden dalam
penelitian ini hampir semua telah menikah dan mempunyai tanggungan. Berikut
merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan usia.
Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia tahun Jumlah orang
Persentase
20-29 5
16,67 30-39
8 26,67
40-49 14
46,67 49
3 10,00
Total 30
100 5.2.2.3 Pendidikan Terakhir Konsumen
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dilihat dari pendidikan terakhir konsumen. Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
konsumen tergolong cukup tinggi karena sebagian besar responden telah menempuh pendidikan sampai ketingkat Sekolah Menengah Atas SMA
sebanyak 14 orang atau 46,67 persen. Sedangkan pendidikan tertinggi pada konsumen yaitu pasca sarjana. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan
karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir. Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Jumlah orang
Persentase
SMP 4
13,33 SMA
14 46,67
Sarjana 9
30,00 Pasca Sarjana
3 10,00
Total 30
100
5.2.2.4 Pekerjaan Konsumen
Pekerjaan konsumen dalam penelitian ini sangat bervariasi. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui sebagian besar pekerjaan konsumen yaitu wiraswasta
pedagang, pengusaha, dan lainnya sebanyak 22 orang atau 73,33 persen. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan. Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah orang
Persentase
Wiraswasta 22
73,33 Pegawai Swasta
3 10,00
Pegawai Negeri 4
13,33 Ibu Rumah Tangga
1 3,33
Total 30
100 5.2.2.5 Pendapatan Rata-Rata Konsumen
Jumlah pendapatan konsumen sangat bervariasi sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa pendapatan
tertinggi konsumen yaitu lebih besar dari Rp. 10.000.000,- yaitu sebanyak 9 orang atau 30 persen, sedangkan pendapatan tertingga konsumen yaitu lebih kecil dari
Rp. 3.000.000,- sebanyak 6 orang atau 20 persen. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan pendapatan rata-rata.
Tabel 15 Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata
Pendapatan Rpbulan Jumlah orang
Persentase
3.000.000 6
20 3.000.000-5.000.000
6 20
5.000.001-10.000.000 9
30 10.000.000
9 30
Total 30
100 5.3
Kegiatan Budidaya Ikan Koi di Kecamatan Cisaat
Kegiatan budidaya ikan Koi yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Cisaat sebagian besar dimulai dengan tahapan pembenihan ikan sampai
pembesaran sekitar usia 3 sampai 4 bulan. Tahapannya adalah sebagai berikut:
5.3.1 Pengelolaan Lahan
Kegiatan awal dalam budidaya ikan Koi yaitu pengelolaan lahan yang dilakukan selama 4 sampai 5 hari. Tahap awal yang dikerjakan yaitu pengeringan
kolam selama 3 hari untuk menetralkan kembali kadar tanah dan kuman yang menempel di dinding akan mati. Kemudian dilakukan pemupukan di lahan yang
telah dikeringkan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang dan pupuk urea yang dicampur secara merata. Setelah dipupuk secara merata, dikeringkan lagi
selama 2 hari. Lalu diisi dengan air sampai penuh dan dibiarkan selama 1 hari untuk menetralkan suhu air. Kualitas air yang baik sangat mendukung untuk
perkembangan ikan Koi secara optimal.
5.3.2 Pembenihan Ikan
Pembenihan ikan dilakukan selama 40 sampai 50 hari yaitu dimulai dari penetesan induk. Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna yang
bervariasi, cerah, simetris, dan kesehatan yang baik. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah yang berbeda dan tidak diberi pakan selama beberapa
hari. Telur yang menetas menghasilkan larva. Kemudian larva diletakkan diatas ijuk didalam kolam dan dibiarkan 15 hari. Setelah 15 hari, larva tersebut
dipindahkan ke dalam kolam selama 30 hari. Setelah berukuran jari atau 4 sampai 5 cm dilakukan penjarangan untuk memilih ikan yang kualitas baik.
5.3.3 Penanaman Benih
Penanaman benih dilakukan selama 30 menit. Para petani melakukan kegiatan tumpang sari dalam kegiatan budidaya ikan Koi ini. Biasanya ikan Koi di
tumpang sari dengan ikan Komet, ikan Baster, ikan Nila dan lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing petani. Setelah dilakukan penanaman, ikan Koi
tidak diberi pakan selama 2 sampai 3 hari karena ikan Koi akan melakukan pemulihan dan adaptasi. Setelah 3 hari, ikan Koi diberikan pakan dedak dan pakan
pelet sesuai dengan jumlah ikan yang ditanam. Pemberikan pakan tersebut dilakukan rutin setiap hari oleh petani.
5.3.4 Panen
Panen ikan dilakukan setelah ikan berumur 3 sampai 4 bulan atau berukuran 5 sampai 15 cm. Sebelum ikan dijual secara keseluruhan akan
dilakukan penjarangan terlebih dahulu. Penjarangan dilakukan agar diperoleh ikan Koi yang berkualitas baik atau kurang baik. Ikan Koi yang berkualitas baik
biasanya akan ditanam kembali oleh para petani sampai berukuran sesuai dengan keinginan petani serta menunggu harga pasar yang baik. Sedangkan ikan Koi yang
kualitas kurang baik akan dijual langsung oleh petani kepada tengkulak dan pedagang.
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di
Kecamatan Cisaat
Model analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat adalah model analisis
regresi berganda yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square OLS. Data yang digunakan dalam menentukan model tersebut yaitu data primer melalui
wawancara terhadap 38 orang petani ikan Koi. Data tersebut diolah dengan menggunakan software SPSS 17.0. Faktor-faktor produksi yang diestimasi ke
dalam model meliputi benih X
1
, pakan dedak X
2
, pupuk kandang X
3
, obat- obatan X
4
, dan tenaga kerja X
5
. Model yang diduga merupakan hubungan antara fakor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Hasil
pendugaan model fungsi produksi yang diperoleh setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode OLS adalah sebagai berikut:
............................................................................................11 Keterangan :
Y = produksi ikan Koi ekor
X
1
= benih ekor X
2
= pakan dedak kilogram X
3
= pupuk kandang kilogram X
4
= obat-obatan kilogram X
5
= tenaga kerja HOK Berdasarkan uji secara ekonomi, hasil dari pendugaan model tersebut
menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen sesuai dengan hipotesis. Apabila dalam model bertanda positif +, artinya setiap penambahan penggunaan
input sebesar satu persen akan meningkat produksi ikan Koi sebesar masing- masing koefisien independen di model. Sedangkan apabila model bertanda negatif
-, artinya setiap penambahan penggunaan input sebesar satu persen akan menurunkan produksi ikan Koi sebesar masing-masing koefisien independen di
model. Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan SPSS yang terdapat di
Lampiran 2, diperoleh koefisien determinasi disesuaikan Adjusted R
2
sebesar 0,410. Angka tersebut menunjukkan bahwa 41 persen keragaman produksi ikan
Koi dijelaskan oleh variabel independen yang ada dalam model yaitu benih, pakan dedak, pupuk kandang, obat-obatan dan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar
59 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil pendugaan diperoleh nilai uji F yang terdapat di Lampiran 2
sebesar 6,150. Nilai tersebut signifikan pada taraf 5 persen, artinya secara bersama-sama variabel independen dalam produksi mempunyai pengaruh nyata
terhadap produksi ikan Koi. Bedasarkan hasil uji t yang terdapat pada Lampiran 2, diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 25 persen
adalah benih, pupuk kandang, dan obat-obatan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi adalah pakan dedak, dan tenaga
kerja. Setelah melakukan pedugaan dan pengujian terhadap model fungsi
produksi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat masalah multikolineritas, heteroskedasitas, dan normalitas. Pengujian adanya
multikolinearitas atau tidak, dilihat dari nilai Variant Inflation Factor VIF. Apabila VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil dari
VIF yang terdapat di Lampiran 2, menunjukkan bahwa masing- masing variabel bernilai lebih kecil dari 10, maka dalam model fungsi produksi ikan Koi tidak
terdapat masalah multikolinearitas. Pengujian adanya heteroskedastisitas atau tidak, dilihat dari nilai Uji
Glejser G, apabila nilai dari uji G lebih besar dari taraf 5 persen maka tidak ada heteroskedastisitas. Hasil dari uji G yang terdapat pada Lampiran 2, sebesar 2,018
sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model fungsi produksi ikan Koi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan Tabel Kolmograv- Smirnov test
dan grafik P-Plot. Hasil dari Tabel Kolmograv-Smirnov test yang terdapat pada Lampiran 2 yaitu sebesar 0,529. Nilai dari Kolmograv-Smirnov test
lebih besar dari taraf nyata 20 persen maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut baik dan terdistribusi normal. Kemudian dapat dilihat pada grafik yang
terdapat pada Lampiran 2. Berdasarkan grafik P-Plot diketahui bahwa terlihat
titik-titik yang menyebar di sekitas garis peluang normal dan mengikuti garis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa residual model regresi tersebut
terdistibusi secara normal. Besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi regresi
linear berganda, dapat dilihat dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas dari masing-masing produksinya. Nilai dari regresi tersebut dapat dilihat pada
tabel dibawah ini. Tabel 16 Nilai Koefisien Regresi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat
Faktor Produksi Koefisien Regresi
Signifikan
Constant - 0,857
0,846 Benih X
1
0,612 0,000
Pakan Dedak X
2
- 0,061 0,602
Pupuk Kandang X
3
0,204 0,124
Obat-obatan X
4
- 0,157 0,243
Tenaga kerja X
5
0,462 0,521
Keterangan: =
nyata pada taraf 1 persen =
nyata pada taraf 15 persen =
nyata pada taraf 25 persen
1. Benih
Benih merupakan faktor produksi yang paling utama dalam usaha budidaya ikan Koi. Benih berdasarkan Tabel 16 berpengaruh positif terhadap
peningkatan produksi ikan Koi. Variabel benih berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi dengan taraf nyata 1 persen. Nilai elastisitas produksi untuk
variabel benih adalah 0,612 artinya setiap penambahan jumlah benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ikan Koi sebesar 0,612 persen dengan asumsi
cateris paribus .
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jumlah benih yang ditanam setiap petani di Kecamatan Cisaat berbeda-beda tergantung luas lahan yang ada
dan adanya asumsi bahwa semakin banyak benih yang ditanam maka akan meningkatkan produksi ikan Koi. Sebagian besar petani melakukan kegiatan
tumpang sari dengan ikan konsumsi dan ikan hias lainnya. Hal ini disebabkan karena ikan Koi dapat hidup secara bersamaan dengan ikan yang lain. Ikan Koi
dapat menyesuaikan diri di kolam dengan tidak memakan ikan yang lain. Tetapi setelah ikan Koi berukuran besar maka ikan Koi akan dipisah-pisah. Hal ini
bertujuan agar pemeliharaan dan perawatannya lebih fokus sehingga mendapatkan hasil yang lebih berkualitas sampai dengan ukuran yang maksimal.
2. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan salah satu variabel yang penting dalam produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat. Pupuk kandang berdasarkan Tabel 16
berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi ikan Koi. Variabel pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap nilai produksi ikan Koi pada taraf nyata 15
persen. Nilai elastisitas produksi untuk variabel pakan adalah 0,204, artinya setiap penambahan jumlah penggunaan pupuk kandang sebesar satu persen akan
meningkatkan produksi ikan Koi sebesar 0,204 persen dengan asumsi cateris paribus
. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jumlah pupuk yang
digunakan petani di Kecamatan Cisaat berbeda-beda sesuai dengan luas lahan yang ada. Pupuk kandang berguna sebagai penyubur lahan sebelum ditanam ikan
Koi. Selain itu pupuk kandang juga berguna sebagai tambahan nutrisi dari unsur- unsur yang ada di dalam tanah sehingga ikan mendapatakan nutrisi alami. Pupuk
kandang diletakkan sewaktu kolam ikan masih dalam keadaan kering, kemudian dicampurkan kedalam kolam yang telah dipersiapkan sebelumnya, lalu
dikeringkan kembali selama dua sampai tiga hari. Setelah itu air dimasukkan kedapan kolam tersebut dan siap untuk ditanam benih ikan Koi.
3. Obat-Obatan
Obatan-obatan berguna untuk menyembuhkan dan mencegah segala macam penyakit pada ikan Koi. Obat-obatan berdasarkan Tabel 16 berpengaruh
negatif terhadap peningkatan produksi ikan Koi. Variabel obat-obatan berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi pada taraf nyata 25 persen. Nilai
elastisitas produksi untuk variabel obat-obatan adalah -0,157, artinya setiap penambahan jumlah penggunaan obat-obatan sebesar satu persen akan
menurunkan produksi ikan Koi sebesar 0,610 persen dengan asumsi cateris paribus
. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tidak semua petani
menggunakan obat-obatan. Tanpa obat-obatan ikan Koi masih dapat tetap hidup. Obat-obatan yang diberikan sesuai dengan kendala yang mereka hadapi, tetapi
sebagian besar petani menggunakan obat-obatan tersebut untuk pencegahan terhadap ikan. Penggunaan obat-obatan yang berlebihan dapat menurunkan
jumlah produksi ikan disebabkan oleh dosis yang kurang tepat sehingga ikan banyak yang mati. Salah satu jenis obat-obatan yang digunakan yaitu garam yang
berguna untuk menekan pertumbuhan parasit yang merugikan ikan sehingga ikan menjadi lebih sehat. Garam yang digunakan ialah garam yang tidak mengandung
yodium.
4. Pakan Dedak
Pakan dedak merupakan salah satu pakan yang diberikan petani untuk kelangsungan hidup ikan Koi. Pakan dedak berdasarkan Tabel 16 berpengaruh
negatif terhadap produksi ikan Koi. Variabel pakan dedak tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi. Nilai elastisitas produksi untuk variabel pakan dedak
adalah -0,061, artinya setiap penambahan jumlah pakan dedak sebesar satu persen akan menurunkan produksi ikan Koi sebesar 0,061 persen dengan asumsi cateris
paribus .
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pakan dedak tidak berpengaruh nyata disebabkan ikan Koi dapat hidup tanpa pakan, karena ikan Koi
dapat menyerap zat yang larut dalam air di kolam. Adanya pakan dedak, sebenarnya membantu dalam pembersaran ikan Koi tetapi tidak terlalu
berpengaruh jumlahnya. Pakan dedak penting dalam proses produksi untuk mencegah apabila kolam sudah tidak subur lagi. Pakan dedak yang diberikan
untuk ikan Koi apabila terlalu berlebihan akan menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran air. Pencemaran air akan menyebabkan kolam menjadi cepat
keruh sehingga ikan Koi sulit untuk melakukan proses pernafasan. Hal ini yang menyebabkan koefisien pada model berpengaruh negatif.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan oleh petani di Kecamatan Cisaat menggunakan tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan tenaga kerja bukan
keluarga. Tenaga kerja berdasarkan Tabel 16 berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi ikan Koi. Variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai produksi ikan Koi. Nilai elastisitas variabel tenaga kerja adalah
0,462, artinya setiap penambahan tenaga kerja sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ikan Koi sebesar 0,462 persen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tidak semua petani menggunakan tambahan tenaga kerja, sebagian besar mereka melakukannya
sendiri. Tenaga kerja dihitung berdasarkan hari orang kerja HOK. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang bisa digunakan berjumlah tiga sampai empat orang dan
sebagian besar yang digunakan adalah anggota keluarga. Tenaga kerja yang biasanya digunakan yaitu untuk tahap awal dan tahap akhir seperti pembersihan
kolam, penjarangan, dan pemanenan. Selain itu biasanya petani mengerjakan sendiri seperti pemberian pakan dan pembersihan gulma-gulma disekitar kolam.
Tenaga kerja tidak berpengaruh nyata dalam produksi ikan Koi bukan berarti tenaga kerja tidak penting. Tenaga kerja penting karena tanpa tenaga kerja
budidaya ikan Koi tidak dapat dilakukan.
6.2 Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ikan
Koi di Kecamataan Cisaat
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis efisiensi secara teknis dan analisis efisiensi secara ekonomis. Kedua analisis efisiensi ini
saling berpengaruh satu sama lain untuk menunjukkan kombinasi faktor-faktor produksi. Selain itu untuk mengetahui tingkat produksi ikan Koi yang optimal
sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal pada saat budidaya ikan Koi.
6.2.1 Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dapat diketahui berdasarkan nilai elastisitas produksi dari setiap variabel-variabel independen dalam model fungsi produksi ikan Koi. Nilai
elastisitas produksi pada fungsi produksi linear berganda dapat dilihat dari regresi masing-masing variabel independen yang telah diubah ke dalam bentuk hasil
logaritma natural ln pada saat mengolah data. Nilai elastisitas faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam produksi ikan Koi dapat dilihat di Tabel
berikut: Tabel 17 Nilai Elastisitas Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat
Faktor Produksi Elastisitas Produksi
Benih 0.612
Pupuk Kandang 0,204
Obat-obatan 0,157
Efisiensi teknis terjadi apabila elastisitas produksi bernilai lebih besar dari nol dan lebih kecil dari satu. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa
faktor-faktor produksi ikan Koi yang pengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi yaitu benih, pupuk kandang, dan obat-obatan secara berurutan bernilai 0,612,
0,204, dan 0,157 maka dapat disimpulkan faktor-faktor produksi tersebut mencapai efisiensi secara teknis. Apabila suatu faktor produksi mencapai efisiensi
secara teknis, maka faktor produksi tersebut belum efisiensi secara ekonomi, tetapi apabila suatu faktor produksi mencapai efisiensi secara ekonomi maka
sudah pasti faktor produksi tersebut mencapai efisiensi secara teknis.
5.2.2 Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi dari penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi dilihat dari hasil perbandingan antara Nilai Produk Marjinal NPM dan Biaya
Korbanan Marjinal BKM. Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila nilai perbandingan antara NPM dan BKM per periode produksi sama dengan satu
untuk semua faktor produksi yang digunakan. Kondisi demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi dalam keadaan optimal. Nilai
perbandingan antara NPM dan BKM dapat dilihat di Tabel berikut: Tabel 18 Rasio NPMBKM Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan
Cisaat
Faktor Produksi NPMBKM
Benih 0,319
Pupuk Kandang 6,339
Obat-obatan 1,550
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi yaitu benih telah melampaui tingkat efisiensi karena rasio
antara NPM dan BKM bernilai kurang dari satu yaitu 0,319 sedangkan pupuk kandang dan obat-obatan belum mencapai tingkat efisiensi karena rasio antara
NPM dan BKM bernilai lebih dari satu secara berurutan yaitu 6,339 dan 1,550. Untuk mencapai kondisi efisien secara ekonomi, diperlukan perhitungan
penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal yang dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19 Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat
Faktor Produksi Rata-Rata
Input per15000m
2
NPMBKM Penggunaan
Optimal per 15000m
2
Benih ekor 25.171,000
0,319 8.031,000
Pupuk Kandang kg 251,710
6,339 1.595,472
Obat-obatan kg 8,390
1,550 13,006
Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha budidaya ikan Koi di Kecamatan Cisaat dapat dicapai apabila penggunaan benih
dikurangi dari 25.171 ekor menjadi 8.031 ekor per 15000 m
2
. Pengurangan benih perlu dilakukan karena berdasarkan hasil dilapangan semakin banyak benih yang
ditanam maka resiko kematian ikan Koi juga semakin meningkat karena menyebabkan kolam semakin padat. Maka apabila penanaman ikan Koi dilakukan
secara berlebihan akan menyebabkan produksi ikan Koi menurun. Oleh sebab itu sebaiknya petani lebih fokus menanam benih ikan Koi secukupnya tetapi dengan
syarat kualitas yang benih yang bagus sehingga hasil yang didapatkan juga bagus serta memperlama waktu penjualan.
Pupuk kandang penggunaannya ditingkatkan dari 251,710 kg menjadi 1.595,472 kg per 1500 m
2
. Peningkatan pupuk kandang perlu dilakukan karena berdasarkan hasil dilapangan pupuk kandang bagus untuk mengembalikan tingkat
kesuburan dan menjaga struktur tanah supaya kolam tersebut mengandung zat organik untuk pakan alami ikan Koi. Selain itu juga berguna untuk meningkatkan
keasaman tanah karena pupuk kandang tidak terikat dengan lumpur didasar kolam. Maka dengan demikian penggunaan pupuk kandang dapat efisiensi secara
ekonomis. Obat-obatan penggunaannya ditingkatkan dari 8,390 kg menjadi 13,006
kg. Obat-obatan dalam penelitiannya ini yaitu berupa garam yang berguna untuk mencegah tumbuhnya parasit didalam kolam dan masuknya bakteri kedalam
tubuh ikan. Bakteri-bakteri pada ikan Koi sangat mengganggu dalam kegiatan produksi yang menyebabkan ikan tidak dapat bertahan lama untuk hidup. Oleh
sebab itu untuk melancarkan kegiatan produksi ikan Koi ada baiknya melakukan pencengahan terlebih dahulu agar ikan Koi dapat lebih lama bertahan hidup serta
penggunaan obat-obatan dapat efisiensi secara ekonomi.
6.3 Identifikasi Motif Transaksi Konsumen dalam Pembelian Ikan Koi
Motif transaksi diperlukan untuk mengetahui informasi-informasi apa yang melatarbelakangi konsumen dalam pembelian ikan Koi. Hal ini dapat
dijadikan suatu masukan untuk para petani dalam memproduksi ikan Koi. Untuk mengetahui motif-motif tersebut dilakukan beberapa tahap yaitu pengenalan
masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian Setiadi 2010. Dalam penelitian ini diambil 30
responden untuk mengetahui motif yang melatarbelakangi dalam pembelian ikan Koi oleh para konsumen atau penghobiis. Motif-motif transaksi konsumen
pembelian ikan Koi dapat dijelaskan pada Tabel 20 berikut. Tabel 20 Motif-Motif Transaksi Pembelian dalam Ikan Koi
No. Tahapan Pembelian
Jumlah orang
Presentase 1.
Motivasi Pembelian
Ikan Koi memiliki harga yang terjangkau 6
16,67 Ikan Koi memiliki postur tubuh dan warna
yang indah 17
56,67 Ikan Koi membawa keburuntungan
4 13,33
Ikan Koi sebagai bisnis yang unik 4
13,33 Total
30 100
2. Sumber Informasi
Keluarga 8
26,67 Teman
15 50,00
Media Massa 4
13,33 Pedagang
3 10,00
Total 30
100
3. Pertimbangan Pembelian
Keindahan postur tubuh dan warna 26
86,66 Ukuran ikan Koi
2 6,67
Harga beli 2
6,67 Total
30 100
4. Tujuan Pembelian
Hobi 20
66,66 Adanya mitos
2 6,67
Lahan bisnis yang menguntungkan 8
26,67 Total
30 100
5. Kepuasan Pembelian
Puas 30
100 Tidak Puas
Total 30
100
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan tahapan-tahapan dalam pembelian ikan Koi yaitu:
6.3.1 Pengenalan Masalah Kebutuhan
Proses membeli diawali pada saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya
dengan kondisi yang diinginkan. Ketika perbedaan itu melebihi suatu tingkat tertentu, maka kenali kebutuhan yang akan menimbulkan dorongan yang
memotivasi konsumen untuk memuaskannya Engel el. al. 1995. Kebutuhan konsumen dalam penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai pembelian ikan
Koi. Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa sebanyak 17 orang atau 56,67 persen konsumen memilih ikan Koi sebagai ikan hias yang dipilih karena memiliki
postur tubuh dan warna yang indah. Sebanyak 6 orang atau 16,67 persen konsumen memilih ikan Koi dengan alasan memiliki harga yang terjangkau.
Sebanyak 4 orang atau 13,33 persen konsumen memilih ikan Koi dengan alasan membawa keberuntungan sesuai dengan mitos yang mereka percayai. Sebanyak 4
orang atau 13,33 persen konsumen memilih ikan Koi dengan alasan sebagai bisnis yang unik.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, konsumen tidak terfokus pada tinggi rendahnya harga ikan Koi, karena sebagian besar konsumen memilih
ikan Koi sebagai ikan Hias disebabkan karena postur tubuh dan warna yang indah. Semakin tinggi kualitas ikan Koi akan meningkatkan permintaan konsumen untuk
membeli ikan Koi. Para petani diharapkan mampu menghasilkan ikan Koi dengan kualitas yang tinggi sehingga dalam budidaya ikan Koi ini dapat memberikan
keuntungan yang tinggi. Salah satu caranya dengan mencari indukan yang bagus sehingga hasil yang didapatkan juga bagus.
6.3.2 Pencarian Informasi
Setelah melalui tahap pengenalan kebutuhan, maka konsumen akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak mengenai ikan Koi. Dalam
mencari informasi dibedakan menjadi dua tingkat yaitu pertama, keadaan tingkat pencarian informasi yang sedang-sedang saja yang disebut perhatian meningkat
dan kedua, proses pencarian informasi secara aktif dimana ia mencari bahan- bahan bacaan, menelepon teman-temannya, dan melakukan kegiatan-kegiatan
mencari untuk mempelajari yang lain. Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa sebagian besar konsumen memperoleh informasi mengenai ikan Koi melalui
teman yaitu sebanyak 15 orang atau 50 persen. Konsumen yang memperoleh informasi mengenai ikan Koi melalui keluarga sebanyak 8 orang atau 26,67
persen. Konsumen memperoleh informasi mengenai ikan Koi melalui media massa sebanyak 4 orang atau 13,33 persen. Konsumen yang memperoleh
informasi mengenai ikan Koi melalui pedagang sebanyak 3 orang atau 10 persen. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagian besar konsumen
mendapatkan informasi dari teman. Hal ini disebabkan konsumen yang membeli juga ikan Koi sebagian besar dari daerah Sukabumi juga. Apabila penyebaran
informasi dapat dikembangkan maka akan memberikan dampak yang positif bagi para petani, misalnya dengan electronic marketing. Beberapa contoh dari
electronic marketing yaitu Facebook, Twitter, Kaskus, dan media-media sosial
lainnya dari para petani ikan Koi. Apalagi dizaman yang serba canggih pada saat ini, dengan internet semua informasi dapat kita akses. Kemudian dibuat suatu
forum khusus untuk penjualan ikan Koi dengan beragaram jenis, sehingga para konsumen lebih mudah dalam mengenal ikan Koi. Bagi pemerintah ada baiknya
dengan membuat suatu blog tentang ikan Koi sehingga konsumen dari daerah manapun mampu mengakses tentang perkembangan ikan Koi.
6.3.3 Evaluasi Alternatif
Setelah melalui tahap pencarian informasi, maka proses selanjutnya yaitu tahap evaluasi. Kebanyakan model yang digunakan dari proses evaluasi konsumen
sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan pada pertimbangan
sadar dan rasional. Evaluasi alternatif merupakan proses penentuan alternatif pilihan-pilihan dalam pembelian. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa
sebagian besar hal utama yang konsumen pertimbangkan dalam pembelian ikan Koi yaitu karena keindahan postur tubuh dan warna sebanyak 26 orang atau 86,67
persen. Ukuran dan harga ikan Koi juga termasuk dalam pertimbangan konsumen masing-masing sebanyak sebanyak 2 orang atau 6,67 persen.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pertimbangan pembelian hampir sama dengan motif awal pembelian ikan Koi. Dalam hal ini, pertimbangan
pembelian untuk menekankan dari segi mana yang biasanya konsumen pilih lagi dalam pembelian ikan Koi. Ternyata sama dengan motif diawal, pembelian ikan
Koi sebagian besar dilihat dari keindahan postur tubuh dan warna. Sehingga petani diharapkan mampu menjaga kualitas dalam mengembangkan budidaya ikan
Koi. Petani juga diharapkan mampu menjual harga ikan Koi yang tinggi supaya keuntungan yang didapat juga tinggi tetapi dengan syarat kualitas ikan Koi yang
tinggi pula.
6.3.4 Keputusan Pembelian
Setelah melalui tahap evaluasi, maka akan dilanjutkan dengan keputusan pembelian konsumen. Dalam hal ini konsumen membentuk tujuan pembelian ikan
Koi. Tujuan konsumen dalam pembelian ikan Koi dapat dilihat pada Tabel 20, yaitu sebagian besar dikarenakan hobi yaitu sebanyak 20 orang atau 69,99 persen,
adanya mitos sebanyak 2 orang atau 6,67 persen, dan lahan bisnis yang menguntungkan sebanyak 8 orang atau 26,67 persen.
Para penghobiis sangat antusias dalam pemeliharaan ikan Koi, dikarenakan ikan Koi dapat dijadikan salah satu alat refreshing bagi mereka.
Apalagi dengan mendengar gemercik-gemercik air dikolam, hal tersebut mampu membuat tubuh lebih rilex setelah bekerja seharian di luar rumah. Berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan, jenis-jenis ikan Koi yang konsumen beli yaitu sebagian besar ikan Koi yang berjenis Kohaku. Jenis Kohaku sudah sering
beredar dipasaran, sehingga konsumen lebih memilih ikan Koi jenis tersebut dikarenakan mudah didapatkan. Sedangkan ukuran ikan Koi yang biasanya
konsumen beli yaitu sebagian besar ukuran yang besar yaitu diatas 15 cm. Konsumen lebih memilih ukuran ikan Koi yang besar karena ikan tersebut akan
dipelihara, serta biasanya konsumen membelinya melalui pelelangan pada saat diadakan kontes ikan Koi. Hal tersebut dapat dijadikan acuan petani dalam
menjual ikan Koi, karena semakin besar ukuran ikan Koi dengan kualitas yang baik maka akan meningkatkan harga penjualan. Jangan terlalu cepat dalam
penjualan, ada baiknya dipelihara sampai ukuran yang biasanya konsumen beli. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, harga ikan Koi yang
konsumen beli yaitu sebagian besar dengan selang harga lebih dari Rp.100.00,00 sampai Rp.1.000.000,00 dengan rata-ratajumlah pembelian sebanyak 10 ekor.