Analisis Efisiensi Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi

(1)

ANALISIS EFISIENSI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI IKAN KOI DI KECAMATAN CISAAT

KABUPATEN SUKABUMI

KARTIKA JAYAMURTI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Efisiensi Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Oktober 2014

Kartika Jayamurti NIM H44100022


(4)

(5)

KARTIKA JAYAMURTI. Analisis Efisiensi Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat. Dibimbing oleh ACENG HIDAYAT dan ASTI ISTIQOMAH.

Ikan Koi (Cyprinus carpio) merupakan komoditas unggulan ikan hias air tawar yang banyak diminati masyarakat. Ikan Koi selain dipelihara oleh penghobiis, mempunyai daya tarik dan dapat memberikan keuntungan yang dapat membangkitkan keinginan masyarakat dalam memelihara dan membudidayakannya. Kecamatan Cisaat merupakan salah satu sentra produksi ikan Koi yang berada di bagian utara Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Usaha budidaya ikan Koi di Kecamatan Cisaat beromset setiap bulannya minimal mencapai Rp. 20 juta. Namun produksi ikan Koi di daerah tersebut masih mengalami fluktuasi dan produksi ikan Koi dengan kualitas yang tinggi masih rendah, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat; (2) Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat; dan (3) Mengidentifikasi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi. Model fungsi produksi dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda, analisis efisiensi produksi yaitu secara teknis dan ekonomis, dan motif transaksi pembelian ikan Koi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi adalah benih, pupuk kandang, dan obat-obatan. Penggunaan faktor produksi tersebut telah tercapai efisiensi secara teknis, tetapi belum efisiensi secara ekonomi. Motif transaksi konsumen yang paling utama dalam memilih ikan Koi yaitu ketertarikan terhadap postur tubuh dan warna yang indah dengan tujuan pembeliannya adalah hobi.

Kata Kunci: analisis regresi linear berganda, efisiensi, ikan Koi, motif transaksi, dan produksi


(6)

Production of Koi Fish in Cisaat. Supervised by ACENG HIDAYAT and ASTI ISTIQOMAH.

Koi fish (Cyprinus carpio) is a leading commodity of freshwater fish

that attracted many people. Koi fish is not only kept by hobiis but also it’s

interested and profitable commodity. Cisaat is one of producer of Koi fish that located in Northern Sukabumi, West Java, Indonesia. The turnover of Koi fish business in Cisaat can reach IDR 20 million per month. However, productions are still fluctuative and high quality products are still difficult

to achieved, so the research study about the factors that influence Koi fish’s

production is necessary to do. The purposes of this study are (1) to identify the factors that influence Koi fish’s production in Cisaat; (2) to analyze the efficiency level of the use of production factors of Koi fish in Cisaat; and (3) to identify consumer’s transaction motive to purchase koi fish in Cisaat. The production function model is analyzed by using multiple linear regeression analysis, production efficiency analysis are technically and economically, and consumer’s transaction motive to purchase Koi fish is analyzed by using descriptive analysis. The result of the research study showed that seed, manure, and medicines significantly affected Koi fish’s production. The use of these production factors has been achieved the efficiency technically but not economically yet. The main transaction motive to

purchase Koi fish is because of its beauty on it’s body shape and colors with

purchasing purpose is hobby.

Keys words: efficiency, Koi fish, multiple linear regression analysis, production, and transaction motive


(7)

KARTIKA JAYAMURTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

NIM : H44100022

Disetujui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT Pembimbing I

Asti Istiqomah, SP, M Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen


(10)

(11)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah ekonomi pertanian, dengan judul Analisis Efisiensi Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di Kecamataan Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Ir. Yanu Rianto, Ibu Maisuri Jaya, Abang Riyan Cahyo Jayamurti, Adik-adik Fathan Baskara Jayamurti dan Muhammad Wildan Shabir Jayamurti atas kasih sayang, semangat, dan doa yang selalu dilimpahkan kepada penulis; Bapak Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT dan Ibu Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, arahan, kesabaran, dan ilmu yang telah diberikan selama penyusunan skripsi; Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik atas segala perhatian dan arahan yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan; Bapak Adi Hadianto, SP, M.Si dan Ibu Dessy Rachmatwatie, S.Pt, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini; Seluruh dosen dan staff Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas segala bantuannya; para responden di Kecamatan Cisaat yang membantu dalam pengumpulan data; sahabat sebimbingan Dhea, Sheila, Fibri, Mutty, Bintang, Nabila, dan Fauzan atas semangat dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini; sahabat ESL 47 Frisca, Maulani, Lina, Shara, Yaris, Javid, Donna, Melin, Andreas, Nana, Miranti, Dwi, Gita, dan lainnya serta anggota REESA periode 2011/2012 atas segala kebersamaan dan motivasi yang diberikan kepada penulis; keluarga besar IMMAM Rita, Melly, Adilla, Novade, Amalia, Ninid, Iqbal, Hariz, Irfan, Zikri, Apro, Lutfia, Feby, dan lainnya atas segala bantuan, motivasi dan kekeluargannya selama menjalani proses penyelesaian skrispsi; para sahabat Bella, Deti, Ega, Maya, dan Galuh Sitaresmi atas segala motivasinya; dan Abdillah El Zakir, S.Pt atas segala doa, semangat dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2014


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang... 1

1.2Perumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 7

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Ikan Koi ... 8

2.1.1 Jenis-jenis Ikan Koi ... 8

2.1.2 Tahapan Perencanaan Produksi Ikan Hias ... 9

2.1.3 Teknik Budidaya Ikan Koi ... 10

2.2 Teori Fungsi produksi... 13

2.2.1 Definisi Produksi ... 13

2.2.2 Fungsi Produksi ... 14

2.3 Regresi Berganda... 14

2.4 Teori Efisiensi ... 15

2.5 Motif Ekonomi ... 15

2.6 Keputusan Pembelian Konsumen ... 16

2.7 Penelitian Terdahulu ... 17

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 21

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 21

4.4 Metode Pengelolaan dan Analisis Data ... 21

4.4.1 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan koi di Kecamatan Cisaat ... 22


(14)

4.4.1.1 Pengujian Hipotesis Regresi Berganda ... 23

4.4.2 Estimasi tingkat efisiensi faktor-faktor yang mempegaruhi produksi ikan di Kecamatan Cisaat ... 25

4.4.2.1 Efisiensi Teknis ... 26

4.4.2.2 Efisiensi Ekonomis ... 26

4.4.3 Identifikasi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan koi ... 27

BAB V. GAMBARAN UMUM ... 28

5.1 Kondisi Umum Kecamatan Cisaat ... 28

5.1.1 Aspek Geografis ... 28

5.1.2 Aspek Demografis dan Sosial Ekonomi ... 29

5.2 Karakteristik Responden ... 29

5.2.1 Karakteristik Petani ... 29

5.2.1.1 Jenis Kelamin Petani ... 29

5.2.1.2 Usia Petani ... 30

5.2.1.3 Tingkat Pendidikan Petani ... 30

5.2.1.4 Status Budidaya Petani ... 31

5.2.1.5 Pengalaman Budidaya Petani ... 31

5.2.1.6 Kelompok Pembudidaya Ikan ... 32

5.2.2 Karakteristik Konsumen ... 32

5.2.2.1 Jenis Kelamin Konsumen ... 32

5.2.2.2 Usia Konsumen ... 33

5.2.2.3 Pendidikan Terakhir Konsumen ... 33

5.2.2.4 Pekerjaan Konsumen ... 34

5.2.2.5 Pendapatan Rata-Rata Konsumen ... 34

5.3 Kegiatan Budidaya Ikan Koi di Kecamatan Cisaat ... 34

5.3.1 Pengolahan Lahan ... 34

5.3.2 Pembenihan Ikan ... 35

5.3.3 Penanaman Benih ... 35


(15)

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat ... 36

6.2 Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat ... 41

6.2.1 Efisiensi Teknis ... 41

6.2.2 Efisiensi Ekonomi ... 42

6.3 Identifikasi Motif Transaksi Konsumen dalam Pembelian Ikan Koi ... 44

6.3.1 Pengenalan Masalah Kebutuhan ... 45

6.3.2 Pencarian Informasi ... 45

6.3.3 Evaluasi Alternatif ... 46

6.3.4 Keputusan Pembelian ... 47

6.3.5 Perilaku Pasca Pembelian ... 48

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

7.1 Simpulan ... 49

7.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 53


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Tahun 2009-2012 ... 3

Tabel 2 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 3 Matriks Tujuan Penelitian, Kebutuhan, dan Data Analisis ... 22

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Cisaat Tahun 2013 ... 29

Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Cisaat ... 30

Tabel 6 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia di Kecamatan Cisaat .. 30

Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cisaat ... 31

Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Budidaya ... 31

Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Budidaya di Kecamatan Cisaat ... 32

Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pokdakan di Kecamatan Cisaat ... 32

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 33

Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 33

Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 33

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 34

Tabel 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata ... 34

Tabel 16 Nilai Koefisien Regresi Produksi Ikan Koi di Kecamataan Cisaat . 38 Tabel 17 Nilai Elastisitas Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat ... 41

Tabel 18 Rasio NPM/BKM Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat ... 42

Tabel 19 Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat ... 43


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ikan Koi Kohaku, Sanke, dan Showa ... 9 Gambar 2 Model Generik Pemecahan Masalah Konsumen ... 16 Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional ... 20

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Produksi Petani Budidaya Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Tahun 2012 ... 55 Lampiran 2 Output Analisis Linear Berganda dengan Menggunakan SPSS

17.0 ... 56 Lampiran 3 Perhitungan Rasio NPM dan BKM Produksi Ikan Koi di

Kecamatan Cisaat per 15000 m2 ... 58 Lampiran 4 Dokumentasi Daerah Penelitian ... 59 Lampiran 5 Kuesioner Penelitian ... 60


(18)

(19)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang dikelilingi lautan, mempunyai ragam jenis ikan hias yang indah dan cukup unik. Ikan hias di Indonesia mendapat julukan

Home for Hundred of Exotic Ornamental Fish Species karena keragamannya

belum dimiliki oleh negara eksportir lainnya. Kekayaan hayati Indonesia sudah banyak dikenal dalam bisnis ikan hias dunia. Produk Indonesia memiliki banyak spesies, baik ikan hias air tawar maupun ikan hias air laut. Dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia, 400 spesies di antaranya berasal dari Indonesia (Kottelat et al 1993 dalam Kementerian Kelautan dan Perikanan 2013).

Perkembangan perdagangan ikan hias Indonesia di dunia mengalami peningkatan pada kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sebesar US $13,39 juta pada tahun 2005 dan meningkat menjadi US $ 19,77 juta pada tahun 2010. Peningkatan tersebut memposisikan Indonesia menjadi negara pengekspor ikan hias terbesar kelima tahun 2010 setelah Singapura, Spanyol, Jepang, dan Malaysia (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2013). Dalam kurun waktu empat tahun (2006-2010) menurut data United Nation Commodity Trade Satistic Database, negara utama tujuan ekspor ikan hias Indonesia yaitu Singapura, Jepang, Amerika Serikat, Malaysia, dan Hongkong.

Dari seluruh ikan hias yang beredar di pasar dunia, banyak jenis ikan hias yang sudah dapat dibudidayakan di Indonesia. Hal itu disebabkan iklim Indonesia sangat cocok dalam budidaya ikan tersebut. Usaha budidaya ikan hias di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahun dan memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai perdagangan produk ikan hias, dengan capaian pada tahun 2011 adalah 565 miliar rupiah dari target sebesar 350 miliar rupiah (161,43%) dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 sebesar 1,4 triliun rupiah dari target sebesar satu triliun rupiah, sementara capaian pada tahun 2013 adalah 1,7 triliun rupiah dari target 1,5 triliun rupiah1. Selama tiga tahun terakhir ini kinerja

1

KKP Mendorong Diversifikasi Ikan Hias Ke Timur Tengah [internet] http://www.p2hp.kkp.go.id/berita-kkp-mendorong-diversifikasi-ekspor-ikan-hiaske-timur-tengah-.html (diunduh 7 April 2014)


(20)

pencapaian target produksi ikan hias sangat bagus, namun terdapat hambatan dan kendala dalam kerangka pencapaian produksi ikan tersebut salah satunya adalah masih terbatasnya induk unggul ikan hias, khususnya ikan Koi sehingga kualitas ikan Koi kurang baik2.

Ikan Koi (Cyprinus carpio) merupakan komoditas unggulan ikan hias air tawar yang banyak diminati masyarakat. Mulyadi (1990) menyatakan bahwa ikan hias merupakan salah satu organisme budidaya yang penting sebagai komoditas perdagangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Selain dipelihara sebagai hobi, ikan Koi mempunyai daya tarik dan dapat memberikan keuntungan yang dapat menarik keinginan masyarakat dalam memelihara dan membudidayakannya. Selain itu dapat juga digunakan sebagai lahan bisnis karena harganya yang relatif tinggi. Ikan Koi banyak digemari karena memiliki berbagai macam pola warna, bentuk, dan tekstur tubuh yang indah sehingga menjadikan ikan hias ini menarik para pecinta ikan hias baik dalam dan luar negeri. Ikan Koi merupakan hewan yang hidup di daerah beriklim sedang dan hidup di perairan tawar. Ikan Koi bisa hidup pada temperatur 8°C - 30°C. Oleh karena itu, ikan Koi bisa dipelihara di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan (Susanto 2007).

Kecamatan Cisaat yang berada di bagian utara Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah sentra produksi ikan Koi di Indonesia. Dalam usaha budidaya ikan Koi dibutuhkan sumberdaya air dengan kualitas baik sehingga dapat memberikan hasil yang baik pula. Potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Cisaat dalam bidang perikanan tergolong sangat baik. Hal ini karena letaknya yang dekat dengan kaki Gunung Gede, sehingga dapat memberikan dampak positif dalam pemanfaatan air bersih. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya sektor perikanan air tawar di daerah tersebut. Produk ikan dari Kecamatan Cisaat kebanyakan merupakan produk ikan asli lokal atau non pabrik dan kualitas ikan Koinya sudah teruji dengan dimenangkannya kontes ikan Koi se-Indonesia oleh ikan Koi yang berasal dari Kecamatan Cisaat. Produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat pada tahun 2009 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

2

84,56 Persen Capaian Target Produksi Budidaya Ikan Hias [internet] www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=595 (diunduh 7 April 2014)


(21)

Tabel 1 Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Tahun 2009-2012

Tahun Produksi (ekor) Total Produksi

(ekor)

Pembenihan Pembesaran

2009 100.670 60.625 161.295

2010 112.500 80.150 192.650

2011 120.500 90.140 210.640

2012 128.566 104.000 232.266

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi 2012

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat semakin meningkat dari tahun 2009 sampai tahun 2012. Hal ini disebakan kualitas serta daya dukung lingkungan di Kecamatan Cisaat sudah cukup memadai, sehingga daerah tersebut memiliki potensi dalam budidaya ikan Koi. Budidaya ikan Koi merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat di daerah setempat. Usaha tersebut sudah menjadi usaha turun-menurun oleh masyarakat.

Di Kecamatan Cisaat terdapat gabungan kelompok tani yang dinamakan dengan Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), petani membentuk komunitas tapi pangsa pasar dan pemasarannya oleh masing-masing petani. Fungsi Pokdakan ini adalah sebagai penyalur informasi untuk kelompok tani lainnya, mekanismenya adalah ketika salah satu Pokdakan mendapat informasi dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) atau instansi lainnya, Pokdakan akan menyebarluaskan informasi tersebut ke Pokdakan-Pokdakan lainnya sehingga informasi yang didapat akan menyebar secara rata. UPTD tersebut mendapatkan informasi melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi bertugas membagikan hibah atau bantuan ke tiap kelompok dan memberikan penyuluhan/pembinaan kepada Pokdakan dengan berkumpul di sekretariat masing-masing Pokdakan. Bantuan tidak hanya berupa uang tapi juga berupa indukan atau benih dan sarana prasarana, namun Dinas Perikanan hanya mengatur bantuan berupa indukan, benih, dan sarana prasarana. Pengairan tidak dikenakan biaya apapun karena untuk budidaya ikan digunakan air sungai yang berasal dari gunung atau dengan sumur bor. Dalam usaha budidaya ikan Koi dibutuhkan modal yang besar untuk mendukung keberlangsungan kegiatan pembenihan dan pembesaran ikan Koi. Modal tersebut digunakan untuk membeli pakan,


(22)

obat-obatan, pupuk, dan lainnya. Kebanyakan orang memilih untuk bergerak sampai pembenihan saja agar perputaran uang cepat.

Di samping memiliki harga yang relatif mahal di pasaran, maraknya kontes ikan Koi baik di dalam maupun luar negeri ikut memberikan andil dalam meramaikan bisnis Koi. Hal itu menyebabkan usaha budidaya ikan Koi cukup memberikan jaminan keuntungan yang besar bagi pembudidaya ikan Koi. Modal yang digunakan untuk pembesaran ikan Koi cukup besar sehingga menimbulkan resiko yang besar pula. Maka dalam memproduksi ikan Koi dibutuhkan ketekunan sehingga hasil yang didapatkan efektif dan efisien.

Para pengusaha budidaya ikan Koi terdorong untuk membuat usaha di bidang ini karena usaha budidaya ikan Koi cukup memberikan keuntungan, penduduk di Kecamatan Cisaat banyak membudidayakan ikan Koi dan diharapkan nantinya usaha budidaya ikan Koi dapat memberikan kontribusi berupa tambahan pendapatan bagi masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi ikan Koi. Hal itu didukung oleh keinginan masyarakat yang semakin meningkat untuk membeli ikan Koi sebagai salah satu kegemaran dikalangan tertentu. Salah satu tujuan masyarakat membeli ikan Koi yaitu sebagai lahan bisnis yang dapat memberikan keuntungan yang didasarkan pada hobi. Maka dari itu perlu juga diketahui motif-motif yang mendasari konsumen dalam pembelian ikan Koi supaya ikan yang di produksi oleh para petani sesuai dengan kebutuhan konsumen. Maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan dan penggunaan optimal dari setiap faktor produksi agar produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat menjadi efisien dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2.1 Perumusan Masalah

Kecamatan Cisaat merupakan wilayah perniagaan dan Industri Rumah Tangga Kecil dan Menengah. Kecamatan Cisaat memiliki potensi pengembangan perikanan, mulai dari ikan hias seperti ikan Koi. Produksi ikan Koi memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar misalnya membuka lapangan pekerjaan yang baru. Jika dibandingkan dengan budidaya ikan jenis lain seperti lele, mas, dan nila ternyata keuntungan budidaya ikan Koi jauh lebih besar, karena peminat ikan ini rata-rata dari kalangan menengah atas.


(23)

Ikan Koi memiliki ukuran yang bermacam-macam. Ikan Koi yang berukuran 25-30 cm keatas memiliki harga yang relatif tinggi. Sehingga biasanya digunakan masyarakat di Kecamatan Cisaat sebagai tabungan untuk mengatasi masalah keuangan mendadak, tentunya jenis ikan yang dijual merupakan ikan Koi dengan kualitas yang terbaik. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat adalah faktor lingkungan. Kecamatan Cisaat memiliki kualitas lingkungan yang cukup memadai selain karena lahan yang luas, letaknya yang strategis dekat dengan Gunung Gede menyebabkan melimpahnya air bersih di daerah tersebut. Sehingga dalam produksinya masyarakat tidak perlu khawatir dengan keberadaan air bersih. Selain itu terdapat faktor lain yang diduga mempengaruhi produksi ikan Koi yaitu tenaga kerja. Adanya tenaga kerja yang cukup dalam kegiatan produksi ikan Koi akan memberikan dampak yang baik karena dalam pemeliharaan, pemberian pakan, serta pembersihan kolam yang dilakukan secara teratur akan menghasilkan kualitas ikan Koi yang baik.

Usaha budidaya ikan Koi di Sukabumi beromset setiap bulannya minimal mencapai Rp 20 juta dan mampu meningkatkan ekonomi keluarga serta kesejaterahan warga sekitar. Usaha budidaya ikan Koi berbeda dengan usaha budidaya ikan air tawar pada umumnya, karena usaha ini harus bermodalkan kepercayaan dan kerjasama untuk menghasilkan benih Koi yang berkualitas. Jenis ikan Koi sangat bervariasi, biasanya setiap petani bekerja sama dalam hal pembenihan karena untuk bibit ikan Koi kualitas unggulan ukuran diatas dua kilogram harganya bisa mencapai Rp 6 juta per ekor. Setiap usaha pasti ada pasang surut atau resikonya. Indukan ikan Koi di Kecamatan Cisaat masih mengalami keterbatasan, karena tidak setiap petani memiliki indukan yang berkualitas unggul. Biasanya para petani melakukan sistem pinjam meminjam indukan untuk melakukan pembenihan ikan Koi. Hasil yang didapatkan setiap ikan yang bertelur rata-rata berjumlah 20 ribu – 30 ribu butir. Kemudian dari jumlah tersebut hanya bisa menghasilkan Koi kualitas kontes paling banyak berjumlah lima ekor per periode3.

3

Bisnis Koi Dongkrak Ekonomi Keluarga

[Internet]http://bogor.antaranews.com/berita/4711/bisnis-Koi-dongkrak-ekonomi-keluarga (diunduh 22 April 2014)


(24)

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa produksi ikan Koi dengan kualitas yang tinggi jumlahnya masih rendah yang menyebabkan harga jual juga rendah. Oleh karena itu perlu dikaji mengenai faktor - faktor mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat serta apa saja motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi sehingga dapat diketahui ikan Koi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat?

2. Apakah faktor-faktor produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat sudah efisien?

3. Apa motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi?

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka terdapat beberapa hipotesa atau kemungkinan jawaban dari pertanyaan penelitian tersebut yaitu, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi yaitu berupa luas lahan, tenaga kerja, dan pakan, serta kemungkinan ada faktor-faktor yang belum efisien karena diketahui bahwa kualitas ikan Koi yang dihasilkan di Kecamatan Cisaat masih rendah. Hal-hal yang melatarbelakangi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi yaitu sebagai hobi, karena ikan Koi memberikan dampak positif dan biasanya digunakan untuk kontes yang sering dilakukan baik dalam tingkat nasional maupun tingkat internasional. Menurut kepercayaan masyarakat, ikan Koidapat membawa rezeki, selain itu sebagai hiasan di rumah-rumah.

2.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, sebagai referensi untuk para petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien sehingga mendapatkan hasil yang maksimum, maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat.

2. Menganalisistingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat.


(25)

2.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta menjadi sarana dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama menuntut ilmu di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bagi akademisi, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya. Bagi pengelola, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat serta bahan masukan atau pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengelolaan produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat.

2.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kajian yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Responden dalam penelitian adalah petani ikan Koi dan konsumen yang membeli ikan Koi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi dihitung menggunakan regresi linear berganda sedangkan tingkat efisensi faktor produksi dihitung mengggunakan analisis efisiensi dan perilaku konsumen dalam pembelian ikan Koi menggunakan analisis deskriptif.


(26)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Koi

Ikan Koi pertama kali dikenal pada Dinasti Chin tahun 265 dan 316 sebelum masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani

Yamakoshi. Pemuliaan dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan

yang menjadi standart penilainan Koi. Nishikigoi adalah nama jelang untuk Koi (Alex 2011). Koi merupakan ikan yang sudah lama dijadikan sebagai ikan peliharaan. Oleh karena itu, ikan ini sangat populer di kalangan hobiis hampir diseluruh dunia. Harga jualnya sangat bervariasi, mulai dari yang murah hingga yang mahal (Lesmana dan Daelani 2009). Ikan Koi merupakan ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar di Indonesia.

Klasifikasi ikan Koi oleh Anonim (2011) sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Actinopterygii

Order : Cyproniformes

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Species : Cyprinus carpio

2.1.1 Jenis-Jenis Ikan Koi

Ikan Koi memiliki jenis yang bervariasi tergantung warna dan coraknya, selain itu juga terdiri dari berbagai kualitas. Jenis ikan Koi yang mempunyai penampilan sempurna masuk dalam kualitas A, berikutnya kualitas B, C, dan yang paling rendah masuk kelas kropyokan. Harganya juga tergantung kualitas, Koi yang masuk kualitas A biasanya sangat mahal bahkan mencapai puluhan juta. Jenis Koi yang paling banyak diminati menurut Effendy (1993) adalah :


(27)

Gambar 1 Ikan Koi Kohaku, Sanke, dan Showa

1. Kohaku, merupakan jenis ikan Koi yang mempunyai corak warna merah

di atas warna putih.

2. Sanke, merupakan jenis ikan Koi yang mempunyai corak merah dan

hitam di atas warna putih. Corak hitam tidak terdapat di kepala.

3. Showa, merupakan jenis ikan Koi hitam dengan corak warna merah dan

putih.

2.1.2 Tahapan Perencanaan Produksi Ikan Hias

Beberapa hal yang harus menjadi perhatian dalam perencanaan produksi ikan hias menurut Lesmana dan Daelani (2009) yaitu:

1. Penentuan lokasi

Berdasarkan aspek teknis ekonomi, lahan untuk pembenihan ikan hias harus dekat dengan sumber air, dekat dengan pusat sarana produksi maupun daerah pemasaran, tersedia jalan dan listrik, tenaga kerja tersedia cukup dengan tingkat upah yang relatif murah, harga atau sewa lahan relatif murah dan lokasi tidak termasuk dalam daerah pengembangan perumahan atau kawasan industri.

2. Penentuan jenis ikan

Jenis dan varietas ikan hias yang beredar dan diperdagangkan di pasar lokal maupun untuk ekspor sangat beragam. Jenis ikan yang akan diproduksi sebaiknya dipilih yang memiliki nilai jual cukup baik, persyaratan hidupnya sesuai dengan kondisi lahan yang tersedia dan berpotensi bisa memasuki ekspor.

3. Standar produksi dan skala usaha

Standar produksi usaha pembenihan dapat juga berpatokan pada ukuran dan umur ikan. Sedangkan skala usaha sering dilihat dari besarnya modal


(28)

yang ditanamkan, kelengkapan sarana dan prasarana, sumber daya manusia, serta jumlah produksi yang dihasilkan.

4. Pengadaan tenaga kerja

Tenaga kerja disesuaikan dengan besaran skala usaha yang akan dijalankan. Terdapat tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap.

2.1.3 Teknik Budidaya Ikan Koi

Memelihara Koi merupakan hobi yang sangat menyenangkan karena keindahan ikan Koi mampu menyejukkan pandangan dan menentramkan pikiran. Bagi peminat Koi harus memahami dan mempertimbangkan sebelum memulai memelihara ikan Koi. Teknik budidaya ikan Koi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan lokasi dan kontruksi wadah

Ikan Koi secara alami hidup dalam air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar okesigen tinggi. Pemeliharaan ikan Koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, Koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.

b. Kualitas air

Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan Koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan Koi secara optimum adalah sebagai berikut:

1. Suhu air berkisar 240-260 C 2. pH 7,2-7,4 (agak basa) 3. Oksigen minimal 3-5 ppm 4. CO2 maximal 10 ppm

5. Nitrit maximal 0,2

Air yang digunakan harus sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk peminjahan dan penetasan telur sebaiknya


(29)

memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak peminjahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang 50 C.

c. Pakan

Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivira (pemakan segala). Pakan buatan untuk pembesaran Koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya: tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dan lainnya) dan bahan hewani (seperti: tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi, kekerangan, dan lain-lain) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan. Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan Koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna zingga), rutin (kuning), dan astasantin (merah). Pakan alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok di berikan pada benih Koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu juga dapat memakan phitoplankton (makhluk hidup uniselular yang mengandung klorofil pada selnya) dalam kolam. Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5% per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media pemeliharannya.

d. Pembenihan

Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli Koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk. Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang di suntikkan


(30)

padatubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang, ovarimp) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan.

e. Pendederan

Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan. Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering (pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/ liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25 kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-. Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan selekasi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan Koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik. f. Pewarnaan

Kualitas Koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis Koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas ikan yang baik. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna lebih baik daripada ikan tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen. Pigmen dapat muncul dengan adanya


(31)

g. Panen

Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran, dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, ikan Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik. Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalau gemuk dibuat langsung atau sebaliknya. Pemeliharaan selanjutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi (Alex 2011).

2.2 Teori Fungsi Produksi

Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, Tabel, atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu bagi setiap kombinasi input alternatif, apabila menggunakan teknik produksi terbaik yang tersedia (Salvatore 2006).

2.2.1 Definisi Produksi

Secara umum, produksi dapat diartikan sebagai kegiatan optimalisasi dari faktor-faktor produksi seperti, tenaga kerja dan modal oleh perusahaan untuk menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Secara teknis, kegiatan produksi dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa input untuk menghasilkan sejumlah output. Dalam pengertian ekonomi, produksi didefenisikan sebagai usaha manusia untuk menciptakan atau menambah daya dan nilai guna dari suatu barang atau benda untuk memenuhi kebutuhan manusia (Sukirno 2011).

Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) disebut dengan fungsi produksi.


(32)

Berdasarkan pada kepentingan produsen, tujuan produksi adalah untuk menghasilkan barang yang dapat memberikan laba. Tujuan tersebut dapat tercapai, jika barang atau jasa yang diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sasaran kegiatan produksi adalah melayani kebutuhan masyarakat atau untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara umum (Sukirno 2011).

2.2.2 Fungsi Produksi

Kegiatan produksi melibatkan dua variabel yang mempunyai hubungan fungsional atau saling mempengaruhi, yaitu:

1. Berapa output yang harus diproduksi 2. Berapa input yang akan dipergunakan

Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menyatakan hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-input. Hubungan antara input dan output dapat diformulasikan oleh sebuah fungsi produksi, yang dalam bentuk matematis dalam Nicholson (2001) dapat ditulis:

... (1) Keterangan:

Y = output yang dihasilkan selama suatu periode tertentu K = kapital

T = tenaga kerja M = material

Dalam produksi pertanian, hasil fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, misalanya lahan, modal, dan tenaga kerja. Untuk dapat menggambarkan fungsi produksi ini secara jelas dan menganalisis peranan masing-masing faktor produksi maka dari sejumlah faktor-faktor produksi itu salah satu faktor produksi dianggap variabel (berubah-ubah), sedangkan faktor-faktor produksi lainnya dianggap konstan.

2.3 Regresi Berganda

Model regresi berganda adalah sebuah model regresi yang menggunakan lebih dari dua variabel. Model ini digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen berhubungan positif atau negatif untuk memprediksi nilai variabel dependen apabila nilai variabel


(33)

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan model regresi linear berganda secara umum adalah sebagai berikut:

... (2) Konstanta atau parameter β0 yang disebut intersep adalah nilai variabel respons

ketika variabel perdiktor bernilai 0 (nol). Kemudian β1, β2, β3,...,βk adalah

parameter-parameter model regresi untuk variabel X1, X2, X3,...,Xk (Juanda 2009). 2.4 Teori Efisiensi

Efisiensi menurut Soekartawi (2002) diartikan sebagai upaya penggunaan input atas faktor produksi yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil produksi yang sebesar-besarnya. Sedangakan menurut Doll dan Orazem (1976) efisiensi ekonomi mengacu pada kombinasi input untuk memaksimalkan tujuan individu atau sosial. Efisiensi akan tercapai apabila didalam suatu kegiatan produksi dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Konsep efisiensi dikenal dengan efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency) (Daniel 2002).

Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Bila petani mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga. Apabila petani meningkatkan hasilnya dengan menekan harga faktor produksi, dan menjual hasilnya dengan harga yang tinggi maka petani tersebut telah melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga yang bersamaan. Situasi yang demikian sering disebut dengan istilah efisiensi ekonomi. Dengan perkataan lain, petani melakukan efisiensi ekonomi sekaligus juga melakukan efisiensi teknis dan harga.

2.5 Motif Ekonomi

Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia (Bogisubasti 2011). Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas transaksi demi mencapai tujuan tertentu. Motif yang mendorong orang untuk melakukan kegiatan


(34)

produksi disebut motif ekonomi4. Motif ekonomi adalah alasan ataupun tujuan sehingga seseorang itu melakukan tindakan ekonomi. Motif ekonomi terbagi dalam dua aspek:

a. Motif intrinsik, yaitu sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas kemauan sendiri.

b. Motif ekstrinsik, yaitu sebagai suatu keinginan untuk melakukan tindakan ekonomi atas dorongan orang lain.

2.6 Keputusan Pembelian Konsumen

Proses pengambilan keputusan yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tidakan atau perilaku. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda. Dalam melakukan pengambilan keputusan konsumen sebagai suatu pemecahan masalah kita mengasumsikan bahwa konsumen memiliki sasaran (konsekuensi yang diinginkan atau nilai dalam rantai arti akhir) yang ingin dicapai atau dipuaskan. Jadi, pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran.

Pemecahan masalah konsumen sebenarnya ialah suatu aliran tindakan timbal balik yang berkesinambungan di antara faktor lingkungan, proses kognitif dan efektif, serta tindak perilaku. Periset dapat membagi aliran ini ke dalam bebarapa tahap dan subproses yang berbeda untuk menyederhanakan masalah

(problem solving) generik yang menjelaskan lima tahapan atau proses dasar

(Setiadi 2010).

Gambar 2 Model Generik Pemecahan Masalah Konsumen

4

MotifEkonomi.[internet]http:books.google.co.id/books?id=IB6H8Y186cC&pg=PA187dq=motif+ ekonomi&hl=en&output=html_text&sa=Xei=kJNU7mol4PtrQePmYc4AQ&redir_esc=y [diunduh 15 April 2014]

(1) Pemahaman adanya masalah (2) Pencarian alternatif (3) Evaluasi alternatif (4) Pembelian


(35)

Keterangan:

1. Perbedaan yang dirasakan antara status hubungan yang ideal dan yang sebenarnya .

2. Mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah, atau mengaktifkan pengetahuan dari ingatan.

3. Mengevaluasi atau menilai alternatif yang ada dalam konteks kepercayaan utama tentang konsekuensi yang relevan dan mengkombinasikan ilmu pengetahuan tersebut untuk membuat keputusan.

4. Memilih alternatif yang dipilih.

5. Menggunakan alternatif yang dipilih dan mengevaluasinya sekali lagi berdasarkan kinerja yang dihasilkan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis efisiensi faktor produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti- peneliti sebelumnya. Terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut terletak pada komoditas yang diteliti, lokasi, dan bahasan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan saat ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat, mengestimasi tingkat efisiensi faktor-faktor produksi di Kecamatan Cisaat dan mengidentifikasi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda, analisis efisiensi, dan analisis deskriptif. Penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul

Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian Finanda (2011) Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembesaran Lele Dumbo di

CV Jumbo

Lestari Metode fungsi produksi Cobb Douglas, analisis efisiensi produksi, dan Rasio Biaya (R/C

Rasio)

Padat penebaran memiliki pengaruh yang paling besar terhadap pembesaran lele dumbo yaitu sebesar 0,211. Untuk mencapai kondisi efisien secara ekonomis penggunaan padat penebaran harus dikurangi. Nilai rasio penerimanaan di CV Jumbo Bintang Lestari adalah 1,12, nilai tersebut dapat diartikan setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha akan memberikan penerimaan sebesar


(36)

Peneliti Judul Penelitian

Metode Analisis

Hasil Penelitian

Rp 1,12. Nilai tersebut cukup rendah, namun masih memberikan keuntungan sehingga layak dikembangkan.

Santana (2011)

Preferensi Hobiis terhadap Atribut Ikan Arwana Super Red di Kota Bogor

Analisis Deskriptif dan Analisis Konjoin

Penelitian karakteristik dari hobiis ikan arwana cukup bervariatif. Proses keputusan pembelian, motivasi yang mendorong hobiis adalah ikan arwana

super red dipercaya dapat membawa

keberuntungan. Berdasarkan hasil analisis konjoin, dapat terlihat bahwa sebagian besar hobiis mementingkan warna dari ikan arwana super red. Ardhya (2013) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usaha

Budidaya Ikan Mas Koki di Tulungagung

Analisis Fungsi Cobb Douglas dan Analisis RC Rasio

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap survival rate atau nilai jumlah ikan yang bertahan hidup ikan mas koki di Pokdakan Tugu Minas Asri adalah padat tebar, obat-obatan dan pakan pelet. Analisis pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha budidaya ikan hias mas koki dinyatakan layak dan menguntungkan untuk diusahakan. Hapsari

(2013)

Analisis Efisiensi Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Ayam Ras

Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Fungsi Produksi Cobb Douglass dan analisis efisiensi produksi

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada kedua tipe peternak adalah pakan dan pemanas dan usaha peternak ayam ras pedaging yang dilakukan oleh kedua tipe peternak belum mencapai efisien secara ekonomi.


(37)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah sentra produksi ikan Koi di Indonesia. Daerah tersebut sangat strategis karena letaknya yang dekat dengan pegunungan sehingga kualitas airnya cukup memadai dalam pengembangan perikanan, khususnya ikan air tawar. Adanya kegiatan budidaya ikan Koi menimbulkan permintaan dan penawaran terhadap ikan Koi.

Pada kegiatan tersebut biasanya konsumen memanfaatkan ikan Koi sebagai bisnis, sehingga menghasilkam keuntungan yang besar. Selain itu digunakan sebagai hobi dengan memelihara bermacam-macam ikan Koi dengan kualitas yang baik yaitu dilihat dari ukuran, tekstur tubuh serta warna. Sedangkan dari sisi produsen biasanya banyak peminat dalam kegiatan tersebut, karena ikan Koi memiliki harga yang relatif tinggi sehingga dapat digunakan sebagai tabungan oleh petani ikan Koi dengan syarat kualitas ikan Koi yang memadai. Selain itu, ikan Koi digunakan sebagai ajang kontes bagi penggemar ikan Koi. Kontes ikan Koi sudah menyebar baik ditingkat nasional maupun internasional.

Berdasarkan ilustrasi diatas, menyebabkan produksi ikan Koi semakin meningkat. Para petani membudidayakan ikan Koi dimulai dari pembenihan dan dilanjutkan dengan pembesaran. Dalam pembenihan biasanya dilakukan selama satu sampai dua bulan sampai muncul pola yang ada ditubuh ikan Koi. Setelah polanya muncul dilakukan pembesaran selama tiga bulan sampai dengan ukuran 5cm – 20 cm, sehingga akan terlihat ikan Koi dengan tekstur dan warna yang indah. Kemudian dilakukan penjualan di pasar-pasar ikan yang ada di kecamatan Cisaat. Maka dalam penelitian ini perlu dianalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat yang akan di analisis dengan menggunakan regresi linear berganda. Kemudian menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan analisis efisiensi serta mengidentifikasi motif transaksi ekonomi konsumen dalam pembelian ikan Koi yang akan di analisis dengan analisis deskriptif. Kemudian hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai referensi untuk para petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien sehingga memberikan hasil yang optimal.


(38)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Permintaan

Kabupaten Sukabumi

Salah satu sentra produksi ikan Koi

Penawaran

Bisnis Hobi Mitos

Minat Tabungan Petani

Produksi Ikan Koi

Mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ikan Koi di

Kecamatan Cisaat

Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan

faktor-faktor produksi ikan Koi di

Kecamatan Cisaat

Mengidentifikasi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi

Regresi Linear Berganda

Analisis Efisiensi

Analisis Deskriptif

Sebagai referensi untuk para petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien sehingga memberikan hasil optimal


(39)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamataan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secarapurposive (sengaja) karena lokasi penelitian merupakan salah satu sentra produksi ikan Koi di Indonesia. Proses pengumpulan data baik primer maupun sekunder dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan April – Mei 2014.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan pengamatan langsung kepada petani dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari literatur, beberapa buku, jurnal, skripai, tesis, situs internet, dan instansi terkait, yaitu Balai Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar di Jawa Barat.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dengan teknik purposive sampling. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja dengan responden yaitu petani ikan Koi yang berada di Kecamataan Cisaat dan konsumen ikan Koi yang berada di Sukabumi maupun di luar Sukabumi. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 60 orang, masing-masing 30 responden dari produsen dan 30 responden dari konsumen, penentuan responden tersebut berdasarakan pendapat Bailey bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30 (Hasan 2002).

4.4 Metode Pengelolaan dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis kualitatif dan kuantitatif kemudian dilakukan pengelolaan dan analisis data. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis motif transaksi ekonomi dalam pembelian ikan Koi yang akan dikemukan secara deskriptif dalam bentuk uraian. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat dan menganalisis tingkat efisiensi faktor-faktor produksi


(40)

tersebut. Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan alat bantu Microsoft

Excel 2007 dan Software SPSS17.0. Tahap analisis data akan dimulai dari transfer

data, pengeditan dan pengolahan data.

Tabel 3 Matriks Tujuan Penelitian, Kebutuhan, dan Analisis Data

No. Tujuan

Penelitian

Parameter Data yang diperlukan

Metode Analisis

Alat Analisis

1 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat Benih, tenaga kerja, pakan, dan obat-obatan Karakteristik petani ikan Koi (produsen) Fungsi Produksi Linear Berganda Software SPSS Microsoft Word Microsoft Exel 2 Mengestimasi

tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi

Nilai elastisitas dan rasio antara NPM/BKM Karakteristik petani ikan Koi (produsen) Analisis Efisiensi Microsoft Word Microsoft Exel 3 Mengidentifikasi

motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi Alasan dalam pembelian ikan Koi - Hobi - Bisnis - Mitos - Media terapi Karakteristik pembeli (konsumen) Analisis Deskriptif Microsoft Word Microsoft Exel

4.4.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi

Metode yang akan digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi adalah analisis regresi liner berganda. Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan seterusnya variabel bebas (X1, X2,X3,...,Xn) namun masih menunjukkan diagram

hubungan yang linear. Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang ada walaupun masih saja ada variabel yang terabaikan.

Bentuk umum persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut:


(41)

Keterangan:

Y = produksi ikan Koi

a, β1, β2, β3,β4,β5 = koefisien regresi

X1 = benih

X2 = pakan dedak

X3 = pupuk kandang

X4 = obat-obatan

X5 = tenaga kerja

ε = kesalahan pengganggu (distrubance terma), artinya nilai-nilai variabel lain tidak dimasukkan dalam persamaan. Nilai ini biasanya tidak dihiraukan dalam perhitungan. Nilai duga dari Y (prediksi Y) dapat dilakukan dengan mengganti variabel X-variabel X-nya dengan nilai-nilai tertentu (Hasan 2001).

4.4.1.1 Pengujian Hipotesis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis terhadap hasil model regresi berganda didasarkan pada metode Ordinary Least Square (OLS) yang akan diuji dengan cara sebagai berikut:

1. Uji Secara Ekonomi

Dalam uji ekonomi digunakan untuk memeriksa apakah tanda dan besaran parameter estimasi sesuai dengan yang diharapkan menurut teori ekonomi dan pengalaman empiris. Apabila tanda dan besaran parameter yang ada di model sesuai dengan teori ekonomi, maka model tersebut dapat dikatakan bagus.

2. Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dilihat dari seberapa besar nilai koefisien determinasi yang disesuaikan(adjusted R2)yang ada pada hasil regresi.Adjusted R2 yaitu R2 yang sudah disesuaikan dengan derajat bebas dari masing-masing jumlah kuadrat yang tercakup di dalam perhitungan adjusted R2.Rumus koefisien determinasi yang disesuaikan ditulis sebagai berikut:

...(4) Berdasarkan rumus diatas dapat dijelaskan bahwa:


(42)

1. Jika k>1, maka adjusted R2<R2 artinya apabila banyaknya variabel bebas ditambah, adjusted R2 dan R2 akan sama-sama meningkat tetapi peningkatan

adjusted R2 lebih kecil daripada R2.

2. Adjusted R2 dapat bernilai positif atau negatif, walaupun R2 selalu non

negatif. Jika adjusted R2 negatif nilainya dianggap 0 (adjusted R2=0)

3. Uji Statistik F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Juanda 2009). Hipotesis dalam pengujian ini yaitu:

H0 : β1=β2=...βi=0

H1 : Minimal terdapat satu β≠0, i=1,2,3,...k

... (5) Keterangan:

R2 = Koefisien Determinasi k = Jumlah variabel independen n = Jumlah pengamatan

Nilai Fhitung yang didapat akan dibandingkan dengan Fα(db1,db2), dengan

derajat bebas db1=n-k dan db2=n-k-1, dengan tingkat nyata α. Jika Fhitung>Fα(db1,db2)

maka tolak H0, artinya seluruh variabel independen dalam satu model secara

bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen.

4. Uji Statistik t

Uji statistik t atau hipotesis parsial adalah uji untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap pengaruh variabel dependen (Juanda 2009). Hipotesis dalam pengujian ini yaitu:

H0 : βi=0

H1 : βi≠0 (uji dua arah)

... (6) Keterangan:

bi = Koefisien regresi ke-i

Sbi = Standart deviasi koefisien regresi ke-i βi = Parameter ke-i yang dihipotesiskan


(43)

Nilai thitung yang diperolah akan dibandingkan dengan nilai t(α/2,n-k). Jika

thitung > t(α/2,n-k) maka terima H1, artinya variabel independen berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen. Jika thitung < t(α/2,n-k) maka terima H0, artinya variabel

independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

5. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas atau kolinear berganda yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang kuat antar variabel independen. Masalah tersebut dapat diketahui melalui hasil regresi dengan melihat nilai

Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terdapat

masalah multikolinearitas. Sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terdapat masalah multikolinearitas.

6. Uji Heteroskedatisitas

Uji Heteroskedatisitas yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada penyimpangan terhadap faktor pengganggu. Salah satu cara untuk mengetahui adanya masakah heteroskedatisitas yaitu dengan melihat nilai uji Glejser (uji G) pada hasil regresi. Jika nilai dari uji G lebih besar dari alfa dengan taraf nyata yang telah ditentukan, maka tidak terdapat masalah heteroskedatisitas.

7. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residualnya terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan cara uji Kolmogorov-Smirnov. Penerapan uji ini yaitu jika hasil signifikansi dari hasil regresi bernilai dibawah taraf nyata 20 persen maka data yang akan diuji mempenyai perbedaan yang signifikan dengan data normal, atau dengan kata lain model tersebut tidak terdistribusi secara normal.

4.4.2 Estimasi Tingkat Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ikan Koi

Metode yang akan digunakan dalam analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi ikan Koi adalah analisis efisiensi.Efisiensi merupakan upaya penggunaan input yang minimum untuk mendapatkan output tertentu (Soekartawi 2002). Efesiensi produksi pada penelitian ini dilihat melalui efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis akan tercapai apabila petani


(44)

mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai.

4.4.2.1 Efisiensi Teknis

Efisiensi teknis adalah besaran yang menunjukkan tingkat produksi sebenarnya, apakah produksi berada dalam skala optimum atau tidak. Efisiensi teknis dari setiap faktor produksi dapat diketahui dari nilai elastisitas produksinya. Elastisitas produksi dari model regresi digunakan untuk mengukur tingkat kepekaan atau untuk mengetahui presentase perubahan Y (peningkatan atau penurunan) apabila terjadi presentase perubahanX. Secara matematis dalam Doll dan Orazem (1976) dituliskan sebagai berikut:

...(7) Keterangan:

Epi = efisiensi teknis

ΔY = perubahan output (produksi)

ΔXi = perubahan input (i = benih, pakan dedak, pupuk kandang, obat-obatan

dan tenaga kerja) Y = output

Xi = input (benih, pakan dedak, pupuk kandang, obat-obatan dan tenaga kerja)

PM = produk marjinal PR = produk rata-rata

Kaidah pencapaian kondisi efisiensi teknis berdasarkan nilai elastisitas produksi (Ep) adalah sebagai berikut:

Epi> 1 belum tercapai efisiensi teknis

0 <Epi<1 tercapai efisiensi teknis

Epi<0 tidak tercapai efisiensi teknis 4.4.2.2 Efisiensi Ekonomi

Efisiensi ekonomi adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. Keuntungan maksimum dapat diketahui apabila turunan pertama dari keuntungannya sama dengan nol. Efisiensi ekonomi tercapai apabila pada saat ini Nilai Produk Marjinal (NPM) sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) (Doll dan Orazem 1976).


(45)

...(8) ; kondisi disaat π maksimum

PY - Px = 0

PY = PX

...(9) Untuk efisiensi dari penggunaan tiap-tiap faktor produksi, kondisi tersebut tercapai dengan syarat sebagai berikut:

...(10) Apabila kondisi tersebut dipenuhi, artinya faktor produksi X yang digunakan telah mencapai tingkat efisiensi. Namun kenyataannya kondisi seperti ini sulit dicapai.

Jika artinya penggunaan faktor produksi X belum efisien sehingga diperlukan penambahan faktor produksi agar tercapai kondisi efisiensinya.

Jika artinya penggunaan faktor produksi X telah melampaui tingkat efisiensi sehingga diperlukan pengurangan faktor produksi X agar tercapai kondisi efisiennya.

4.4.3 Identifikasi Motif Transaksi Konsumen Dalam Pembelian Ikan Koi

Metode yang akan digunakan dalam identifikasi motif transaksi konsumen dalam pembelian ikan Koi adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas sampel data yang terkumpul (Hasan 2004). Hasil yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif adalah karateristik konsumen (pembeli) dan alasan – alasan mereka dalam pembelian ikan Koi melalui wawancara dari sumber-sumber yang terkait. Kemudian akan dibuat suatu rangkuman dan diperoleh kesimpulan dari hasil penelitian.


(46)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Kondisi Umum Kecamatan Cisaat

Kondisi umum Kecamatan Cisaat yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi aspek geografis dan aspek demografis serta sosial ekonomi masyarakat. Bagian ini juga akan menjelaskan tentang karakterisik responden sebagai petani dan konsumen yang terkait dalam penelitian.

5.1.1. Aspek Geografis

Kecamatan Cisaat berada di sebelah utara pusat pemerintahan / ibu kota kabupaten setelah adanya perpindahan pusat pemerintahan dan ibu kota Kabupaten Sukabumi ke Pelabuhan Ratu. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan ke pusat pemerintahan adalah sebagai berikut:

1. Ke pusat pemerintahan Kabupaten sebesar 66 km; 2. Ke pusat pemerintahan Propinsi sebesar 96 km; 3. Ke pusat pemerintahan Negara sebesar 115 km; 4. Ke Bakorawill II Bogor sebesar 54 km.

Batas wilayah Kecamatan Cisaat adalah sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kadudampit, sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Gunung keruh, sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Caringin dan Kecamatan Cantalayan, dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kota Sukabumi.

Kecamatan Cisaat memiliki luas wilayah 2.165,075 ha yang terbagi kedalam 13 desa yaitu Desa Cisaat, Desa Sukamanah, Desa Cibatu, Desa Nagrak, Desa Sukamantri, Desa Sukasari, Desa Gunungjaya, Desa Babakan, Desa Selajambe, Desa Cibolangkaler, Desa Padaasih, Desa Sukaresmi, dan Desa Kutasirna. Kondisi tanah yang berasa di wilayah Kecamatan Cisaat keadaannya datar dan berbukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara 500 m dpl sampai 600 m dpl dan suhu udara / temperatur berkisar antara 20° C sampai 28° C serta rata-rata curah hujan 2.000 mm s/d 3.000 mm per tahun. Dengan keadaan seperti itulah maka kondisi tanah di wilayah Kecamatan Cisaat pada umumnya cukup subur dan gembur serta sangat cocok digunakan lahan pertanian tanaman basah dan perikanan.


(47)

5.1.2 Aspek Demografis dan Sosial Ekonomi

Dilihat dari aspek demografis, penyebaran penduduk Kecamatan Cisaat dapat dikatakan merata di 13 desa dengan jumlah yang hampir seimbang. Jumlah penduduk di Kecamatan Cisaat tahun 2013 adalah 111.400 orang. Berdasarkan mata pencahariannya, penduduk Kecamatan Cisaat sebagian besar adalah petani dan buruh tani, dapat kita lihat pada Tabel 4 dibawah ini:

Tabel 4 Jumlah Penduduk di Kecamatan Cisaat Tahun 2013

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1. Petani / Buruh Tani 30.635

2. Pedagang 18.938

3. Pegawai swasta 35.403

4. Pegawai negeri sipil 5.570

5. TNI / POLRI 89

6. Pensiunan 4.456

7. Pelajar / Mahasiswa 10.758

8. Tidak Bekerja 5.551

Sumber: Laporan Tahunan Kecamatan Cisaat, 2013 5.2 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden berdasarkan data hasil wawancara terhadap 68 orang terdiri dari dua kategori yaitu petani ikan Koi dan konsumen ikan Koi.

5.2.1 Karakteristik Petani

Penelitian dilakukan di Kecamatan Cisaat yang merupakan salah satu sentra produksi ikan Koi di Jawa Barat. Responden dalam penelitian ini sebanyak 38 orang pembudidaya ikan Koi. Karakteristik responden penting karena berpengaruh dalam setiap kegiatan budidaya. Beberapa karakteristik petani meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status budidaya, pengalaman budidaya, dan kelompok pembudidaya ikan.

5.2.1.1 Jenis Kelamin Petani

Responden petani dalam penelitian ini berjumlah 38 orang. Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 38 orang atau 100 persen, sedangkan responden perempuan tidak ada atau 0 persen. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki sebagai kepala keluraga yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam berumah tangga. Berikut ini


(48)

merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Cisaat.

Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Cisaat

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 38 100

Perempuan 0 0

Total 38 100

5.2.1.2 Usia Petani

Tingkat usia responden melalui hasil wawancara sangat bervariasi. Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa usia termuda respoden yaitu berkisar antara 20 sampai 30 tahun, sedangkan usia tertua berkisar antara 51 sampai 60 tahun. Usia petani di Kecamatan Cisaat sebagian besar berusia 31 sampai 40 tahun. Usia tersebut termasuk usia produktif untuk melakukan suatu usaha. Responden dalam penelitian ini hampir semua telah menikah dan mempunyai tanggungan. Berikut merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan usia di Kecamatan Cisaat.

Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Kecamatan Cisaat

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

20-30 7 18,42

31-40 18 47,37

41-50 10 26,32

51-60 3 7,89

Total 38 100

5.2.1.3 Tingkat Pendidikan Petani

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dilihat dari pendidikan terakhir para petani. Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani di Kecamataan Cisaat tergolong cukup tinggi karena sebagian besar responden telah menempuh pendidikan sampai ketingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 23 orang atau 60,53 persen. Tingkat pendidikan berpengaruh dalam kegiatan usahatani, misalnya pada saat penggunaan teknologi yang semakin maju. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Cisaat.


(49)

Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cisaat

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 7 18,42

SMP 6 15,79

SMA 23 60,53

Perguruan Tinggi 2 5,26

Total 38 100

5.2.1.4 Status Budidaya Petani

Status budidaya petani di Kecamatan Cisaat terdiri dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan. Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan petani sebagai pembudidaya ikan Koi yaitu pekerjaan sampingan sebesar 20 orang atau 52,63 persen. Pekerjaan utama petani sebagian besar yaitu pembudidaya ikan konsumsi, petani melakukan tumpang sari dalam kegiatan budidaya tersebut. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan status budidaya ikan Koi di Kecamatan Cisaat.

Tabel 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Budidaya

Status Budidaya Jumlah (orang) Persentase (%)

Utama 18 47,37

Sampingan 20 52,63

Total 38 100

5.2.1.5 Pengalaman Budidaya Petani

Pengalaman budidaya dalam usaha budidaya berpengaruh dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi permasalahan yang muncul di lapangan. Petani yang lebih berpengalaman akan lebih cekatan dalam mengambil sebuah keputusan. Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa sebagian besar pengalaman petani dalam budidaya ikan Koi yaitu 10 sampai 20 tahun yaitu sebanyak 14 orang atau 36,84 persen. Hal ini menunjukkan sebagian besar petani sudah cukup berpengalaman dalam budidaya ikan Koi. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan pengamalan budidaya di Kecamatan Cisaat.


(50)

Tabel 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Budidaya di Kecamatan Cisaat

Pengalaman Budidaya Jumlah (orang) Persentase (%)

< 10 11 28,95

10-20 14 36,84

21-30 13 34,21

Total 38 100

5.2.1.6 Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Petani

Terdapat beberapa kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) di Kecamatan Cisaat. Dalam penelitian ini, responden yang diambil terdiri dari petani yang ikut dalam pokdakan dan petani yang tidak ikut dalam pokdakan atau petani mandiri. Berdasarkan Tabel 10, menunjukkan bahwa sebagian besar petani ikut dalam pokdakan yaitu sebanyak 30 orang atau 78,95 persen. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan pokdakan di Kecamatan Cisaat.

Tabel 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Pokdakan di Kecamatan Cisat

Nama Pokdakan Jumlah (orang) Persentase (%)

Gosanke 7 18,42

Muda Berkarya 8 21,05

PBC 8 21,05

Al Mubarokah 3 7,89

SMS 2 5,26

Mina Raja 1 2,63

Bina Sejaterah 1 2,63

Petani Mandiri 8 21,05

Total 38 100

5.2.2 Karakteristik Konsumen

Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang merupakan penghobiis ikan Koi. Responden diambil sebanyak 30 orang yang diambil secara sengaja berdasarkan hasil informasi dari penghobiis sebelumnya mengingat sesama penghobiss saling mengenal satu sama lain. Beberapa karakteristik konsumen meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan pendapatan rata-rata.

5.2.2.1 Jenis Kelamin Konsumen

Jenis Kelamin Konsumen dalam penelitian yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa jumlah responden laki-laki sebanyak 29 orang atau 96,67 persen, sedangkan responden perempuan


(51)

sebanyak 1 orang atau 3,33 persen. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

Laki-laki 29 96,67

Perempuan 1 3,33

Total 30 100

5.2.2.2 Usia Konsumen

Tingkat usia responden melalui hasil wawancara sangat bervariasi. Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa usia termuda respoden yaitu berkisar antara 20 sampai 29 tahun, sedangkan usia tertua lebih besar dari 49 tahun. Usia konsumen ikan Koi besar berusia 40 sampai 49 tahun. Responden dalam penelitian ini hampir semua telah menikah dan mempunyai tanggungan. Berikut merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan usia. Tabel 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

20-29 5 16,67

30-39 8 26,67

40-49 14 46,67

>49 3 10,00

Total 30 100

5.2.2.3 Pendidikan Terakhir Konsumen

Tingkat pendidikan dalam penelitian ini dilihat dari pendidikan terakhir konsumen. Berdasarkan Tabel 13, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan konsumen tergolong cukup tinggi karena sebagian besar responden telah menempuh pendidikan sampai ketingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 14 orang atau 46,67 persen. Sedangkan pendidikan tertinggi pada konsumen yaitu pasca sarjana. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir.

Tabel 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SMP 4 13,33

SMA 14 46,67

Sarjana 9 30,00

Pasca Sarjana 3 10,00


(52)

5.2.2.4 Pekerjaan Konsumen

Pekerjaan konsumen dalam penelitian ini sangat bervariasi. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui sebagian besar pekerjaan konsumen yaitu wiraswasta (pedagang, pengusaha, dan lainnya) sebanyak 22 orang atau 73,33 persen. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.

Tabel 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Wiraswasta 22 73,33

Pegawai Swasta 3 10,00

Pegawai Negeri 4 13,33

Ibu Rumah Tangga 1 3,33

Total 30 100

5.2.2.5 Pendapatan Rata-Rata Konsumen

Jumlah pendapatan konsumen sangat bervariasi sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Berdasarkan Tabel 15, diketahui bahwa pendapatan tertinggi konsumen yaitu lebih besar dari Rp. 10.000.000,- yaitu sebanyak 9 orang atau 30 persen, sedangkan pendapatan tertingga konsumen yaitu lebih kecil dari Rp. 3.000.000,- sebanyak 6 orang atau 20 persen. Berikut ini merupakan Tabel yang menjelaskan karakteristik responden berdasarkan pendapatan rata-rata. Tabel 15 Sebaran Responden Berdasarkan Pendapatan Rata-Rata

Pendapatan (Rp)/bulan Jumlah (orang) Persentase (%)

<3.000.000 6 20

3.000.000-5.000.000 6 20

5.000.001-10.000.000 9 30

>10.000.000 9 30

Total 30 100

5.3 Kegiatan Budidaya Ikan Koi di Kecamatan Cisaat

Kegiatan budidaya ikan Koi yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Cisaat sebagian besar dimulai dengan tahapan pembenihan ikan sampai pembesaran sekitar usia 3 sampai 4 bulan. Tahapannya adalah sebagai berikut:

5.3.1 Pengelolaan Lahan

Kegiatan awal dalam budidaya ikan Koi yaitu pengelolaan lahan yang dilakukan selama 4 sampai 5 hari. Tahap awal yang dikerjakan yaitu pengeringan kolam selama 3 hari untuk menetralkan kembali kadar tanah dan kuman yang menempel di dinding akan mati. Kemudian dilakukan pemupukan di lahan yang


(53)

telah dikeringkan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang dan pupuk urea yang dicampur secara merata. Setelah dipupuk secara merata, dikeringkan lagi selama 2 hari. Lalu diisi dengan air sampai penuh dan dibiarkan selama 1 hari untuk menetralkan suhu air. Kualitas air yang baik sangat mendukung untuk perkembangan ikan Koi secara optimal.

5.3.2 Pembenihan Ikan

Pembenihan ikan dilakukan selama 40 sampai 50 hari yaitu dimulai dari penetesan induk. Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna yang bervariasi, cerah, simetris, dan kesehatan yang baik. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah yang berbeda dan tidak diberi pakan selama beberapa hari. Telur yang menetas menghasilkan larva. Kemudian larva diletakkan diatas ijuk didalam kolam dan dibiarkan 15 hari. Setelah 15 hari, larva tersebut dipindahkan ke dalam kolam selama 30 hari. Setelah berukuran jari atau 4 sampai 5 cm dilakukan penjarangan untuk memilih ikan yang kualitas baik.

5.3.3 Penanaman Benih

Penanaman benih dilakukan selama 30 menit. Para petani melakukan kegiatan tumpang sari dalam kegiatan budidaya ikan Koi ini. Biasanya ikan Koi di tumpang sari dengan ikan Komet, ikan Baster, ikan Nila dan lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing petani. Setelah dilakukan penanaman, ikan Koi tidak diberi pakan selama 2 sampai 3 hari karena ikan Koi akan melakukan pemulihan dan adaptasi. Setelah 3 hari, ikan Koi diberikan pakan dedak dan pakan pelet sesuai dengan jumlah ikan yang ditanam. Pemberikan pakan tersebut dilakukan rutin setiap hari oleh petani.

5.3.4 Panen

Panen ikan dilakukan setelah ikan berumur 3 sampai 4 bulan atau berukuran 5 sampai 15 cm. Sebelum ikan dijual secara keseluruhan akan dilakukan penjarangan terlebih dahulu. Penjarangan dilakukan agar diperoleh ikan Koi yang berkualitas baik atau kurang baik. Ikan Koi yang berkualitas baik biasanya akan ditanam kembali oleh para petani sampai berukuran sesuai dengan keinginan petani serta menunggu harga pasar yang baik. Sedangkan ikan Koi yang kualitas kurang baik akan dijual langsung oleh petani kepada tengkulak dan pedagang.


(1)

5. Jenis Produksi Ikan Koi

No Kualitas Ikan Ukuran yang dijual

Jumlah Ikan (ekor)

Harga Jual

1 Tinggi

2 Sedang

3 Rendah

6. Tahapan Budidaya :

... ... ... ... ...

7. Permasalahan yang dihadapi selama ini:

a. Masalah pengadaan input (ketersediaan, harga, cara mendapatkan, dll): ... b. Masalah teknis budidaya usahatani (air, hama/penyakit,bencana alam): ... c. Masalah pasca panen:

... d. Masalah pemasaran (harga, kesulitan, pemasaran, daya tawar, dll):

... e. Masalah pemodalan:


(2)

8. Apakah saudara pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah?

a. Iya b. Tidak

Jika iya, dari...dalam bentuk... Sejumlah...

9. Pemanfaatan batuan,

a. Jika uang, digunakan untuk ... b. Jika barang, digunakan untuk ... Seberapa efektif dalam pengembangannya?...

10. Bagaimana harapan saudara kepada pemerintah terkait dengan pengembangan budidaya ikan koi?

... ... ...


(3)

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680 KUESIONER PENELITIAN UNTUK KONSUMEN IKAN KOI Tanggal wawancara :

No. Responden :

I. Deskripsi Responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. No Hp :

4. Jenis Kelamin : L / P

5. Status : Menikah / Belum Menikah

6. Umur : ... tahun

7. Pendidikan Terakhir :

a. SMP b. SMA c.Diploma d. Sarjana

e. Pasca Sarjana f. Lainnya,...

8. Pekerjaan :

a. Wiraswasta b. Pegawai Swasta c. Pegawai Negeri d. Dokter

e. Pelajar/mahasiswa f. Lainnya,... 9. Jumlah Tanggungan : ... 10. Rata-rata Pendapatan anda perbulan adalah:

a. < Rp. 3.000.000 c. > Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000 b. > Rp. 3.000.000 - Rp. 5.000.000 d. > Rp. 10.000.000

Kuisioner ini digunakan untuk penelitian Analisis EfisiensiFaktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi oleh Kartika Jayamurti, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya Mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat dijadikan data yang objektif. Saya akan menjaga kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i. Atas perhatian anda, saya sampaikan terimakasih.


(4)

11. Rata-rata pengeluaran anda perbulan adalah Rp...

II. Motif transkasi konsumen dalam pembelian ikan koi Petunjuk: Beri tanda (X) pada jawaban yang anda pilih

1. Apa alasan utama Anda memilih ikan koi sebagai salah satu ikan hias yang dibeli ?

a. Ikan Koi memiliki harga yang terjangkau

b. Ikan Koi mempunyai tekstur tubuh dan warna yang indah c. Ikan Koi membawa keberuntungan

d. Lainnya, yaitu ... 2. Dimana lokasi/tempat pembelian ikan koi yang biasanya Anda datangi?

Jawab:... Alasannya... 3. Darimana Anda mengetahui informasi tentang ikan koi?

a. Keluarga c. Media Massa

b. Teman d. Lainnya, yaitu ... 4. Hal apa yang Andaperhatikan dalam pembelian ikan koi?

a. Postur tubuh & warna c. Harga

b. Ukuran d. Lainnya, yaitu ... 5. Apa tujuan Anda dari pembelian ikan koi?

a. Hobi c. Lahan bisnis yang menguntungkan

b. Adanya mitos d. Lainnya, yaitu ... 6. Jenis ikan koi yang bagaimana yang biasanya Anda beli?

a. Kohaku c. Showa

b. Sanke d. Lainnya, yaitu ... 7. Ikan koi ukuran bagaimana yang biasanya Anda beli?

a. Benih c. Besar

b. Anakan d. Lainnya, yaitu ... 8. Berapa harga ikan koi yang biasanya Anda beli?

Jawab: Rp... 9. Berapa jumlah ikan koi yang biasanya Anda beli?


(5)

10.Berapa bulan sekali anda membeli ikan koi?

a. 1 bulan c. 3 bulan

b. 2 bulan d. Lainnya, yaitu... 11.Apabila harga ikan koi meningkat, apakah anda tetap memilih membeli ikan

koi?

a. Ya b. Tidak

Alasan:... 12.Apa yang anda lakukan setelah membeli ikan koi?

a. Dipelihara c. Mengikuti kontest

b. Dijual kembali d. Lainnya, yaitu... 13.Apakah anda puas dengan memelihara ikan koi?

a. Ya b. Tidak


(6)

Penulis dilahirkan di Martebing, Sumatera Utara 16 Januari 1993 yang merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Yanu Rianto dan Ibu Maisuri Jaya.

Pada tahun 1998 penulis lulus dari taman kanak-kanak di TK F.Tandean Tebing Tinggi, pada tahun 2004 penulis lulus dari sekolah dasar di SD F. Tandean Tebing Tinggi, kemudian pada tahun 2007 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi, dan pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai salah satu mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan organisasi sebagai penunjang soft skills diantaranya Pasukan Pengibar Bendera IPB pada tahun 2010, Himpunan Profesi REESA (Resources and Environmental Economics Student Assosiation) pada divisi Badan Pengurus Harian sebagai sekretaris pada tahun 2011, IMMAM (Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan) sebagai staff informasi dan komunikasi pada tahun 2011, dan Coast Perkusi FEM pada tahun 2011. Penulis juga aktif mengikuti kepanitian-kepanitian kegiatan intra dan extra kampus.