Jenis Kelamin Petani Karakteristik Petani

telah dikeringkan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk kandang dan pupuk urea yang dicampur secara merata. Setelah dipupuk secara merata, dikeringkan lagi selama 2 hari. Lalu diisi dengan air sampai penuh dan dibiarkan selama 1 hari untuk menetralkan suhu air. Kualitas air yang baik sangat mendukung untuk perkembangan ikan Koi secara optimal.

5.3.2 Pembenihan Ikan

Pembenihan ikan dilakukan selama 40 sampai 50 hari yaitu dimulai dari penetesan induk. Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna yang bervariasi, cerah, simetris, dan kesehatan yang baik. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah yang berbeda dan tidak diberi pakan selama beberapa hari. Telur yang menetas menghasilkan larva. Kemudian larva diletakkan diatas ijuk didalam kolam dan dibiarkan 15 hari. Setelah 15 hari, larva tersebut dipindahkan ke dalam kolam selama 30 hari. Setelah berukuran jari atau 4 sampai 5 cm dilakukan penjarangan untuk memilih ikan yang kualitas baik.

5.3.3 Penanaman Benih

Penanaman benih dilakukan selama 30 menit. Para petani melakukan kegiatan tumpang sari dalam kegiatan budidaya ikan Koi ini. Biasanya ikan Koi di tumpang sari dengan ikan Komet, ikan Baster, ikan Nila dan lainnya sesuai dengan kebutuhan masing-masing petani. Setelah dilakukan penanaman, ikan Koi tidak diberi pakan selama 2 sampai 3 hari karena ikan Koi akan melakukan pemulihan dan adaptasi. Setelah 3 hari, ikan Koi diberikan pakan dedak dan pakan pelet sesuai dengan jumlah ikan yang ditanam. Pemberikan pakan tersebut dilakukan rutin setiap hari oleh petani.

5.3.4 Panen

Panen ikan dilakukan setelah ikan berumur 3 sampai 4 bulan atau berukuran 5 sampai 15 cm. Sebelum ikan dijual secara keseluruhan akan dilakukan penjarangan terlebih dahulu. Penjarangan dilakukan agar diperoleh ikan Koi yang berkualitas baik atau kurang baik. Ikan Koi yang berkualitas baik biasanya akan ditanam kembali oleh para petani sampai berukuran sesuai dengan keinginan petani serta menunggu harga pasar yang baik. Sedangkan ikan Koi yang kualitas kurang baik akan dijual langsung oleh petani kepada tengkulak dan pedagang. VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Koi di

Kecamatan Cisaat Model analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan Koi di Kecamatan Cisaat adalah model analisis regresi berganda yang didasarkan pada metode Ordinary Least Square OLS. Data yang digunakan dalam menentukan model tersebut yaitu data primer melalui wawancara terhadap 38 orang petani ikan Koi. Data tersebut diolah dengan menggunakan software SPSS 17.0. Faktor-faktor produksi yang diestimasi ke dalam model meliputi benih X 1 , pakan dedak X 2 , pupuk kandang X 3 , obat- obatan X 4 , dan tenaga kerja X 5 . Model yang diduga merupakan hubungan antara fakor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Hasil pendugaan model fungsi produksi yang diperoleh setelah dilakukan analisis dengan menggunakan metode OLS adalah sebagai berikut: ............................................................................................11 Keterangan : Y = produksi ikan Koi ekor X 1 = benih ekor X 2 = pakan dedak kilogram X 3 = pupuk kandang kilogram X 4 = obat-obatan kilogram X 5 = tenaga kerja HOK Berdasarkan uji secara ekonomi, hasil dari pendugaan model tersebut menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen sesuai dengan hipotesis. Apabila dalam model bertanda positif +, artinya setiap penambahan penggunaan input sebesar satu persen akan meningkat produksi ikan Koi sebesar masing- masing koefisien independen di model. Sedangkan apabila model bertanda negatif -, artinya setiap penambahan penggunaan input sebesar satu persen akan menurunkan produksi ikan Koi sebesar masing-masing koefisien independen di model. Berdasarkan hasil olah data dengan menggunakan SPSS yang terdapat di Lampiran 2, diperoleh koefisien determinasi disesuaikan Adjusted R 2 sebesar 0,410. Angka tersebut menunjukkan bahwa 41 persen keragaman produksi ikan Koi dijelaskan oleh variabel independen yang ada dalam model yaitu benih, pakan dedak, pupuk kandang, obat-obatan dan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 59 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil pendugaan diperoleh nilai uji F yang terdapat di Lampiran 2 sebesar 6,150. Nilai tersebut signifikan pada taraf 5 persen, artinya secara bersama-sama variabel independen dalam produksi mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi. Bedasarkan hasil uji t yang terdapat pada Lampiran 2, diketahui bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf 25 persen adalah benih, pupuk kandang, dan obat-obatan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi adalah pakan dedak, dan tenaga kerja. Setelah melakukan pedugaan dan pengujian terhadap model fungsi produksi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat masalah multikolineritas, heteroskedasitas, dan normalitas. Pengujian adanya multikolinearitas atau tidak, dilihat dari nilai Variant Inflation Factor VIF. Apabila VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil dari VIF yang terdapat di Lampiran 2, menunjukkan bahwa masing- masing variabel bernilai lebih kecil dari 10, maka dalam model fungsi produksi ikan Koi tidak terdapat masalah multikolinearitas. Pengujian adanya heteroskedastisitas atau tidak, dilihat dari nilai Uji Glejser G, apabila nilai dari uji G lebih besar dari taraf 5 persen maka tidak ada heteroskedastisitas. Hasil dari uji G yang terdapat pada Lampiran 2, sebesar 2,018 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model fungsi produksi ikan Koi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan Tabel Kolmograv- Smirnov test dan grafik P-Plot. Hasil dari Tabel Kolmograv-Smirnov test yang terdapat pada Lampiran 2 yaitu sebesar 0,529. Nilai dari Kolmograv-Smirnov test lebih besar dari taraf nyata 20 persen maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut baik dan terdistribusi normal. Kemudian dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Lampiran 2. Berdasarkan grafik P-Plot diketahui bahwa terlihat titik-titik yang menyebar di sekitas garis peluang normal dan mengikuti garis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa residual model regresi tersebut terdistibusi secara normal. Besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi regresi linear berganda, dapat dilihat dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas dari masing-masing produksinya. Nilai dari regresi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 16 Nilai Koefisien Regresi Produksi Ikan Koi di Kecamatan Cisaat Faktor Produksi Koefisien Regresi Signifikan Constant - 0,857 0,846 Benih X 1 0,612 0,000 Pakan Dedak X 2 - 0,061 0,602 Pupuk Kandang X 3 0,204 0,124 Obat-obatan X 4 - 0,157 0,243 Tenaga kerja X 5 0,462 0,521 Keterangan: = nyata pada taraf 1 persen = nyata pada taraf 15 persen = nyata pada taraf 25 persen

1. Benih

Benih merupakan faktor produksi yang paling utama dalam usaha budidaya ikan Koi. Benih berdasarkan Tabel 16 berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi ikan Koi. Variabel benih berpengaruh nyata terhadap produksi ikan Koi dengan taraf nyata 1 persen. Nilai elastisitas produksi untuk variabel benih adalah 0,612 artinya setiap penambahan jumlah benih sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ikan Koi sebesar 0,612 persen dengan asumsi cateris paribus . Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jumlah benih yang ditanam setiap petani di Kecamatan Cisaat berbeda-beda tergantung luas lahan yang ada dan adanya asumsi bahwa semakin banyak benih yang ditanam maka akan meningkatkan produksi ikan Koi. Sebagian besar petani melakukan kegiatan tumpang sari dengan ikan konsumsi dan ikan hias lainnya. Hal ini disebabkan karena ikan Koi dapat hidup secara bersamaan dengan ikan yang lain. Ikan Koi dapat menyesuaikan diri di kolam dengan tidak memakan ikan yang lain. Tetapi setelah ikan Koi berukuran besar maka ikan Koi akan dipisah-pisah. Hal ini