Swasembada Gula TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Sumber: Ditjen Perkebunan 1980 Gambar 2.2 Diagram Pohon Industri dari Tebu

2.3 Swasembada Gula

Pengertian umum swasembada untuk suatu produk di suatu negara akan tercapai apabila secara netto jumlah produk dalam negeri minimal mencapai 90 persen dari jumlah konsumsi domestiknya, baik untuk memenuhi konsumsi rumahtangga, industri maupun neraca perdagangan nasional. Dengan pengertian tersebut yang dimaksud swasembada gula adalah produksi gula berbasis tebu dalam negeri telah mencapai 90 persen dari kebutuhan nasional baik konsumsi langsung maupun konsumsi tidak langsung dan memenuhi neraca gula nasional Ditjen Perkebunan, 2006. Pemerintah berupaya untuk mewujudkan swasembada gula di Indonesia dengan sasaran: a Jangka Pendek 2010 –2014 1. Tercapainya swasembada gula nasional tahun 2014 Gula Kristal Putih, Gula Kristal Rafinasi dan Raw Sugar. 2. Berhasilnya revitalisasi program pabrik gula melalui peningkatan mutu dan volume produksi gula kristal putih. 3. Meningkatnya produksi raw sugar dalam negeri. 4. Memberlakukan SNI wajib gula putih. b Jangka Menengah 2015 –2020 1. Pemenuhan berbagai jenis gula dari produksi dalam negeri 2. Ekspor gula setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi 3. Restrukturisasi teknologi proses pada Industri gula sesuai perkembangan yang terjadi. 4. Penghapusan dekotomi pasar gula rafinasi yang dapat pula dijual ke konsumen langsung. c Jangka Panjang 2020 –2025: Indonesia menjadi negara produsen gula yang mampu memasok kebutuhan gula negara-negara lain di Asia Pasifik. Tujuan Program Swasembada Gula 1. Memenuhi kebutuhan gula nasional secara keseluruhan, baik untuk konsumsi langsung maupun industri; 2. Mendayagunakan sumberdayaaset secara optimal berdasarkan prinsip keunggulan kompetitif wilayah dan efisiensi secara nasional; 3. Meningkatkan kesejahteraan petani produsen dan stakeholder lainnya; 4. Memperluas kesempatan kerja dan peluang berusaha dikawasan pedesaan, sehingga secara nyata berdampak positif terhadap pemberantasan kemiskinan Ditjen Perkebunan, 2006.

2.4 Teori Peramalan