Konsumsi dan Produksi Gula

2.2 Konsumsi dan Produksi Gula

Dalam sistem pergulaan nasional kebutuhan gula dibagi dua yaitu untuk konsumsi langsung rumahtangga dengan kualitas gula kristal putih GKP dan kebutuhan tidak langsung untuk industri makanan, minuman dan farmasi dengan kualitas gula kristal rafinasi GKR. Konsumsi langsung dapat diartikan bahwa masyarakat mengkonsumsi langsung dalam bentuk gula pasir untuk menu makanan atau minuman sehari-hari, sedangkan konsumsi tidak langsung merupakan konsumsi gula yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk makanan atau minuman produk olahan yang menggunakan gula pasir atau turunannya sebagai pemanis atau pengawet Dewan Gula Indonesia, 2006. Kebudayaan mengkonsumsi gula di Indonesia sudah berjalan seiring dengan tumbuhnya budaya bangsa Indonesia. Tinjauan dari aspek perkembangan konsumsi gula pasir di Indonesia sangat dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang sangat menentukan keputusan dalam mengkonsumsi gula. Gula pasir merupakan sumber energi karena gula merupakan salah satu dari kelompok karbohidrat yang dapat menghasilkan energi bagi tubuh. Posisi gula pasir sebagai pemanis yang dikonsumsi oleh masyarakat sulit digantikan dengan bahan pemanis alami lainnya yang berasal dari buah-buahan. Selain persepsi masyarakat, jumlah penduduk dan banyaknya industri yang menggunakan gula sebagai bahan bakunya juga sangat memengaruhi tingkat konsumsi gula nasional. Dalam perindustrian gula yang mengolah bahan baku raw material tebu menjadi gula pasir akan sangat tergantung pada beberapa faktor. Secara garis besar terdapat dua faktor yang memengaruhi hasil produksi gula rendemen yang akan dihasilkan. Besarnya rendemen 75 persen tergantung dari faktor luar pabrik dan 25 persen tergantung faktor dalam pabrik. Rendemen tebu merupakan nilai persentase kadar gula yang terkandung dalam satu satuan unit berat tebu. Faktor luar pabrik terkait dengan tanaman tebu yaitu kandungan sukrosa, sabut maupun kadar nira dalam tebu pada saat ditebang. Faktor ini merupakan tugas dari bidang tanaman yang meliputi pemilihan varietas tebu dan teknik budidaya tebu yang menyangkut jenis tanah dan cara pengolahannya, masa tanam, pemupukan, pengairan, perlindungan tanaman, masalah panen dan pascapanen. Faktor dalam pabrik, yaitu faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya hasil gula yang dicapai mulai dari menggiling tebu, kemudian mengolah nira mentah yang diperoleh sampai menjadi gula Sumarno, 1996. Komoditi gula mempunyai karakteristik yang unik. Gula hablur yang dihasilkan sangat tergantung pada kualitas tebu yang ditanam. Hal inilah yang menyulitkan pemasaran. Selain itu, produk gula juga sangat dipengaruhi oleh musim, sehingga produksi tidak merata sepanjang tahun. Sifat komoditinya relatif homogen perbedaan hanya pada kualitasnya. Akibatnya harga harus identik dengan kualitas sehingga masalah kualitas sangat menentukan dalam pemasaran Hasan, 1983. Selain menjadi gula, tebu juga menghasilkan hasil sampingan lainnya Gambar 2.2. Hasil sampingan dari pengolahan tebu tersebut beberapa diantaranya merupakan input bagi industri lain seperti industri makanan ternak. Hal tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan antara industri tebu dengan industri-industri lainnya. Sumber: Ditjen Perkebunan 1980 Gambar 2.2 Diagram Pohon Industri dari Tebu

2.3 Swasembada Gula