Tabel 5.3 Hasil Peramalan Produksi dan Konsumsi Gula dalam bentuk logaritma natural ln.
Tahun Produksi Gula
Konsumsi Gula 2011
14,7253 15,4259
2012 14,7399
15,4864 2013
14,6614 15,4979
2014 14,7151
15,5258
5.2 Implikasi Hasil Peramalan Terhadap Pencapaian Swasembada Gula
Nasional
Dari hasil peramalan yang dilakukan pada analisis sebelumnya diperoleh tingkat produksi dan konsumsi gula nasional pada tahun 2011-2014. Nilai hasil
peramalan tersebut masih dalam bentuk logaritma natural ln sehingga diperlukan perubahan ke dalam bentuk eksponensial untuk mengetahui nilai peramalan yang
sesungguhnya Tabel 5.4
Tabel 5.4 Hasil Peramalan Model ARIMA 2,1,2 Untuk Produksi dan ARIMA 1,1,3 Untuk Konsumsi Gula Nasional diolah
Tahun Peramalan
Defisit Produksi Gula ton
Konsumsi Gula ton 2011
2.483.799 5.022.810
- 2.539.011 2012
2.520.329 5.316.895
- 2.796.566 2013
2.330.049 5.378.392
- 3.048.343 2014
2.458.594 5.530.562
- 3.071.968
Dari hasil peramalan tingkat produksi dengan menggunakan model ARIMA 2,1,2 menunjukkan bahwa produksi gula nasional tahun 2011-2014
sangat berfluktuasi. Pada tahun 2012 diperkirakan terjadi peningkatan produksi dibandingkan dengan tahun 2011. Kenaikan tersebut sebesar 1,47 persen atau
36.530 ton. Namun pada tahun 2013 diperkirakan akan terjadi penurunan tingkat
produksi sebesar 7,55 persen atau sebesar 190.280 ton dan kembali meningkat pada tahun 2014 sebesar 5,52 persen yaitu sebesar 128.545 ton.
Peramalan untuk tingkat konsumsi dengan menggunakan model ARIMA 1,1,3 menunjukkan bahwa tingkat konsumsi mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk yang sangat memengaruhi tingkat konsumsi langsung dan semakin
meningkatnya perkembangan industri yang menggunakan gula sebagai inputnya seperti industri makanan, minuman dan farmasi.
Dari hasil peramalan menunjukkan bahwa pada tahun 2014 Indonesia belum mampu mencapai swasembada gula. hal tersebut terlihat dari masih
terdapat kesenjangan antara produksi dan konsumsi gula nasional Gambar 5.5. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa swasembada gula adalah terpenuhinya
konsumsi gula domestik oleh produksi dalam negeri, baik konsumsi langsung oleh rumahtangga maupun konsumsi untuk industri serta menutupi neraca gula.
Gambar 5.5 Tingkat Produksi dan Konsumsi Gula Indonesia Serta Hasil Peramalan Tahun 2000-2014
1000000 2000000
3000000 4000000
5000000 6000000
produksi konsumsi
Peramalan konsumsi gula menunjukkan data dengan trend yang cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi dapat diakibatkan oleh berbagai
faktor diantaranya adalah jumlah penduduk, pendapatan per kapita, dan harga gula. Pendapatan dan jumlah penduduk memengaruhi tingkat konsumsi gula
nasional. Pendapatan memengaruhi daya beli masyarakat, sedangkan jumlah penduduk memengaruhi jumlah gula yang dikonsumsi secara langsung. Adanya
peningkatan kedua faktor tersebut akan memengaruhi fluktuasi konsumsi gula nasional.
Harga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi seberapa besar konsumsi suatu barang yang dilakukan oleh masyarakat. Pada barang normal,
semakin tinggi harga barang tersebut maka konsumsi masyarakat terhadap barang tersebut menjadi menurun atau dengan kata lain harga berkorelasi negatif dengan
tingkat konsumsi. Hal ini hampir tidak berlaku pada komoditi gula. Posisi gula yang merupakan salah satu kebutuhan pokok mengakibatkan pola yang unik. Pada
saat harga meningkat, masyarakat cenderung tidak mengurangi konsumsi secara signifikan karena gula merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari.
Harga gula di Indonesia tidak hanya memperlihatkan kekuatan tawar menawar yang terjadi namun juga dipengaruhi oleh harga gula dunia, terlebih lagi Indonesia
merupakan salah satu negara pengimpor gula sehingga tidak bisa menghindari pengaruh harga gula internasional.
Peramalan produksi gula menunjukkan adanya fluktuasi peningkatan dan penurunan. Fluktuasi tersebut menunjukkan bahwa kondisi industri gula dalam
negeri sangat tidak stabil. Adanya peran pemerintah yang semakin nyata dalam
menangani permasalahan di industri gula akan sangat membantu dalam menstabilkan kondisi industri gula. Program revitalisasi baik pada sektor on farm
maupun off farm yang dilakukan oleh pemerintah dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri gula nasional. Revitalisasi pada sektor on farm
meliputi perluasan area dan peningkatan produktivitas. Sedangkan revitalisasi yang dapat dilakukan di sektor off farm adalah dengan rehabilitasi, peningkatan
kapasitas giling, peningkatan efisiensi pabrik gula dan peningkatan kualitas gula. Selain itu, pemerintah juga berencana akan membangun pabrik gula baru yang
diharapkan mampu meningkatkan produksi gula dalam negeri. Pemberdayaan penelitian, pengembangan gula dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di
bidang gula juga merupakan langkah-langkah yang dapat mendorong peningkatan produksi gula dalam negeri.
5.3 Perbandingan Hasil Peramalan dengan Proyeksi Pemerintah