46 Setiap organisme memiliki kemampuan untuk tetap mempertahankan
hidup dan keturunannya walaupun hidup pada lingkungan yang tidak optimal dibawah cekaman insektisida Schneider et al. 2011. Hal ini terlihat dari semakin
tinggi konsentrasi temefos yang digunakan maka cenderung semakin rendah persentase kemampuan eklosi nyamuk Ae. aegypti. Saling keterkaitan antar
komponen dalam kelangsungan hidup nyamuk Ae. aegypti, mengakibatkan bila satu komponen terganggu maka mempengaruhi komponen yang lain.
Penurunan persentase eklosi nyamuk Ae. aegypti akibat cekaman temefos menyebabkan terjadinya perubahan ratio kelamin jantan dan betina bila
dibandingkan dengan normal. Secara normal eklosi pupa menjadi dewasa pada awalnya didominasi oleh jenis kelamin jantan, hal ini menunjukkan bahwa lebih
mudah bagi nyamuk menghasilkan jenis kelamin jantan dibandingkan betina Christophers, 1960. Terbukti dari penelitian ini bahwa nyamuk yang semakin
lemah karena paparan temefos lebih banyak menghasilkan jenis kelamin jantan untuk generasi selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan efek temefos
menyebabkan perubahan ratio jenis kelamin jantan dibandingkan dengan betina dari 56,83 : 43,17 kontrol menjadi 82,73 : 17,27 KL
90
. Gunandini 2002 menyatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti yang diseleksi oleh malation
merubah komposisi ratio jenis kelamin antara jantan dan betina. Ratio jenis kelamin yang semula jantan dan betina yang semula 46 : 54 F
menjadi sebaliknya 54 : 46 F
20
.
4.9. Pembahasan Umum
Lingkungan yang tidak optimal di bawah cekaman insektisida temefos memaksa nyamuk Ae. aegypti beradaptasi untuk menggunakan jumlah energi
sebaik mungkin. Jumlah energi yang terbatas ini akan dialokasikan untuk berbagai keperluan hidup, terutama untuk meneruskan keturunan. Nyamuk Ae. aegypti
berhasil bertahan di bawah cekaman temefos apabila dapat memanfaatkan energi dengan baik. Kemampuan nyamuk Ae. aegypti beradaptasi dengan lingkungan
yang tidak optimal menunjukkan adanya kelenturan sifat yang dimiliki sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, kelenturan sifat ini dikenal dengan istilah
plastisitas fenotip Uvarov, 1961.
47 Setiap makhluk hidup dapat beradaptasi dalam lingkungan yang tidak
optimal dengan berbagai perubahan fisiologis. Nyamuk Ae. aegypti merupakan serangga dengan daur hidup yang kompleks sehingga memiliki kemampuan
adaptasi yang lebih tinggi terhadap lingkungannya. Fase pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti
merupakan komponen sifat yang saling berkaitan. Suatu hubungan antara dua sifat yang dimiliki satu individu karena
sesuatu hal dapat menyebabkan sifat yang satu mengalami peningkatan sedangkan sifat yang lain mengalami penurunan, hal ini karena jumlah energi yang
digunakan sangat terbatas, peristiwa ini dikenal dengan istilah “trade-off” Begon et al.
1996, Bedhomme et al. 2003, Schneider et al. 2011. Tabel 12. Jangka hidup larva Ae. aegypti setelah terpapar temefos
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5.
Tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Berbeda dengan
kontrol. Fenomena yang ditunjukkan oleh nyamuk Ae. aegypti akibat cekaman
temefos terlihat pada Tabel 12. Pertumbuhan dan perkembangan larva nyamuk Ae. aegypti
setelah dipaparkan temefos menunjukkan jangka hidup yang berubah, stadium pradewasa semakin lambat sedangkan stadium dewasa menjadi semakin
singkat. Dalam keadaan tercekam tersebut jangka hidup L
3
-pupa pada perlakuan KL
75
masih terlihat sama dengan normal. Jangka hidup pupa-dewasa sampai perlakuan KL
25
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Dari penjelasan ini terlihat bahwa sampai KL
75
untuk perkembangan L
3
-pupa, larva Ae. aegypti
mampu menunjukkan kelenturan sifat yang dimiliki plastisitas
Konsen Trasi
Jangka hidup Pradewasa
jam, menit Dewasa
hari L
3
– Pupa Pupa - Dewasa
Jantan Betina
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90 a
45,54 54,12
a ab
86,14
ab
87,21
ab
87,24 126
b a
32,41
ab
36,24
abc
46,6
bc
57,35
c
66,32
c
69,44
a
42,6 39
ab ab
24,2
ab
23,8
b
23,14 22
b a
54,2
ab
46,7
abc
37,9
abc
36,9
bc
32,71 27
c
48 fenotip
, tetapi pada perkembangan pupa-dewasa plastisitas yang dimiliki hanya sampai perlakuan KL
25
. Semakin tinggi konsentrasi temefos yang dipaparkan terlihat jangka hidup
jantan dan betina semakin singkat. Nyamuk Ae. aegypti masih mampu menyamai jangka hidup nyamuk normal sampai perlakuan KL
50
. Dalam hal ini kemampuan nyamuk jantan maupun betina masih bisa menyamai nyamuk kontrol, artinya
kelenturan sifat yang dimiliki kedua jenis kelamin ini relatif sama. Pada parameter jangka hidup nyamuk pradewasa dan dewasa setelah tercekam temefos terlihat
adanya pertukaran energi di antara kedua stadium. Di satu sisi stadium pradewasa menjadi semakin lambat, sebaliknya stadium dewasa menjadi semakin singkat.
Disinilah terjadi peristiwa pertukaran energi yang dikenal dengan istilah trade-off. Suatu hubungan antara dua sifat yang dimiliki satu individu karena sesuatu
hal dapat menyebabkan sifat yang satu mengalami peningkatan sedangkan sifat yang lain mengalami penurunan, hal ini karena jumlah energi yang digunakan
sangat terbatas. Keadaan ini memaksa nyamuk untuk menghemat energi yang terbatas, contoh nyata yang terlihat adalah aktivitas gerakan larva yang semakin
lemah. Pada keadaan normal larva Ae. aegypti mampu menempuh jarak 30 cm selama 2 menit 57 detik, tetapi pada perlakuan KL
90
untuk menempuh jarak yang sama larva memerlukan waktu 24 menit 35 detik. Hal ini menunjukkan jumlah
energi yang dimiliki oleh nyamuk semakin berkurang karena bertahan terhadap cekaman temefos.
Berat badan berat basah dan berat kering nyamuk Ae. aegypti stadium pradewasa dan dewasa setelah terpapar temefos semakin rendah Tabel 13.
Secara umum larva, pupa maupun dewasa jantan dan betina nyamuk Ae. aegypti bertahan terhadap cekaman temefos dengan menggunakan energi secara efisien.
Energi yang ada sedapat mungkin digunakan untuk keperluan yang vital dengan mengabaikan kebutuhan dirinya sendiri nyamuk tidak mampu menyamakan berat
badannya dengan nyamuk normal. Keadaan ini terlihat pada terjadinya penurunan berat badan seiring dengan semakin tinggi konsentrasi temefos yang
diujikan.
Tabel 13. Berat badan nyamuk Ae. aegypti setelah terpapar temefos pada fase L
3
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5. Tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Berbeda
dengan kontrol.
Konsentrasi Berat Badan mg
Pradewasa Dewasa
Larva mg Pupa mg
Jantan Betina
Berat basah Berat kering
Berat basah Berat kering
Berat basah Berat kering
Berat basah Bera
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90 a
0,0280
a
0,0268
b
0,1933
c
0,1167
c
0,0108
c
0,0108
a
0,0177
a
0,0175
b
0,0123
c
0,0045
c
0,0048
c
0,0030
a
0,0375
b
0,0200
b
0,0195
c
0,0113
d
0,0073
e
0,0032
a
0,0170
b
0,0093
b
0,0080
b
0,0075
c
0,0022
c
0,0012
a
0,0227
b
0,0123
b
0,0115
b
0,0105
bc
0,0077
c
0,0044
a
0,0117
a
0,0090
a
0,0085
ab
0,0068
bc
0,0027
c
0,0013
a
0,0323
b
0,0193
b
0,0180
c
0,0137
d
0,0092
e
0,0050 0,0
0,0 0,0
0,0
0,0 0,0
Tabel 14. Fekunditas nyamuk Ae. aegypti setelah terpapar temefos pada fase L
3
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5. Tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Berbeda
dengan kontrol.
Konsentrasi Jumlah
telurnyamuk butir
Jumlah kelompok
telurnyamuk batch
Daya tetas telur
Kemampuan ekdisis
Kemampuan eklosi
Perbandingan nisba kelamin
Jantan Betin
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
64
a
67
a
64
a
76
a
93
a
34
b
16
a
17
a
16
a
15
a
12
b
11
b a
80.09
ab
66.37
bc
48.60
bc
46.96
c
41.71
c
41.00
a
77,50
a
72,38
ab
61,56
ab
54,43
b
44,23
b
42,66
a
89,61
ab
76,53
bc
57,36
bc
56,69
c
51,29
bc
53,21
a
56,83
a
57,81
b
52,38
b
60,06
b
70,70
b
82,73 43,17
42,19 47,62
39,94 29,30
17,27
Usaha untuk mempertahankan keturunannya diperlihatkan oleh nyamuk Ae. aegypti
yang telah terpapar oleh temefos. Pada perlakuan KL
75
jumlah telur yang dihasilkan tidak berbeda dengan kontrol, demikian pula jumlah kelompok
telur sampai KL
50
masih sama dengan normal Tabel 14. Hal ini membuktikan bahwa dibawah cekaman temefos nyamuk berusaha untuk mempertahankan
keturunannya dengan menggunakan energi yang terbatas secara efisisen. Daya tetas telur yang dimiliki nyamuk setelah terpapar temefos tidak sebaik
keberhasilan jumlah telur dan kelompok telur, daya tetas telur hanya menyamai kontrol sampai perlakuan KL
. Kemampuan ekdisis dapat menyamai kontrol sampai pada perlakuan KL
50
tetapi kemampuan eklosi kembali hanya bertahan sampai pada perlakuan KL
0..
Kemampuan ekdisis dapat menyamai kontrol sampai pada perlakuan KL
50
tetapi kemampuan eklosi kembali hanya bertahan sampai pada perlakuan KL
0.
Hal ini menggambarkan bahwa nyamuk dengan energi yang terbatas
berusaha menghasilkan
telur sebanyak-banyaknya,
tetapi pada
kenyataannya energi yang dimiliki tidak mampu memaksimalkan daya tetas telur. Temefos yang masuk ke dalam ovum menyebabkan efek racun terakumulasi
dalam folikel. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan telur atau kesuburan telur berkurang, penetrasi temefos menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
terganggunya sintesis protein ke kuning telur selama embriogenesis Kumar et al. 2009.
Nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian ini hanya mampu menyamai normal sampai KL
75
jumlah telur dan KL
50
jumlah kelompok telur, sebaliknya nyamuk gagal menyamai normal pada kemampuan daya tetas telur. Gunandini
2002 menyatakan bahwa nyamuk Ae. aegypti yang diseleksi dengan malation sampai generasi ke-20 dapat menyamai nyamuk normal dalam hal jumlah telur,
jumlah kelompok telur, daya tetas telur, kemampuan ekdisi dan kemampuan eklosi. Fenomena ini menunjukkan bahwa Ae. aegypti yang diseleksi secara
bertahap oleh insektisida akan memiliki kelenturan sifat dan pertukaran energi yang lebih baik. Hal ini membuktikan bahwa di bawah cekaman insektisida
nyamuk berusaha
menggunakan energi
semaksimal mungkin
untuk mempertahankan keturunannya. Dalam penelitian ini, daya tetas telur nyamuk Ae.
aegypti tidak mampu menyamai kontrol disebabkan temefos dipaparkan hanya
pada satu generasi dan pada konsentrasi yang relatif tinggi. Perbandingan nisbah kelamin jantan dan betina menunjukkan semakin
tinggi konsentrasi temefos yang dipaparkan maka persentase kelamin jantan lebih tinggi dibandingkan betina Tabel 14. Nyamuk Ae. aegypti dibawah cekaman
temefos berusaha untuk mempertahankan keturunannya dengan mengalokasikan energi semaksimal mungkin. Pemanfaatan energi dilakuan dengan meningkatkan
jumlah kelamin jantan dan menurunkan terbentuknya jenis kelamin betina. Pengalokasian energi dalam proses pembentukan jantan dan betina
merupakan usaha “trade-off” yang dilakukan oleh nyamuk Ae. aegypti. Suatu hubungan antara dua sifat yang dimiliki satu individu karena sesuatu hal dapat
menyebabkan sifat yang satu mengalami peningkatan sedangkan sifat yang lain mengalami penurunan, hal ini karena jumlah energi yang digunakan sangat
terbatas. Terlihat bahwa nyamuk Ae. aegypti dibawah cekaman temefos lebih mampu menhasilkan jenis kelamin jantan dibandingkan betina. Hal ini
menmbuktikan bahwa
nyamuk Ae.
aegypti tetap
berusha meneruskan
keturunannya, meskipun hanya mampu menghasilkan jenis kelamin jantan yang semakin banyak dibandingkan betina. Proses pemebentukan kelamin jantan
memerlukan energi yang lebih rendah dibandingkan dengan membentuk jenis kelamin betina, hal ini sesuai dengan pendapat Christophers 1960. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Gunandini 2002 pada nyamuk Ae. aegypti yang diseleksi dengan malation, dalam penelitian
tersebut perbandingan jumlah jantan dan betina semula 46 : 54 F menjadi 54 :
46 F
20
.
5 KESIMPULAN
1. Secara umum dapat disimpulkan bahwa setelah dipaparkan dengan temefos nyamuk Ae. aegypti berusaha menyamai kondisi nyamuk normal. Semakin
tinggi konsentrasi temefos yang digunakan maka semakin rendah daya tahan hidup nyamuk Ae. aegypti.
2. Nyamuk Ae. aegypti setelah dipaparkan dengan temefos berusaha bertahan hidup dengan melakukan adaptasi pada beberapa sifat. Nyamuk yang berhasil
bertahan terhadap cekaman temefos adalah yang mempunyai kelenturan sifat paling tinggi plastisitas fenotip.
3. Pada beberapa sifat terjadi pertukaran energi trade-off yaitu antara jangka hidup stadium pradewasa dengan dewasa serta antara jenis kelamin jantan
dan betina. 4. Pemaparan temefos pada fase Larva instar 3
L
3
nyamuk Ae. aegypti menyebabkan :
a. Abnormalitas bentuk telur dan larva. Pada telur terlihat bentuk telur menjadi lebih pipih, eksokorion semakin rapuh, telur pecah atau retak
serta telur terpotong potongan membujur dan melintang. Pada larva yang telah terpapar temefos rambut seta palmate hairs terlihat rontok,
abdomen memanjang dan mengkerut, kepala, toraks dan sifon menghitam. b. Aktivitas gerak larva semakin lemah sehingga waktu tempuh yang
diperlukan semakin lambat untuk menempuh jarak 30 cm. c. Jangka hidup stadium pradewasa semakin lambat, sebaliknya jangka
hidup stadium dewasa semakin cepat. d. Berat badan berat basah dan berat kering stadium pradewasa dan
stadium dewasa semakin rendah. e. Jumlah telur dan kelompok telur menjadi lebih sedikit.
f. Kemampuan daya tetas telur semakin menurun. g. Kemampuan ekdisis dan eklosi semakin rendah.
h. Jenis kelamin jantan lebih banyak dihasilkan dibandingkan dengan jenis kelamin betina.
DAFTAR PUSTAKA
Adanan CR, Zairi J. 2005. Efficacy and sublethal effects of mosquito mats on Ae. aegypti
and Culex quinquefasciatus Diptera: Culicidae. Proc Fifth Internat Conf Urban Pests. Malaysia.
265-269. Agnew P, Hauss CY, Michalakis Y. 2002. A minimalist approach to the effects of
density dependent competition on insect life-history traits. J. Med. Entomol.
37 2: 396-402. Amir OG, Peveling R. 2004. Effect of triflumuron on brood development and
colony survival of free-flying honeybee, Apis mellifera L. J. Appl, Entomol
. 128 3 : 242-249. Antonio
GE, Daniel
S, Trevor
W, Carlos
FM. 2009.
Paradoxical effects
of sublethal
exposure to
the naturally
derived insecticide
spinosad in
the dengue
vector mosquito,
Aedes aegypti.
J. Pest
Mngt, Sci.
65 2:
323– 326.
Badvaev AV. 2005. Stress-induced variation in evolution: from behavioural plasticity to genetic assimilation. Proc. R. Soc. 27 2: 877-886.
Bahang ZB. 1978. Life history of Aedes aegepty and Aedes albopictus under laboratory conditions.
Institute for Medical Research, Malaysia, Kuala Lumpur.
Bedhomme S, Agnew P, Sidobre C, Michalakis Y. 2003. Sex-specific reaction norms to intraspecific larval competition in the mosquito Aedes aegypti. J.
Evol, Biol . 16 1 : 721-730.
Begon M,
Harper JL,
Townsend CR.
1996. Ecology,
individuals, populations
and communities,
Blackwell Science
Ltd, Oxford.
Belinato TA, Ademir JM, Lima JBP, Lima-Camara TN, Alexandre AP, Denise V. 2009. Effect of the chitin synthesis inhibitor triflumuron on the.
development, viability and reproduction of Aedes aegypti. Mem, Inst Oswaldo Cruz
, Rio de Janeiro. 104 1 : 43-47. Braga
IA, Mello
CM, Peixoto
AA Denise
V. 2005.
Evaluation of
methoprene effect
on Aedes
aegypti Diptera:Culicidae
development in
laboratory conditions.
Mem, Inst
Oswaldo Cruz,
Rio de
Janeiro. 100
4 :
435-440. Chan KL, Ho BC, Chan YC. 1971. Aedes aegypti L. and Aedes albopictus
Skuse in Singapore City. Bull. Wld Hlth Org. 4 1 : 629-633.
55 Chen CD, Lee HL. 2006. Laboratory bioefficacy of CREEK 1.0 G temephos
against Aedes aegypti larvae Stegomyia Linnaeus. J. Trop Biomed. 23 2 : 220-223.
Christophers SSR. 1960. Aedes aegypti L the yellow fever mosquito, Its life history, bionomics and structure
. Cambridge Univ Press, Cambridge. London.
Clements AN. 1963. The physiology of mosquitoes. Pergamon Press Ltd. Departemen Kesehatan RI [DepKes]. 2005. Pencegahan dan pemberantasan
demam berdarah dengue di Indonesia. Ditjen PPMPLP, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI [DepKes]. 2008. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes. Ditjen PPMPLP, Jakarta.
EPA. 2009. Temephos. Http:www.epa.govpesticidesoptemephos facts. Gerberg EJ, Barnard DR, Ward RA. 1994. Manual for mosquito rearing and
experimental techniques. J. Ame Mosq Cont. Assoc. 5 1 : 97-105. Gunandini DJ. 2002. Kemampuan Hidup Populasi Alami Nyamuk Aedes aegypti
Linn. Yang Diseleksi Malathion Pada Stadium Larva. Disertasi. ITB.
Bandung. Murray RK. Granner DK. Mayes PA. Rodwell VW. 1995. Biokimia Harper
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hoe TK, Sook-Ming NG, Sudderuddin KI. The effect of malathion on the weight,
fecundity and longevity of Ischiodon scutellaris Fabr. Diptera : Syrphidae. Pertanika. 6 1 : 22-27.
Hoffmann AA, Hercus MJ. 2000. Environmental Stress as an Evolutionary Force. J. Bioscie
. 50 1 : 217–226. Koella JC, Offenberg J. 1999. Food availability and parasite infection influence
the correlated responses of life history traits to selection for age at pupation in the mosquito Aedes aegypti. J. Evol. Biol. 12 2 :760–769.
Kumar S, Anita T, Thomas S, Arunima S, Anita V, Pillai MKK. 2009. Diminished reproductive fitness associated with the deltamethrin resistance
in an Indian strain of dengue vector mosquito, Aedes aegypti L. Tropic Biomedicine.
26 2: 155-164. Laranja AT, Antonio JM, Hermione EMCB. 2003. Effects of caffeine and used
coffee grounds on biological features of Aedes aegypti Diptera : Culicidae and their possible use in alternative control. J. Gene, Molec
Biol . 26 4 : 419-429.
56
Matsumura F. 1975. Toxicology of Insecticides. Plenum Press, New York. Niendria A. 2011. Kapasitas reproduksi nyamuk Aedes aegypti di laboratorium.
Skripsi. IPB. Bogor.
Paeporn P, Narumon K, Vanida D, Yupha R, Yuki E, Supatra T. 2003. Temephos Resistance In Two Forms on Aedes aegypti and Its Significance For The
Resistance Mechanism. J. Trop. Med South. Asian. Pub. Hlth. 34 4 : 786-792.
Perez CM, Marina CF, Rojas JC, Valle J, Williams T. 2007. Spinosad a naturally derived insecticide for control of Aedes aegypti Diptera: Culicidae:
efficacy, persistence, and elicited oviposition response. J. Med. Entomol. 44 4: 631-638.
Reyes-Villanueva F, Juarez-Eguia M, Flores-Leal A. 1990. Effects of Sublethal Dosages of Abate Upon Adult Fecundity and Longevity of Aedes aegypti.
J. Am. Mosq Contr. Assoc. 6 4 : 739–741.
Reyes-Villanueva F,
Juarez-EguiaM, Flores-Leal
A. 1992.
Efecto de
Concentraciones Subletales
de Abate
Sobre Algunos
Parametros Biologicos de Aedes aegypti. J. Mex. Salud Publ. 34 4 : 406-412.
Roff DA, Bradford MJ. 2000. A quantitative genetics analysis of phenotypic plasticity of diapauses induction in the cricket Allonemibos socius. J. Gen.
Evol. and co-ordination. 234 : 5-27
Schneider JR, Dave DC, Akio M, Jeanne R, David WS. 2011. Heritability and adaptive phenotypic plasticity of adult body size in the mosquito Aedes
aegypti with implications for dengue vector competence. J. Inf, Gen, Evol.
11 1 : 11-16. Sujatmiko. 2002. Pengaruh konsentrasi subletal insektisida BPMC terhadap
biologi Anopheles aconitus Donitz Diptera : Culicidae. Tesis. IPB. Bogor.
Tarumingkeng RC. 1992. Insektisida : sifat, mekanisme kerja dan dampak penggunaannya
. Ukrida Press, Jakarta. Taviv Y. 2004. Efektivitas Ikan Cupang Ctenops vitatus Dalam Pengendalian
Larva dan Daya Tahannya Terhadap Temephos. Laporan Penelitian. Loka Litbang P2B2 Baturaja. Palembang.
Thavara U, Apiwat T, Ruthairat S, Morteza Z, Mir SM. 2005. Sequential Release and Residual Activity of Temephos Applied as Sand Granules to Water-
Storage Jars for The Control of Aedes aegypti Larvae Diptera: Culicidae. J. Vect. Ecol
. 30 1 : 62-73.
57
Uvarov BP. 1961. Quantity and Quality in Insects Population. Proc. R. Entomol. Soc. London, Sec.
C. 25 1 : 52-59. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
Yan G, Chadee DD, Severson DW. 1998. Molecular population genetics of the yellow fever mosquito:evidence for genetic hitch hiking effects associated
with insecticide resistance. J. Inf, Gen, Evol. 148 2 : 793–800.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penetapan Konsentrasi Uji
Rata-rata kematian larva L
3
nyamuk Ae. aegypti
Analisis probit konsentrasi temefos EPA PROBIT ANALYSIS PROGRAM
USED FOR CALCULATING LCEC VALUES Version 1.5
LC
50
-L
3
Strain lokal dramaga Proportion
Observed Responding
Predicted Number
Number Proportion
Adjusted for Proportion
Conc. Exposed
Resp. Resp.
Controls Resp. 0.1000
25 0.0000
0.0000 0.0000
0.2000 25
0.0000 0.0000
0.0221 0.2500
25 3
0.1200 0.1200
0.1364 0.3000
25 9
0.3600 0.3600
0.3636 0.3500
25 17
0.6800 0.6800
0.6117 0.4000
25 21
0.8400 0.8400
0.7972 0.5000
25 24
0.9600 0.9600
0.9597 0.6000
25 24
0.9600 0.9600
0.9937 Chi - Square for Heterogeneity calculated
= 5.944
Chi - Square for Heterogeneity tabular value at 0.05 level = 12.592
Mu =
- 0.485963 Sigma
= 0.105858
Parameter Estimate
Std. Err. 95 Confidence Limits
--------------------------------------------------------------------- Intercept
9.590690 0.602557
8.409678, 10.771702
Slope 9.446592
1.226479 7.042694,
11.850492 Theoretical Spontaneous Response Rate = 0.0000
Konsentrasi Populasi
N Ulangan
r Rata-rata kematian
Kematian 0,60 ppm
0,50 ppm 0,40 ppm
0,35 ppm 0,30 ppm
0,25 ppm 0,20 ppm
0,10 ppm 25
5 24,5
24,4 21,4
16,8 9
98,0 97,6
85,6 67,2
36
59 Estimated LCEC Values and Confidence Limits
Exposure 95 Confidence Limits Point
Conc. Lower
Upper LCEC 00.00
0,180 0,150
0,189 LCEC 01.00
0,185 0,173
0,211 LCEC 05.00
0,219 0,187
0,242 LCEC 10.00
0,239 0,210
0,260 LCEC 15.00
0,254 0,226
0,274 LCEC 25.00
0,285 0,255
0,285 LCEC 50.00
0,330 0,307
0,347 LCEC 75.00
0,384 0,354
0,384 LCEC 85.00
0,420 0,391
0,468 LCEC 90.00
0,433 0,411
0,505 LCEC 95.00
0,488 0,443
0,566 LCEC 99.00
0,576 0,508
0,704
60
Lampiran 2. Aktivitas Gerak Larva Nyamuk Ae. aegypti
Rata-rata waktu tempuh sejauh 30 cm larva nyamuk Ae. aegypti menit,detik
Analisis ragam waktu tempuh sejauh 30 cm larva nyamuk Ae. aegypti
Analisis lanjut Tuckey waktu tempuh sejauh 30 cm larva Ae. aegypti. Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
3 4
a
Tuckey HSD KL
3 2.6533
Kontrol 3 2.9400
KL
25
3 3.8233
KL
50
3 9.0300
KL
75
3 14.6033
KL
90
3 24.5900
Sig. .954
1.000 1.000
1.000 Analisis ragam Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
Between Groups 1128.119
5 225.624
77.585 .000
Within Groups 34.897
12 2.908
Total 1163.016
17
Perlakuan Kontrol
KL KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
1 2
3 1
2 3
1 2
3 1
2 3
1 2
3 1
2 3
1 2.45
3.25 3.16
2.54 2.10
2.14 3.52
3.42 4.31
10.11 8,37
9.28 15.35
14.38 14.56
24.31 31.18
17.56 2
2.40 3.10
2.49 2.34
3.24 2.37
4.56 4.53
3.38 9.29
11.10 10.18
17.18 13.21
13.55 21.21
27.10 27.12
3 3.10
3.39 3.10
2.19 3.45
3.51 4.10
3.10 3.49
10.31 12.47
8.54 12.35
17.46 13.37
26.10 28.30
18.43
61
Lampiran 3. Jangka Hidup Nyamuk Ae. aegypti
Jangka hidup larva L
3
sampai pupa nyamuk Ae. aegypti menit,detik
Konsentrasi temefos
No
Jangka hidup larva L3 sampai pupa nyamuk Ae. aegypti jam Kontrol
KL KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
U1 U2
U3 U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
1 38
41 52
50 51
49 69
77 94
45 81
108 67
79 55
186 123
100 2
41 41
52 51
52 49
69 77
94 46
81 110
67 79
60 186
129 100
3 41
41 52
52 53
50 69
77 94
50 81
110 70
79 62
198 136
100 4
41 43
52 53
54 50
69 77
94 51
81 110
72 79
69 198
136 100
5 42
43 52
54 55
50 72
79 94
56 81
112 74
82 70
200 136
179 6
42 43
52 54
56 51
72 79
94 57
81 112
88 85
71 202
136 179
7 42
43 52
54 56
52 74
80 94
60 81
112 88
87 75
204 144
179 8
42 43
52 55
56 53
76 82
94 62
81 112
88 88
76 205
144 179
9 42
43 52
55 57
53 78
84 96
64 83
112 90
90 83
206 144
201 10
42 43
52 56
57 54
80 85
98 64
85 112
91 90
85 206
154 201
11 42
43 52
56 57
54 82
86 98
65 87
112 93
90 88
206 154
205 12
42 43
52 57
58 54
82 88
98 65
87 112
95 90
89 206
154 13
42 44
54 57
58 55
82 88
98 65
87 113
97 90
90 211
14 42
44 54
58 59
55 83
89 103
65 87
115 98
90 91
211 15
42 44
54 58
59 55
83 89
103 67
87 115
99 90
92 211
16 42
44 54
58 61
55 86
89 103
67 87
115 100
90 97
218 17
42 44
54 59
61 18
42 44
54 59
61 19
42 44
54 59
61 20
42 44
55 59
61 56
88 89
103 69
87 115
108 90
101 218
56 89
89 103
69 88
115 109
94 104
223 56
90 90
106 70
89 115
110 94
108 56
91 90
107 72
90 115
111 94
110
Analisis ragam rata-rata jangka hidup larva L
3
sampai pupa nyamuk Ae. aegypti
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F
Sig.
Between Groups 12270.741
5 2454.148
4.083
.021
Within Groups 7213.272
12 601.106
Total 19484.013
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata jangka hidup larva L
3
sampai pupa nyamuk Ae. aegypti
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 Tuckey HSD
a
Kontrol 3
45.8667 KL
3 55.3300
KL
50
3 86.2167
86.2167 KL
25
3 87.2667
87.2667 KL
75
3 87.3500
87.3500 KL
90
3 126.0667
Sig. .361
.400
60 Jangka hidup pupa sampai dewasa nyamuk Ae. aegypti menit,detik
Konsentrasi temefos No
Jangka hidup pupa sampai dewasa nyamuk Ae. aegypti jam Kontrol
KL KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
U1 U2
U3 U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
U1 U2
U3 U1
U2 U3
1 26
31 28
29 34
29 39
40 39
49 49
49 53
51 49
56 58
56 2
26 31
28 32
34 38
39 40
42 55
55 51
53 51
53 68
59 71
3 26
31 28
32 34
38 43
43 42
55 57
51 53
54 56
71 69
87 4
26 31
28 35
35 38
43 43
42 55
57 51
56 54
56 87
78 101
5 34
31 28
35 35
38 43
43 42
55 57
51 61
54 56
98 78
124 6
34 31
28 35
35 38
45 44
45 57
59 51
61 54
56 101
82 124
7 34
31 28
35 35
38 45
46 46
57 59
51 66
59 56
124 82
131 8
34 31
28 35
35 38
45 46
46 57
59 51
66 59
59 131
82 134
9 34
31 35
35 38
38 45
48 46
57 60
51 66
59 64
131 91
155 10
34 31
35 35
38 38
45 48
46 57
60 58
66 73
73 131
99 163
11 34
31 35
35 38
38 45
48 46
57 60
58 66
73 74
133 121
168 12
34 31
35 35
38 38
45 53
46 57
60 58
66 73
74 133
123 13
34 34
35 35
38 38
45 53
46 59
66 58
66 73
74 133
14 34
34 35
35 38
38 45
53 46
59 66
58 66
73 74
133 15
34 34
35 35
40 38
45 53
46 59
66 60
66 73
74 149
16 34
34 35
35 40
38 45
53 46
59 66
60 72
73 78
155 17
34 39
35 35
40 18
34 39
35 35
40 38
45 53
46 59
66 60
78 73
78 38
47 53
48 59
66 60
85 73
81 19
34 39
35 35
40 38
47 53
53 59
68 60
87 73
81 20
39 39
35 35
40 38
47 53
53 59
68 60
89 78
81
Analisis ragam rata-rata jangka hidup pupa sampai dewasa nyamuk Ae. aegypti
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 3604.679
5 720.936
9.815 .001
Within Groups 881.463
12 73.455
Total 4486.143
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata jangka hidup pupa sampai dewasa nyamuk Ae. aegypti
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Tuckey HSD
a
Kontrol 3
32.6833 KL
3 36.4000
36.4000 KL
25
3 46.1000
46.1000 46.1000
KL
50
3 57.8500
57.8500 KL
75
3 66.5333
KL
90
3 69.5000
Sig. .437
.081 .051
63 Jangka hidup nyamuk jantan dan betina nyamuk Ae. aegypti hari.
No Jantan
No Betina
Kontr KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
Kontr KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
1 27
23 13
11 14
10 1
29 29
13 13
18 12
2 27
27 13
11 18
34 2
37 29
13 13
20 24
3 31
31 17
13 18
3 43
29 13
21 20
26 4
31 35
19 17
24 4
43 33
19 21
20 46
5 41
35 21
21 28
5 43
33 23
27 28
- 6
45 39
25 27
28 6
45 33
29 27
28 -
7 47
47 27
29 32
7 45
33 31
33 32
- 8
53 47
31 31
8 47
37 37
33 34
- 9
61 51
37 39
9 51
41 37
33 36
- 10
63 55
39 39
10 55
41 39
35 38
- 11
57 41
41 39
42 -
12 57
45 41
39 42
- 13
57 49
45 41
48 -
14 61
51 45
41 52
- 15
61 55
45 47
- -
16 61
59 47
49 -
- 17
73 61
47 49
- -
18 73
75 53
55 -
- 19
73 79
69 55
- -
20 73
81 71
67 -
-
Analisis ragam rata-rata jangka hidup nyamuk jantan Ae. aegypti
Analisis lanjut Tuckey rata-rata jangka hidup nyamuk jantan Ae. aegypti Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
a
Tuckey HSD Kontrol
10 22.0000
KL 10
23.1429 KL
50
10 23.8000
23.8000 KL
25
10 24.2000
24.2000 KL
75
10 39.0000
39.0000 KL
90
10 42.6000
Sig. .105
.055 Analisis ragam
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 3554.645
5 710.929
6.055 .000
Within Groups 5048.457
43 117.406
Total 8603.102
48
64
Analisis lanjut Tuckey rata-rata jangka hidup nyamuk betina Ae. aegypti Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
3
a
Tuckey HSD Kontrol
20 27.0000
KL 20
32.7143 32.7143
KL
25
20 36.9000
36.9000 36.9000
KL
50
20 37.9000
37.9000 37.9000
KL
75
14 46.7000
46.7000 KL
90
4 54.2000
Sig. 0.480
.208 .061
Analisis ragam rata-rata jangka hidup nyamuk betina Ae. aegypti. Analisis ragam
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 6368.918
5 1273.784
5.943 .000
Within Groups 19717.857
92 214.325
Total 26086.776
97
65
Lampiran 4. Berat Badan Nyamuk Ae. aegypti
Rata-rata berat basah dan berat kering larva L
3
Ae. aegypti mg
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
No Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering 1
0.0260 0.0190
0.0275 0.0175
0.0195 0.0135
0.0130 0.0045
0.0125 0.0055
0.0125 0.0030
2 0.0270
0.0160 0.0285
0.0160 0.0205
0.0115 0.0120
0.0035 0.0095
0.0040 0.0105
0.0020 3
0.0275 0.0175
0.0280 0.0195
0.0180 0.0120
0.0100 0.0055
0.0105 0.0050
0.0095 0.0040
Analisis ragam rata-rata berat basah larva L
3
nyamuk Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .001
5 .000
123.329 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .001
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat basah larva L
3
nyamuk Ae. aegypti
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Tuckey HSD
a
KL
75
3 .010833
KL
90
3 .010833
KL
50
3 .011667
KL
25
3 .019333
Kontrol 3
.026833 KL
3 .028000
Sig. .959
1.000 .855
Analisis ragam rata-rata berat kering larva L
3
nyamuk Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .001
5 .000
90.565 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .001
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat kering larva L
3
nyamuk Ae. aegypti.
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Tuckey HSD
a
KL
90
3 .003000
KL
50
3 .004500
KL
75
3 .004833
KL
25
3 .012333
Kontrol 3
.017500 KL
3 .017667
Sig. .482
1.000 1.000
66 Rata-rata berat basah dan berat kering pupa nyamuk Ae. aegypti mg
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
No Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering 1
0.0390 0.0190
0.0210 0.0105
0.0200 0.0095
0.0125 0.0095
0.0065 0.0015
0.0040 0.0020
2 0.0360
0.0165 0.0200
0.0095 0.0195
0.0075 0.0115
0.0075 0.0075
0.0040 0.0030
0.0010 3
0.0375 0.0155
0.0190 0.0080
0.0190 0.0070
0.0100 0.0055
0.0080 0.0010
0.0025 0.0005
Analisis ragam rata-rata berat basah pupa nyamuk Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .002
5 .000
432.429 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .002
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat basah pupa nyamuk Ae. aegypti.
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4 5
Tuckey HSD
a
KL
90
3 .003167
KL
75
3 .007333
KL
50
3 .011333
KL
25
3 .019500
KL 3
.020000 Kontrol
3 .037500
Sig. 1.000
1.000 1.000
.989 1.000
Analisis ragam rata-rata berat kering pupa nyamuk Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .000
5 .000
42.522 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .001
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat kering pupa nyamuk Ae. aegypti.
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Tuckey HSD
a
KL
90
3 .001167
KL
75
3 .002167
KL
50
3 .007500
KL
25
3 .008000
KL 3
.009333 Kontrol
3 .017000
Sig. .960
.680 1.000
67 Rata-rata berat basah dan berat kering nyamuk jantan Ae. aegypti mg
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
No Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berta
kering 1
0.0255 0.0140
0.0140 0.0090
0.0135 0.0090
0.0110 0.0080
0.0060 0.0040
0.0051 0.0025
2 0.0225
0.0075 0.0095
0.0095 0.0120
0.0095 0.0105
0.0045 0.0090
0.0025 0.0045
0.0005 3
0.0200 0.0135
0.0135 0.0085
0.0090 0.0070
0.0100 0.0080
0.0080 0.0015
0.0035 0.0010
Analisis ragam rata-rata berat basah nyamuk jantan Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .001
5 .000
31.195 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .001
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat basah nyamuk jantan Ae. aegypti. Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Tuckey HSD
a
KL
90
3 .004367
KL
75
3 .007667
.007667 KL
50
3 .010500
KL
25
3 .011500
KL 3
.012333 Kontrol
3 .022667
Sig. .347
.094 1.000
Analisis ragam rata-rata berat kering nyamuk jantan Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .000
5 .000
12.907 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .000
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat kering nyamuk jantan Ae. aegypti. Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
3 Tuckey HSD
a
KL
90
3 .001333
KL
75
3 .002667
.002667 KL
50
3 .006833
.006833 KL
25
3 .008500
KL 3
.009000 Kontrol
3 .011667
Sig. .950
.152 .076
68 Rata-rata berat basah dan berat kering nyamuk betina Ae. aegypti mg
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
No Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering Berat
basah Berat
kering 1
0.0305 0.0190
0.0200 0.0135
0.0195 0.0140
0.0145 0.0105
0.0095 0.0065
0.0055 0.0025
2 0.0340
0.0175 0.0195
0.0115 0.0180
0.0105 0.0130
0.0095 0.0100
0.0055 0.0045
0.0015 3
0.0325 0.0155
0.0185 0.0125
0.0165 0.0120
0.0135 0.0120
0.0080 0.0050
0.0050 0.0015
Analisis ragam rata-rata berat basah nyamuk betina Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .001
5 .000
208.947 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .001
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat basah nyamuk betina Ae. aegypti. Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
Tuckey HSD
a
KL
90
3 .005000
KL
75
3 .009167
KL
50
3 .013667
KL
25
3 .018000
KL 3
.019333 Kontrol
3 .032333
Sig. 1.000
1.000 1.000
.711 1.000
Analisis ragam rata-rata berat kering nyamuk betina Ae. aegypti.
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups .000
5 .000
56.098 .000
Within Groups .000
12 .000
Total .000
17
Analisis lanjut Tuckey rata-rata berat kering nyamuk betina Ae. aegypti.
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
4
Tuckey HSD
a
KL
90
3 .001833
KL
75
3 .005667
KL
50
3 .010667
KL
25
3 .012167
KL 3
.012500 Kontrol
3 .017333
Sig. 1.000
1.000 .517
1.000
69
Lampiran 5. Jumlah Telur dan Kelompok telur Nyamuk
Ae. aegypti Selama Hidup Betina
Rata-rata jumlah telur butir dan kelompok telur batch
Analisis ragam rata-rata jumlah telur
Analisis lanjut Tuckey rata-rata jumlah telur Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
a
Tuckey HSD KL
90
11 34.2800
kontrol 16
63.7581 63.7581
KL
25
16 64.2281
64.2281 KL
17 67.4531
67.4531 KL
50
15 76.2067
76.2067 KL
75
12 93.0992
Sig. .101
.444 Kelompok
telur Jumlah Telur
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
1 493
623 978
849 684
85 2
976 1186
950 674
487 72
3 1021
1307 718
839 542
153 4
1120 924
436 822
664 142
5 842
1186 764
809 567
177 6
1004 1307
704 1051
604 125
7 852
924 492
1035 714
58 8
1117 868
771 690
659 64
9 812
875 882
636 231
55 10
781 517
503 274
59 11
895 434
324 121
181 12
675 308
231 213
13 568
321 421
14 338
123 101
87 15
198 107
127 103
16 207
98 69
17
Analisis ragam Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
3182698.695 5
636539.739 5.844
.000 Within Groups
8823262.155 81
108929.162 Total
1.201E7 86
70
Lampiran 6. Daya Tetas Telur Nyamuk Ae. aegypti
Rata-rata daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti
Analisis ragam rata-rata daya tetas telur Ae. aegypti.
Analisis lanjut Tuckey rata-rata daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti Konsentrasi
temefos N
Subset for alpha = 0.05 1
2 3
Tuckey HSD
a
KL
75
11 41.0022
KL
90
12 41.7025
KL
50
15 46.9627
46.9627 KL
25
16 48.5967
48.5967 KL
17 66.3667
66.3667 Kontrol
16 80.0901
Sig. .908
.103 .437
No Daya tetas telur
Kontrol n=20
KL n=20
KL
25
n=20 KL
50
n=20 KL
75
n=14 KL
90
n=4 Telur
Larva Telur
Larva Telur
Larva Telur
Larva Telur
Larva Telur
Larva 1
493 401
623 447
978 562
849 335
684 352
85 23
2 976
765 1186
895 950
457 674
421 487
267 72
45 3
1021 897
1307 989
718 439
839 459
542 349
153 35
4 1120
1091 924
876 436
331 822
542 664
334 142
65 5
842 768
1186 908
764 342
809 576
567 298
177 78
6 1004
998 1307
1017 704
435 1051
521 604
453 125
91 7
852 785
924 675
492 213
1035 659
714 176
58 26
8 1117
876 868
762 771
342 690
243 659
231 64
31 9
812 765
875 672
882 452
636 451
231 107
55 32
10 781
678 517
412 503
234 274
87 59
19 11
895 809
434 231
324 128
121 32
181 34
12 675
456 308
156 231
142 91
17 13
568 521
321 189
421 238
14 338
189 123
67 101
57 87
26 15
198 78
107 81
127 56
103 43
16 207
102 98
45 69
32 17
Analisis ragam Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
18152.127 5
3630.425 9.399
.000 Within Groups
31287.054 81
386.260 Total
49439.181 86
71
Lampiran 7. Kemampuan ekdisis dan eklosi nyamuk Ae. aegypti
Rata-rata kemampuan ekdisis nyamuk Ae. aegypti
Analisis ragam kemampuan ekdisi nyamuk Ae. aegypti
Analisis lanjut Tuckey rata-rata kemampuan ekdisi nyamuk Ae. aegypti Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
a
Tuckey HSD KL
90
11 42.6611
KL
75
12 44.2259
KL
50
15 54.4314
54.4314 KL
25
16 61.5583
61.5583 KL
17 72.3843
Kontrol 16
77.5042 Sig.
.185 .056
No Konsentrasi
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
Larva Pupa Larva
Pupa Larva
Pupa Larva
Pupa Larva
Pupa Larva Pupa
1 401
368 447
387 562
219 335
201 352
127 23
12 2
765 672
895 783
457 327
421 213
267 109
45 19
3 897
761 989
761 439
397 459
241 349
210 35
27 4
1091 872
876 569
331 236
542 398
334 231
65 39
5 768
435 908
701 342
189 576
349 298
178 78
23 6
998 651
1017 762
435 298
521 418
453 238
91 41
7 785
542 675
349 213
109 659
391 176
109 26
9 8
876 673
762 498
342 211
243 187
231 104
31 11
9 765
451 672
653 452
249 451
198 107
78 32
18 10
678 569
412 312
234 185
87 52
19 7
11 809
761 231
189 128
93 32
21 34
11 12
456 345
156 145
142 48
17 13
521 321
189 173
238 187
14 189
156 67
23 57
13 26
9 15
78 67
81 78
56 45
43 28
16 102
87 45
34 32
28 17
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 14275.431
5 2855.086
6.272 .000
Within Groups 36871.063
81 455.198
Total 51146.494
86
73 Rata-rata kemampuan eklosi nyamuk Ae. aegypti
Analisis ragam kemampuan eklosi nyamuk Ae. aegypti.
Analisis lanjut Tuckey rata-rata kemampuan eklosi nyamuk Ae. aegypti Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2
3
a
Tuckey HSD KL
75
12 51.2992
KL
50
15 53.2164
53.2164 KL
90
11 56.6957
56.6957 KL
25
16 57.3646
57.3646 KL
17 76.5363
76.5363 Kontrol
16 89.6109
Sig. .978
.069 .624
No
Konsentrasi Kontrol
KL KL
25
KL
50
KL
75
KL
90 Pupa
Dewasa Pupa
Dewasa Pupa
Dewasa Pupa
Dewasa Pupa
Dewasa Pupa
Dewasa 1
368 357
387 365
219 178
201 98
127 56
12 11
2 672
561 783
666 327
215 213
128 109
71 19
13 3
761 734
761 658
397 227
241 102
210 115
27 14
4 872
869 569
545 236
187 398
290 231
187 39
21 5
435 342
701 689
189 102
349 210
178 125
23 18
6 651
548 762
670 298
187 418
214 238
214 41
29 7
542 421
349 213
109 76
391 321
109 75
9 4
8 673
568 498
357 211
174 187
145 104
59 11
7 9
451 401
653 523
249 109
198 169
78 45
18 13
10 569
562 312
289 185
112 52
31 7
2 11
761 739
189 178
93 65
21 7
11 3
12 345
327 145
123 48
27 13
321 311
173 152
187 90
14 156
145 23
18 13
5 9
2 15
67 56
78 48
45 23
28 13
16 87
69 34
14 28
15 17
Analisis ragam Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 17966.055
5 3593.211
7.290 .000
Within Groups 39924.113
81 492.890
Total 57890.168
86
73
Lampiran 8. Ratio Kelamin Jantan dan Betina Nyamuk Ae. aegypti
Rata-rata ratio kelamin jantan dan betina nyamuk Ae. aegypti
Nisbah kelamin jantan dan betina No
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
Σ J
B Σ
J B
Σ J
B Σ
J B
Σ J
B Σ
J B
1 357
211 146
365 231
134 178
80 98
98 74
24 56
44 12
11 9
2 2
561 349
212 666
370 296
215 59
156 128
63 65
71 48
23 13
10 3
3 734
432 302
658 341
317 227
49 178
102 59
43 115
74 41
14 12
2 4
869 567
302 545
245 300
187 133
54 290
103 117
187 149
38 21
15 5
5 342
189 153
689 478
211 102
63 39
210 107
103 125
96 29
18 12
6 6
548 231
317 670
351 319
187 120
67 214
98 98
214 143
71 29
25 4
7 421
309 112
213 109
104 76
27 49
321 169
152 75
49 26
4 4
8 568
211 357
357 241
116 174
93 81
145 114
31 59
40 19
7 6
1 9
401 139
262 523
378 145
109 84
25 169
115 54
45 18
27 13
9 4
10 562
312 250
289 145
144 112
63 49
31 19
12 2
2 11
739 342
397 178
98 80
65 48
17 7
5 2
3 3
12 327
156 171
123 102
21 27
16 11
13 311
181 130
152 56
96 90
66 24
14 145
109 36
18 4
14 5
5 2
1 1
15 56
32 24
48 34
14 23
15 8
13 9
4 16
69 56
13 14
11 3
15 9
6 17
Analisis ragam rata-rata ratio kelamin jantan nyamuk Ae. aegypti Analisis ragam
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares Between Groups
4727.910 5
945.582 1.818
.118 Within Groups
42119.620 81
519.995 Total
46847.531 86
Analisis lanjut Tuckey rata-rata ratio kelamin jantan nyamuk Ae. aegypti. Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 Tuckey HSD
a
KL
90
11 15.5941
KL
75
12 24.4203
24.4203 KL
50
15 36.1393
36.1393 KL
17 39.7079
39.7079 Kontrol
16 43.1740
43.1740 KL
25
16 44.6427
Sig. .760
.059 .787
74 Analisis ragam rata-rata ratio kelamin betina nyamuk Ae. aegypti
Analisis lanjut Tuckey rata-rata ratio kelamin betina nyamuk Ae. aegypti Perlakuan
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
a
Tuckey HSD KL
90
11 15.5941
KL
75
12 24.4203
24.4203 KL
50
15 36.1393 36.1393
KL 17
39.7079 39.7079 Kontrol
16 43.1740 43.1740
KL
25
16 44.6427
Sig. .760
.059 .787
Analisis ragam Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between Groups
8418.574 5
1683.715 5.521
.000 Within Groups
24700.386 81
304.943 Total
33118.960 86
ABSTRACT
YULIDAR. The survival of Aedes aegypti Linn after exposure of temephos at
larval stage. Dwi Jayanti Gunandini and Singgih H. Sigit
The purpose of this research was to find out the effect of exposure to concentration of temephos upon the survival of Ae. aegypti. The temephos
concentration used KL : 0,180 mgliter, KL
25
: 0,285 mgliter, KL
50
: 0,330 mgliter, KL
75
: 0,384 mgliter; KL
90:
0,433 mgliter and control. The data were analyzed using descriptif, probit analysis and analysis of variance, if there were
significant differences followed by Tuckeys mean test. The results show that the larvae and eggs abnormality, larvae activity decreased, while the larvae and
pupae longevity were increased, but the lifespan of the adult stage become shorter. The adult stage fecundity decreased as well as the number of egg batches,
however hatchability, ecdicis and eclotion also decreased. The adult female emergences was less than male after treated by temephos.
Key word : temephos, survival, ecdisis, eclotion.
RINGKASAN
Yulidar. Daya tahan hidup nyamuk Aedes aegypti Linn setelah terpapar
temefos pada fase larva. Dibimbing oleh Dwi Jayanti Gunandini dan Singgih H. Sigit.
Penyakit demam berdarah dengue DBD merupakan masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara beriklim tropis dan sub tropis.
Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit tersebut, oleh karena itu pengendalian Ae. aegypti dengan sanitasi lingkungan yang bertujuan untuk
mengurangi habitat larva merupakan kunci strategi program pengendalian vektor. Penggunaan larvasida untuk mengendalikan populasi nyamuk Ae. aegypti sebagai
vektor penyakit DBD adalah cara yang paling umum digunakan oleh masyarakat. Larvasida yang digunakan di Indonesia sejak tahun 1976 adalah temefos. Pada
tahun 1980, temefos ditetapkan sebagai larvasida dalam program pengendalian masal larva Ae. aegypti Depkes, 2005. Mengingat masa penggunaan temefos
telah lebih dari tiga dasa warsa, maka perlu dipelajari pengaruh temefos terhadap daya tahan hidup nyamuk Ae. aegypti bila terpapar dengan insektisida tersebut.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor PEK-FKH IPB, Bogor. Penelitian
ini berlangsung sejak bulan November 2010 sampai dengan Juni 2011 dalam empat tahap : 1 tahap persiapan yaitu pemeliharaan dan perbanyakan Ae.
aegypti, 2 tahap penelitian pendahuluan yaitu penetapan konsentrasi uji, 3 tahap penelitian utama yaitu pemaparan konsentrasi uji, pengamatan dan
pengumpulan data, serta 4 analisis penyajian data. Tahap persiapan merupakan tahap perbanyakan Ae. aegypti secara massal di insektarium.
Pemeliharaan dan perbanyakan Ae. aegypti dilakukan selama satu bulan sampai dihasilkan koloni Ae. aegypti dewasa dan pradewasa dengan jumlah yang
mencukupi untuk penelitian. Tahap penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi temefos yang akan digunakan. Tahap penelitian utama
merupakan tahap pemaparan konsentrasi temefos KL
, KL
25
, KL
50
, KL
75
, dan KL
90
dibandingkan dengan kontrol yang dipaparkan pada larva instar 3 L
3
. Konsentrasi temefos yang digunakan adalah 0 mgliter Kontrol ; 0,180 mgliter
KL ; 0,285 mgliter KL
25
; 0,330 mgliter KL
50
; 0,384 mgliter KL
75
, dan 0,433 KL
90
. Setelah dipaparkan dengan temefos larva dipindahkan ke media air, selanjutnya diamati daya tahan hidup nyamuk Ae. aegypti melalui pertumbuhan
dan perkembangan larva hingga dewasa. Plastisitas fenotip suatu organisme tercermin dari kemampuan menanggapi kondisi lingkungan yang memaksa
organisme tersebut untuk mampu mempertahankan keragaman fenotip di lingkungan yang heterogen. Hal ini memungkinkan suatu organisme mampu
beradaptasi menghadapi berbagai perubahan lingkungan, termasuk memiliki kemampuan bertahan di bawah cekaman. Nyamuk Ae. aegypti memiliki
kemampuan bertahan di bawah cekaman temefos dengan melakukan pengalokasian energi yang menyebabkan sifat yang satu mengalami peningkatan
sedangkan sifat yang lain mengalami penurunan, hal ini karena jumlah energi yang digunakan sangat terbatas, peristiwa ini dikenal dengan istilah “trade-off”.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa temefos menyebabkan terjadinya
abnormalitas bentuk telur dan larva, aktivitas gerak larva untuk menempuh jarak sejauh 30 cm semakin lambat. Fenomena trade-off energi yang dilakukan oleh
nyamuk Ae. aegypti jangka hidup pradewasa larva dan pupa yang semakin lambat sedangkan jangka hidup dewasa jantan dan betina yang semakin pendek,
ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan normal sehingga berat badan menyebabkan penurunan berat badan stadium pradewasa dan stadiumdewasa.
Pemaparan temefos pada nyamuk Ae. aegypti tahap larva juga menyebabkan penurunan jumlah telur dan kelompok telur, penurunan persentase daya tetas telur,
penurunan persentase ekdisis dan eklosi, serta ratio kelamin jantan yang lebih banyak dibandingkan dengan betina pada keturunannya.
Kata kunci : temefos, daya tahan hidup, ekdisis, eklosi
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang