39.13 Efisiensi reproduksi dan produksi susu sapi friesian holstein (fh) pada generasi induk dan generasi keturunannya

89 Induk akan tetapi kenyataannnya berbeda yaitu mempunyai produksi susu lebih rendah. Sapi FH di BBPTU mengalami stress panas untuk semua generasi sehingga menurunkan produksi susu. Menurut Chase 2010 sapi yang mengalami stress panas akan mengalami perubahan antara lain terjadi kenaikan suhu tubuh, respirasi meningkat dan terjadi kenaikan kebutuhan energi untuk hidup pokok. West 2003 melaporkan bahwa sapi yang mengalami cekaman panas akan terjadi kenaikan suhu tubuh dan suhu rektal, sehingga akan menurunkan konsumsi bahan kering, produksi susu dan efisiensi produksi susu. Sapi FH tersebut berada di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan terjadi aktivitas metabolisme dan fisiologis tubuh untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan tropis. Kondisi lingkungan tropis ternyata dapat menurunkan produksi susu pada generasi keturunannya. Sapi FH akan melakukan aktivitas fisiologis untuk mengurangi pengaruh suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat West et al. 1991 bahwa suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan sapi laktasi menurunkan performans dan terjadi penyesuaian status fisiologisnya. Tabel 27 memperlihatkan persentase produksi susu satu laktasi sapi FH di BBPTU. Tabel 27 Persentase total produksi susu satu laktasi pada sapi FH di BBPTU setiap generasi Produksi Susu Kg Induk F1 F2 F3 2000 6.17 7.73 8.51 8.70 2001-3000 15.7 15.20 19.68 8.70 3001-4000 24.12 25.60

23.40 39.13

4001-5000 25.98 21.33 20.74 13.04 5001-6000 18.88 16.26 14.89 30.43 6001-7000 5.98 11.20 8.51 - 7000 3.18 2.67 4.26 - Keterangan: nilai tertinggi ditunjukkan pada penebalan warna hitam Sapi FH generasi Induk mempunyai produksi susu beragam dengan persentase tertinggi yaitu 25.98 pada produksi susu 4001-5000 kg, kemudian diikuti pada produksi susu 3001-4000 kg. Sapi FH generasi F1, F2 dan F3 90 mempunyai persentase produksi susu tertinggi pada 3001-4000 kg. Hal tersebut memperlihatkan bahwa sapi FH generasi keturunan mempunyai produksi yang semakin rendah dengan bertambahnya generasi keturunan. Rataan produksi susu total pada satu periode laktasi Tabel 26 memperlihatkan nilai yang semakin meningkat dari periode laktasi pertama sampai periode laktasi ketiga, kemudian menurun pada periode laktasi berikutnya. Produksi susu total sapi FH tersebut akan mengalami puncak produksi pada periode laktasi ke tiga. Produksi susu total satu periode laktasi akan meningkat karena sapi FH mempunyai masa pertumbuhan dan bertambah besar sampai dengan berumur 7 tahun, sehingga produksi susu akan meningkat. Hal tersebutlah yang menyebabkan sapi FH akan meningkatkan produksi susu totalnya sampai laktasi ke 3. Menurut Sudono et al. 2005, meningkatnya hasil susu tiap laktasi dari umur 2 tahun sampai umur 7 tahun itu disebabkan bertambah besarnya sapi karena pertumbuhan dan jumlah tenunan-tenunan dalam ambing juga bertambah dan pertumbuhan ambing sapi mencapai maksimum pada laktasi 3 atau ke 4. Puncak total produksi susu pada sapi FH di BBPTU dicapai pada periode laktasi ke tiga. Sapi FH di BBPTU mempunyai umur beranak pertama dan selang beranak lebih lama sehingga pencapaian puncak total produksi susu lebih cepat tercapai yaitu pada laktasi ke tiga tetapi mempunyai umur yang lebih tua. Puncak produksi susu tercapai ketika sapi FH berusia sekitar 77 bulan atau sekitar 6.5 tahun dengan menjumlahkan umur beranak pertama dan menjumlahkan selang beranaknya. Pencapaian total produksi susu menurut Schmidt et al. 1988 sapi berumur beranak pertama 24 bulan akan mempunyai total produksi susu akan meningkat sampai laktasi ke enam dan kemudian akan menurun karena umur yang menua. Menurut Albarran et al. 2008, sapi FH di Inggris pada laktasi pertama berproduksi susu lebih rendah daripada produksi susu periode laktasi berikutnya. Rekik et al. 2003 sapi FH yang dipelihara di Tunisia benua Afrika mempunyai total produksi susu tertinggi pada laktasi ke tiga. Gambar 4 memperlihatkan bentuk kurva produksi susu dari beberapa periode laktasi atau selama masa hidup sapi-sapi FH di BBPTU. Puncak produksi susu tertinggi pada saat periode laktasi ke tiga. Produksi susu akan 91 meningkat dari periode laktasi pertama ke laktasi ke tiga dan mulai menurun sampai laktasi ke enam, lalu sedikit meningkat pada laktasi ke tujuh dan produksi susu sangat menurun pada laktasi ke sembilan. Sapi FH mampu berproduksi sampai periode laktasi ke sembilan merupakan suatu prestasi sendiri. Sapi FH yang dipelihara untuk produksi susu sebaiknya dipelihara sampai periode laktasi yang memproduksi susu tertinggi atau setelah melewati puncak produksi susu pada periode laktasinya. Produksi susu akan terus menurun pada periode laktasi berikutnya setelah melewati puncak produksi susu dan akan terus menurun karena umur sapi FH yang menua. Gambar 4 Kurva produksi susu setiap periode laktasi dengan produksi susu 4384.5 kg pada laktasi ke 3 Rataan total produksi susu pada sapi FH di BBPTU berdasarkan periode laktasi adalah berturut-turut 3845.40 kg untuk laktasi pertama, 4265.61 kg untuk laktasi ke dua, 4384.51 kg untuk laktasi ke tiga dan 3969.23 kg untuk laktasi ke empat. Pola produksi susu total pada sapi FH tersebut adalah terjadi peningkatan produksi dari periode laktasi pertama sampai laktasi ke tiga kemudian menurun pada laktasi ke empat. Pola total produksi susu untuk masing-masing generasi adalah sama yaitu terjadi peningkatan total produksi susu dengan pertambahan periode laktasi sampai periode laktasi ke tiga. Kondisi tersebut berbeda dengan Wicaksono 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Periode laktasi bulan Produksi susu kg 92 2004 yang menyatakan produksi susu 305 hari per ekor pada periode laktasi ke 1, 2, 3, 4 dan 5 berturut-turut adalah 3438.23 kg, 3378.77 kg, 3527.79 kg, 3383.71 kg dan 3255.69 kg dengan pola yang semakin menurun. Menurut Schmidt et al. 1988 sapi beranak usia 24 bulan dan laktasi pertama memproduksi 75 dari produksi tertinggi, laktasi kedua umur 3 tahun 85, usia 4 tahun 92 dan usia 5 tahun 98, produksi tertinggi saat sapi telah dewasa ketika sapi berusia 6 tahun. BBPTU mempunyai beberapa sapi FH yang dapat berproduksi susu sampai dengan periode laktasi ke 9 yaitu pada sapi generasi induk, sedangkan generasi F1 dan F2 hanya sampai laktasi ke 8. Jumlah sapi FH yang berlaktasi secara total tanpa melihat generasi keturunannya mengalami penurunan dengan bertambahnya periode laktasi. Rataan penurunan jumlah sapi adalah 38.78 untuk setiap pertambahan periode laktasi. Penurunan jumlah sapi FH dari laktasi ke satu ke laktasi kedua dan seterusnya masing-masing adalah dari laktasi 1 ke 2 yaitu 21.75, dari 2 ke 3 yaitu 26.35, dari 3 ke 4 yaitu 30.39, dari 4 ke 5 yaitu 39.44, dari 5 ke 6 yaitu 43.02, dari 6 ke 7 yaitu 53.06, dari 7 ke 8 yaitu 39.13 dan dari 8 ke 9 yaitu 57.14. Jumlah sapi FH laktasi sampai periode laktasi ke tiga berakhir masih tersisa 57.63 dan sampai periode laktasi ke 4 berakhir tersisa 40.11. Sapi FH di BBPTU berkurang jumlahnya sekitar 50 sampai periode laktasi ke tiga. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sapi FH hanya sekitar 50 yang masih dipelihara melewati periode laktasi ke 3. Sapi FH di BBPTU mempunyai masa hidup dan masa produksi susu hanya sampai periode laktasi ke 3 sebanyak 50. Jumlah sapi FH dalam jangka panjang akan sulit bertambah sekurang-kurangnya menjadi dua kali lipat, apabila masa hidup hanya sampai periode laktasi ke 3. Penurunan jumlah sapi FH laktasi sebanyak 38.78, merupakan petunjuk bahwa harus terjadi pergantian sapi laktasi sebanyak nilai tersebut agar jumlah sapi laktasi tidak mengalami penurunan, dengan kata lain harus mempunyai replacement stock sapi pengganti sebanyak 38.78. Angka replacement stock tersebut lebih tinggi dari pendapat Webster 1993 bahwa replacement stock pada sapi Friesian Holstein adalah 25. Sapi pengganti yang harus disiapkan kurang dari yang diharapkan akan menyebabkan pertambahan jumlah sapi tidak akan 93 bertambah bahkan kemungkinan akan terjadi penurunan jumlah sapi FH dalam jangka waktu yang lama. Produksi Susu Harian Rataan produksi susu harian sapi FH di BBPTU adalah 13.91± 10.80 kg Tabel 28. Produksi susu tersebut tergolong rendah apabila dibandingkan dengan sapi FH di daerah aslinya yaitu di Belanda yang beriklim sedang temperate sebagai wilayah asli untuk kehidupan sapi FH. Kanada tergolong beriklim sedang sampai dingin dan menurut Miglior et al. 2007 rataan produksi susu harian sapi FH di Kanada adalah 27.0-33.5 kg. Menurut pendapat Toharmat et al. 2007, sapi FH di Indonesia 85.94 berproduksi susu dibawah 16 kg per ekor per hari, maka produksi susu harian sapi FH di BBPTU memiliki kesamaan tingkat produksi susu. Tabel 28 Rataan produksi susu harian sapi FH di BPPTU Laktasi Induk kg F1 kg F2 kg F3 kg Rataan Laktasi kg 1 12.49±10.26 12.52±10.35 12.28 9.34 13.92±8.37 12.55±10.03 2 13.60±11.68 16.63±10.53 13.12±10.81 13.24±52.39 14.46±11.14 3 14.27±9.61 16.12±10.29 16.02±11.55 15.14±10.16 4 13.06±11.89 16.21±12.48 15.19±16.15 14.16±12.32 5 15.04±10.95 14.21±11.26 20.21±18.77 15.09±11.42 6 14.94±8.83 14.24±15.26 10.66±7.07 14.64±11.42 7 14.46±7.58 8.8±21.33 11.08 12.94±9.53 8 16.06±10.22 17.87 11.14 16.25±11.28 9 8.08±5.81 8.08±5.81 Rataan Generasi 13.64±10.40 14.49±11.08 13.69±11.24 13.85±8.94 13.91±10.80 Generasi F1 mempunyai produksi susu harian tertinggi yaitu 14.49±11.08 kg dibandingkan pada generasi Induk, F2 dan F3 yaitu berturut-turut 13.64±10.40 kg, 13.69±11.24 kg dan 13.85±8.94 kg. Produksi susu harian per ekor meningkat dari generasi Induk ke generasi F1 dan terjadi penurunan produksi susu harian 94 pada generasi keturunan yaitu F2 dan F3. Hal tersebut memperlihatkan bahwa telah terjadi penurunan produksi susu secara individu pada sapi FH generasi F2 dan F3. Produksi susu harian sapi FH tersebut memiliki keragaman yang tinggi Tabel 28. Secara deskriptif diperlihatkan bahwa keragaman tertinggi terjadi pada generasi F2 dan terendah pada generasi F3. Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara deskriptif produksi susu harian sapi FH di BBPTU beragam. Produksi susu harian diharapkan lebih seragam karena secara genetik sapi FH tersebut tergolong baik dan sapi tersebut telah dilakukan seleksi kearah produksi susu. Potensi genetik produksi susu sapi FH tersebut kurang terekspresikan dengan baik karena faktor non genetik atau faktor lingkungan kurang memadai. Ekspresi produksi susu sapi FH dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor suhu dan kelembaban lingkungan merupakan salah satu faktor tersebut. Keragaman yang tinggi pada produksi susu terjadi adalah data susu berasal dari produksi susu hari pertama sampai dengan sapi dikeringkan. Sapi FH di BBPTU mempunyai produksi susu 25 kg per ekor per hari pada puncak laktasinya dan berproduksi susu 4 kg per ekor per hari pada saat dikeringkan. Produksi susu harian sapi FH dipengaruhi juga oleh asupan nutrisi pada sapi betina yang sedang laktasi. Sapi FH yang berada di wilayah tropis akan meningkatkan konsumsi minum untuk mengurangi adanya cekaman panas sehingga akan terjadi penurunan konsumsi pakan. Sapi FH laktasi akan menggunakan sebagian nutrisi yang dikonsumsi untuk melawan cekaman panas, sehingga nutrisi untuk produksi susu berkurang akibatnya produksi susu yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Sapi FH generasi F1 memperlihatkan hal yang baik untuk produksi susu harian sehingga berguna untuk peningkatan dan perbaikan produksi susu. Akan tetapi sapi generasi F1 mempunyai masa laktasi yang lebih pendek dari generasi lainnya yaitu 277.44 ± 151.54 hari dan efisiensi reproduksi yang lebih rendah dibandingkan generasi Induk. Sapi generasi F1 dapat digunakan sebagai sapi pengganti untuk peningkatan produksi susu dengan melakukan seleksi, memperhatikan dan memperbaiki kelemahan atau kekurangannya. Keturunan 95 sapi generasi F1 yaitu generasi F2 dan F3 memproduksi susu lebih rendah dari F1, sehingga peningkatan produksi susu yang diharapkan tidak terjadi. Sapi-sapi FH laktasi di BBPTU memperlihatkan rataan produksi susu harian yang semakin meningkat dengan bertambahnya periode laktasi. Peningkatan produksi terjadi sampai laktasi ke 3, dari 12.55 kg pada laktasi 1 sampai dengan 15.14 kg pada laktasi ke 3, kemudian menurun pada laktasi ke 4 dan kembali meningkat pada laktasi ke 5. Sapi FH akan tetap mengalami pertumbuhan sampai periode laktasi k 3 atau ke 4, sehingga produksi susu harian akan meningkat dengan bertambah besarnya badan sapi tersebut. Menurut Miglior et al. 2007 sapi Canadian Holstein mempunyai rataan produksi susu harian per ekor yang semakin meningkat setiap periode laktasi, yaitu laktasi pertama 27.0 kg, laktasi ke dua 31.7 kg dan laktasi ke tiga 33.5 kg. Kurva Produksi Susu Kurva produksi susu pada sapi perah laktasi adalah suatu bentuk kurva produksi susu yang terbentuk karena induk sapi memproduksi susu dengan pola produksi susu yang meningkat dengan cepat pada awal laktasi dan setelah mencapai puncak produksi akan terjadi penurunan produksi susu sampai sapi perah dikeringkan. Puncak produksi susu sapi FH pada generasi Induk, F1, F2 dan F3 di BBPTU berturut-turut adalah terjadi pada minggu ke 4, 2, 3 dan 5 Tabel 29. Sapi FH tersebut mempunyai puncak produksi yang tidak sama dan sapi generasi F1 mencapai puncak tercepat sementara sapi generasi F3 paling lama. Variasi atau perbedaan antara sapi beranak, bunting atau kesehatan atau lingkungan musim beranak, manajemen praktis dan penanganan kesehatan akan mempengaruhi bentuk kurva produksi susu Arreola et al. 2004. Kurva laktasi berbeda diantara periode laktasi dan kurva laktasi dipengaruhi oleh cepat atau lambat dewasa tubuh sapi Cole Null, 2009. Puncak produksi susu dicapai dengan waktu yang tidak bersamaan untuk masing-masing generasi. Pencapaian puncak produksi akan lebih cepat dari generasi Induk ke F1 yaitu minggu ke 4 pada generasi Induk dan minggu ke 2 pada F1, kemudian meningkat lebih lama sampai F3 minggu ke 5. Rataan puncak dan produksi susu tertinggi dapat dilihat pada Tabel 29. Pencapaian 96 waktu puncak produksi susu pada sapi FH di BBPTU semakin lambat pada generasi keturunan. Sapi generasi F1 mencapai waktu puncak produksi susu paling cepat dengan produksi susu tergolong lebih baik daripada generasi Induk dan F3. Schmidt et al. 1988 menyatakan bahwa puncak produksi pada kurva laktasi normal dicapai oleh sapi pada saat 3 sampai 6 minggu setelah beranak. Tabel 29 Rataan waktu dan produksi susu tertinggi dalam satu masa laktasi untuk setiap generasi Generasi Produksi Susu Tertinggi kg Puncak Waktu minggu Induk 18.23 kg ke 4 F1 18.78 kg ke 2 F2 19.69 kg ke 3 F3 18.70 kg ke 5 Tabel 29 memperlihatkan bahwa produksi susu tertinggi generasi F2 adalah paling tinggi dibandingkan generasi lainnya akan tetapi waktu pencapaiannya paling cepat yaitu minggu ke 3. Pencapaian puncak produksi susu pada F2 tidak terjadi pada minggu ke 3 tetapi waktu pencapaian ditunda hingga minggu ke 5 dengan produksi susu puncak lebih tinggi, maka total produksi susu akan lebih banyak untuk generasi F2. Pencapaian produksi susu sapi FH dicapai pada hari ke 49 atau minggu ke 7 Prayoga 2005; Atashi et al. 2009. Menurut Fadlemoula et al. 2007 puncak produksi susu pada sapi perah akan tercapai pada minggu ke 9.04. Sapi FH mengalami mengalami proses penyembuhan rahim untuk kembali seperti semula involusi uteri sekitar 40 hari setelah beranak. Pada saat yang sama induk sapi tersebut memproduksi susu untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Puncak produksi susu sapi FH atau sapi perah lainnya dapat dicapai dengan baik sekitar 40-60 hari 6-9 minggu setelah beranak. Konsumsi nutrisi yang diperoleh induk sapi FH setelah hari ke 40 adalah sebagian besar untuk produksi susu sehingga terjadi kenaikan produksi yaitu setelah involusi terjadi dan tercapai puncak produksi susu sekitar hari ke 60 setelah beranak. Sapi FH di 97 BBPTU mempunyai waktu puncak produksi susu kurang dari 40 hari setelah beranak yaitu saat sapi mengalami involusi uteri. Setelah puncak produksi susu dicapai maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengatur laju penurunan produksi susu tidak terlalu cepat atau diusahakan penurunan produksi susu sekecil mungkin agar produksi susu tetap tinggi selama satu periode laktasi. Penurunan laju produksi susu setelah puncak produksi berhubungan dengan kemampuan mempertahankan sel-sel alveolus pada ambing sapi tetap baik dan banyak. Pakan yang diberikan setelah melewati puncak produksi berhubungan langsung untuk mempertahankan jumlah alveolus tetap tinggi. Pakan tersebut harus mempunyai kadar protein yang tinggi. Prayoga 2005 menyatakan setelah mencapai puncak produksi susu tertinggi maka produksi susu akan terus menurun hingga hari ke 301. Secara deskriptif diperlihatkan bahwa generasi F3 mempunyai produksi susu tertinggi saat puncak produksi dibandingkan generasi lainnya dan dicapai pada minggu ke 3 sehingga memiliki peluang menghasilkan produksi susu lebih tinggi dibandingkan Induk, F1 dan F2 berdasarkan waktu pencapaian puncak produksi. Pencapaian puncak produksi susu pada sapi FH menurut Indriyani et al. 2003 pada laktasi pertama dan ke dua adalah hari ke 35 minggu ke 5, Sudono et al. 2005 pada 2 bulan minggu ke 8-9 dan Prayoga 2005 pada hari ke 49 minggu ke 7. Sapi FH di BBPTU lebih cepat pencapaian waktu puncak produksi susu yaitu pada minggu ke 2-5. Pencapaian waktu puncak produksi susu yang baik dicapai pada hari ke 40-60 atau 6- 9 minggu setelah beranak. Puncak produksi susu pada sapi FH di BBPTU semakin meningkat dari generasi Induk ke generasi F2 dan kemudian menurun kembali. Puncak produksi susu pada sapi FH generasi Induk, F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 18.23 kg, 18.78 kg, 19.69 kg dan 18.70 kg Tabel 29. Puncak produksi susu sapi FH tersebut masih lebih tinggi dari pada penelitian Indriyani et al. 2003 yaitu puncak produksi dicapai 12.49 liter pada laktasi pertama dan 12.45 liter pada laktasi ke dua. S api FH di BBPTU mencapai puncak produksi susu tergolong cepat yaitu kurang dari 8 minggu atau 2 bulan untuk semua periode laktasi. Puncak produksi susu sapi FH dicapai pada hari ke 49 atau minggu ke 7 Prayoga 2005; Atashi et 98 al. 2009. Puncak produksi susu laktasi pertama 16.08 kg, meningkat sampai periode laktasi ke 5 dan menurun kembali sampai periode laktasi ke 9 Tabel 30. Menurut Atashi et al. 2009 pencapaian puncak produksi susu pada laktasi pertama adalah paling rendah dan tertinggi pada laktasi ke tiga. Tabel 30 Rataan waktu dan produksi susu tertinggi dalam satu masa laktasi untuk setiap periode laktasi Periode Laktasi Produksi Susu Tertinggi kg Puncak Waktu minggu Laktasi 1 16.08 kg ke 4 Laktasi 2 18.98 kg ke 4 Laktasi 3 20.56 kg ke 4 Laktasi 4 19.95 kg ke 4 Laktasi 5 21.91 kg ke 3 Laktasi 6 17.92 kg ke 5 Laktasi 7 17.86 kg ke 5 Laktasi 8 19.24 kg ke 3 Laktasi 9 14.31 kg ke 4 Laktasi 10 20.50 kg ke 6 Puncak produksi susu tertinggi sapi FH di BBPTU berdasarkan periode laktasinya tercapai pada periode laktasi ke 5 Tabel 30. Periode laktasi ke 5 mencapai puncak produksi susu pada minggu ke 3 dengan produksi susu adalah 21.91 kg per ekor per hari. Sapi FH akan bertambah besar tubuhnya karena masih mengalami pertumbuhan sampai periode laktasi ke 5 atau berumur 7 tahun. Produksi susu akan meningkat dengan semakin bertambah besar tubuhnya, sehingga puncak produksi susu akam semakin meningkat. Menurut Indriyani et al. 2003 puncak produksi susu sapi FH pada laktasi pertama adalah hari ke 35 minggu ke 5 dengan produksi 12.49 liter dan pada laktasi ke dua hari ke 35 dengan produksi susu 15.50 liter. Gambar 5, 6, 7, 8 dan 9 memperlihatkan berturut-turut rataan kurva produksi susu harian selama satu laktasi pada sapi FH gabungan seluruh generasi 99 yaitu generasi Induk, F1, F2 dan F3 di BBPTU. Gambar kurva produksi susu tersebut memperlihatkan bahwa setelah mencapai puncak produksi terjadi penurunan produksi susu dengan kemiringan pada kurva cukup landai. Penurunan setelah puncak produksi untuk semua generasi memperlihatkan hasil hampir sama. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa terjadi kejadian tingkat penurunan produksi susu yang sama untuk semua generasi. Sapi FH tersebut berada pada lokasi yang sama dan mengalami manajemen yang sama dan ternyata memperlihatkan bentuk kurva produksi yang sama. Gambar 5 Kurva laktasi generasi Induk, F1, F2 dan F3 100 Keterangan : Puncak laktasi pada minggu ke-4 18.23 liter dan dikeringkan pada minggu ke-42 3.93 liter Gambar 6 Kurva laktasi pada generasi Induk dengan produksi susu tertinggi 18.23 kg pada minggu ke 4 Keterangan: Puncak laktasi pada minggu ke-2 18.78 liter dan dikeringkan pada minggu ke- 40 5.82 liter Gambar 7 Kurva laktasi pada generasi F1 dengan produksi susu tertinggi 18.78 kg pada minggu ke 2 101 Keterangan: Puncak laktasi pada minggu ke-3 19.69 liter dan dikeringkan pada minggu ke-41 6.14 liter Gambar 8 Kurva laktasi pada generasi F2 dengan produksi susu tertinggi 19.69 kg pada minggu ke 3 Keterangan: Puncak laktasi pada minggu ke-5 18.70 liter dan dikeringkan pada minggu ke-40 5.37 liter Gambar 9 Kurva laktasi pada generasi F3 dengan produksi susu tertinggi 18.70 kg pada minggu ke 5 102 Gambar 10 sampai dengan Gambar 20 memperlihatkan kurva produksi susu pada periode laktasi pertama sampai dengan periode laktasi ke 10. Kurva produksi susu sapi FH tersebut memperlihatkan pola yang sama untuk semua periode laktasi yaitu terjadi kenaikan produksi susu pada awal laktasi kemudian produksi menurun sampai dilakukan pengeringan. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya puncak produksi susu tercapai saat kurang dari 8 minggu untuk semua periode laktasi. Kurva-kurva tersebut memperlihatkan bahwa produksi susu akan menurun dengan landai setelah melewati puncak produksi. Produksi susu sapi- sapi FH di BBPTU menurun dengan tidak terlalu cepat dan dapat dibuktikan dengan gambar kurva produksi susu yang melandai setelah puncak produksi susu sampai sapi tersebut tidak diperah atau dikeringkan. Kurva produksi susu pada periode laktasi ke 9 dan ke 10 memperlihatkan penurunan yang lebih tajam setelah puncak produksi, berarti mempunyai persistensi yang lebih rendah. Hal tersebut dapat dimungkinkan karena sapi FH tersebut telah tua dan kurang mampu mempertahankan persistensi produksi susu yang tetap tinggi. Gambar 10 Kurva produksi susu periode laktasi ke 1 dengan puncak produksi susu 16.08 kg pada minggu ke 4 103 Gambar 11 Kurva produksi susu periode laktasi ke 2 dengan puncak produksi susu 18.99 kg pada minggu ke 4 Gambar 12 Kurva produksi susu periode laktasi ke 3 dengan puncak produksi susu 20.56 kg pada minggu ke 4 Gambar 13 Kurva produksi susu periode laktasi ke 4 dengan puncak produksi susu 19.95 kg pada minggu ke 4 104 Gambar 14 Kurva produksi susu periode laktasi ke 5 dengan puncak produksi susu 21.91 kg pada minggu ke 3 Gambar 15 Kurva produksi susu periode laktasi ke 6 dengan puncak produksi susu 17.91 kg pada minggu ke 5 105 Gambar 16 Kurva produksi susu periode laktasi ke 7 dengan puncak produksi susu 17.86 kg pada minggu ke 5 Gambar 17 Kurva produksi susu periode laktasi ke 8 dengan puncak produksi susu 19.24 kg pada minggu ke 3 106 Gambar 18 Kurva produksi susu periode laktasi ke 9 dengan puncak produksi susu 14.31 kg pada minggu ke 4 Gambar 19 Kurva produksi susu periode laktasi ke 10 dengan puncak produksi susu 20.25 kg pada minggu ke 6 107 108 Sapi-sapi FH di BBPTU mempunyai masa kering yang lama lebih dari 60 hari akan tetapi memiliki masa laktasi yang kurang dari 305 hari 10 bulan. Masa kering yang lama akan dapat untuk meningkatkan produksi susu pada periode laktasi berikutnya akan lebih tinggi karena sapi FH tersebut mempunyai banyak waktu untuk mendeposit pakan yang dikonsumsi di dalam tubuhnya selama masa kering. Konsumsi pakan sapi FH tersebut selama masa laktasi dan masa kering adalah cukup baik secara kualitas dan kuantitas. Produksi susu pada periode laktasi berikutnya tidak lebih baik walaupun masa kering yang lebih lama. Berarti pakan yang dikonsumsi kurang cukup untuk dijadikan timbunan atau mendeposit di jaringan tubuh untuk persiapan produksi susu periode laktasi berikutnya. Kurva produksi susu memperlihatkan bahwa pencapaian puncak produksi susu lebih cepat dari yang diharapkan akan tetapi persistensinya tergolong tinggi. Laju penurunan produksi susu setelah puncak produksi selama masa laktasi adalah landai sampai dengan dikeringkan. Produksi susu perekor pada saat puncak produksi susu tergolong tinggi akan tetapi produksi susu masih dapat lebih tinggi karena pencapaian yang tergolong lebih cepat. Persistensi Produksi Susu Persistensi produksi susu diharapkan tetap tinggi untuk mempertahankan produksi susu tetap tinggi sehingga produksi susu total dalam satu laktasi menjadi tinggi. Produksi susu mengalami penurunan yang lambat setelah puncak produksi maka sapi memiliki nilai persistensi yang tinggi. Tabel 31 memperlihatkan persistensi sapi-sapi FH di BBPTU pada generasi Induk, F1, F2 dan F3. Sapi-sapi FH di BBPTU pada masing-masing generasi memiliki pencapaian puncak produksi susu, program kering kandang dan lama laktasi yang dicapai pada waktu yang tidak sama. Persistensi produksi susu diperoleh dihitung dengan menggunakan satuan persentase. Nilai persistensi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui kemampuan sapi-sapi FH tersebut pada setiap generasi terhadap produksi susu. 109 Persistensi produksi susu tersebut diperoleh dengan cara membagi produksi susu saat dikeringkan dengan produksi susu saat puncak produksi. Satuan waktu masing-masing generasi berbeda dengan keadaan yang semakin berkurang waktunya pada generasi F3. Generasi Induk mempunyai waktu 40 minggu, sedangkan F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 38, 37 dan 35 minggu. Rata-rata persistensi sapi FH di BBPTU tersebut adalah 27.66 dengan rataan persistensi masing-masing pada generasi Induk, F1, F2 dan F3 adalah 19.77, 30.96, 31.21 dan 28.70 Tabel 31. Secara deskriptif memperlihatkan bahwa generasi Induk mengalami nilai paling rendah sedangkan generasi F2 memiliki nilai persistensi produksi susu tertinggi. Sapi FH di BBPTU mengalami perbaikan persistensi produksi susu pada generasi keturunannya dibandingkan generasi induk dengan nilai persistensi yang lebih tinggi pada generasi keturunannya. Tabel 31 Persistensi produksi susu sapi FH di BPPTU Laktasi Generasi Rataan Laktasi Induk F1 F2 F3 1 21.36 22.91 30.35 35.50 27.53 2 17.89 39.76 27.88 26.67 28.05 3 19.61 35.00 37.99 30.87 4 16.05 33.67 35.33 28.35 5 26.10 27.73 34.91 29.58 6 27.81 35.02 31.41 7 19.15 34.41 26.78 8 35.43 36.80 36.11 9 12.08 12.08 Rataan Generasi

19.77 30.96

31.21 28.70 27.66 Keterangan: Rata-rata puncak laktasi Induk pada Minggu ke-4 dan dikeringkan pada minggu ke-44 Rata-rata puncak laktasi F1 pada Minggu ke-2 dan dikeringkan pada minggu ke-40 Rata-rata puncak laktasi F2 pada Minggu ke-3 dan dikeringkan pada minggu ke-41 Rata-rata puncak laktasi F3 pada Minggu ke-5 dan dikeringkan pada minggu ke-40 110 Persistensi produksi susu di BBPTU dengan satuan waktu yang lama dan apabila persistensi tersebut dibagi dengan satuan waktunya maka akan diperoleh persistensi per minggunya. Rataan persistensi dalam satu minggu pertama pada generasi Induk, F1, F2 dan F3 berturut turut adalah 97.99, 98.28, 98.24 dan 97.96. Rataan persistensi produksi susu dalam satu bulan pertama pada generasi Induk, F1, F2 dan F3 adalah 91.96, 92.72, 92.54 dan 91.84 atau terjadi penurunan produksi susu masing-masing dalam satu bulan 8.04, 7.28, 7.44 dan 8.16. Persistensi produksi susu per minggu atau pada satu bulan pertama setelah puncak produksi adalah tergolong baik atau mempunyai ketahanan produksi susu yang baik, hanya tingkat produksi susu hariannya yang rendah. Persistensi produksi susu sapi FH di BBPTU masih lebih baik dalam satuan bulan dibandingkan hasil Fadlemoula et al. 2007 yaitu rataan persistensi sapi perah adalah 75.89. Persistensi produksi susu pada periode laktasi ke 1, 2, 3, 4 dan 5 adalah berturut-turut 27.53, 28.05, 30.87, 28.35 dan 29.58. Terjadi peningkatan persistensi dengan bertambahnya periode laktasi ke tiga. Menurut Fadlemoula et al. 2007 persistensi pada laktasi pertama tertinggi dan terjadi penurunan persistensi sampai laktasi ke lima dengan urutan masing-masing adalah 86.82, 73.42, 73.92, 76.41 dan 68.65 untuk laktasi ke 1, laktasi ke 2, laktasi ke 3, laktasi ke 4 dan laktasi ke 5. Sapi generasi Induk, F2 dan F3 memiliki pola persistensi yaitu menurun pada periode laktasi ke dua kemudian meningkat pada periode laktasi ke tiga. Sapi generasi F1 mempunyai pola persistensi yaitu meningkat dari periode laktasi satu ke period laktasi ke dua kemudian menurun pada laktasi ke tiga. Sapi FH di BBPTU mampu mempertahankan produksi susu dengan baik setelah mencapai puncak produksinya atau sapi FH tersebut memiliki persistensi yang baik. Secara fisiologis, produksi susu akan turun setelah mencapai puncak produksi. Penurunan produksi susu tersebut harus diusahakan secara perlahan- lahan sampai sapi dikeringkan. Permasalahan yang ada adalah persistensi tergolong baik akan tetapi produksi susu harian dan puncak produksi susu tergolong rendah. 111 Persistensi tinggi berhubungan dengan keadaan dan jumlah sel alveolus ambing. Sel alveolus ambing yang tetap banyak dan dapat dipertahankan maka persistensi produksi susu akan tinggi. Jumlah dan ketahanan sel alveolus dapat dipengaruhi oleh asupan nutrisi atau konsumsi pakan. Menurut Sudono et al. 2005 persistensi laktasi adalah kemampuan sapi dalam mempertahankan produksi susu dan lama laktasi tergantung pada persistensi sapi tersebut yang dipengaruhi oleh umur sapi, kondisi sapi saat beranak, lama masa kering sebelumnya, banyaknya pakan yang diberikan kepada sapi yang sedang laktasi. Persistensi produksi menurut Blakely dan Bade 1991 adalah kemampuan sapi induk untuk mempertahankan produksi susu tinggi selama masa laktasi. Pakan yang diberikan pada saat sapi FH sedang berproduksi susu masa laktasi akan mempengaruhi pencapaian puncak produksi susu dan persistensi laktasi. Manajemen pemeliharaan sapi FH di BBPTU dilakukan dengan mengacu pada standar pemeliharaan yang telah ada. BBPTU memberikan pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga persistensi produksi susu tergolong baik. Sapi FH tersebut mengalami penurunan produksi susu yang rendah setelah mencapai puncak produksi karena sapi FH tersebut masih dapat mempertahankan persistensi produksi agar tetap tinggi. Produksi susu yang menurun dapat terjadi karena kondisi sel-sel alveolus pada ambing mengalami peluruhan yang cepat sehingga kemampuan ambing memproduksi susu berkurang. Sapi FH di BBPTU mampu mempertahankan sel-sel alveolusnya agar tidak cepat meluruh sehingga mampu mempertahankan produksi susu setelah puncak produksi. Sel-sel alveolus dapat lebih lama dipertahankan dari proses peluruhan yang cepat apabila asupan nutrisi yang diperoleh cukup dan tidak terjadi cekaman panas yang dipengaruhi oleh kondisi suhu dan kelembaban lingkungan. Kurva produksi susu sapi FH di BBPTU pada setiap generasi memperlihatkan bahwa tidak terjadi penurunan produksi susu yang cepat sehingga diduga tidak terjadi peluruhan yang cepat pada sel alveolus. Kurva produksi susu pada setiap generasi akan sedikit menurun atau melandai sampai sapi dikeringkan. 112 Produksi susu satu masa laktasi sapi FH di BBPTU akan meningkat menjadi lebih baik apabila dapat mempertahankan kurva produksi susu tetap tinggi sampai sapi tersebut dikeringkan. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh untuk memproduksi susu adalah konsumsi pakan. Pakan yang diberikan merupakan pakan yang baik sesuai dengan standar di BBPTU untuk pemberian pada induk sapi yang sedang laktasi. Faktor lingkungan lain yang berpengaruh adalah suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan menyulitkan sapi mengeluarkan panas tubuhnya. Untuk itu sapi FH diberikan pakan yang berkualitas baik tetapi pakan tersebut tidak menghasilkan panas yang tinggi. Susu yang diproduksi oleh sapi perah berasal dari zat-zat makanan atau prekursor di dalam darah. Zat-zat makanan di dalam darah tentunya berasal dari pakan yang dikonsumsi. Pencapaian puncak produksi susu dan laju penurunan produksi susu berhubungan dengan konsumsi pakan dan aktivitas ternak tersebut. Jadi diduga bahwa pencapaian puncak produksi susu dan laju penurunan produksi susu karena asupan nutrisi untuk produksi susu kurang walaupun konsumsi pakannya normal. Pemeliharaan sapi FH di BBPTU perlu memperhatikan manajemen pemberian pakan dan aktivitas ternak pada saat induk sapi laktasi akan mencapai puncak produksi dan pada saat penurunan produksi susu setelah melewati puncak produksi susu. Masa Kering Rataan masa kering sapi FH di BBPTU adalah 179.49 hari Tabel 32. Masa kering pada generasi Induk, F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 178.83 hari, 184.85 hari, 168.38 hari dan 191.55 hari. Sapi FH tersebut mempunyai masa kering yang semakin bertambah lama pada generasi keturunannya kecuali F2 yang memiliki masa kering paling rendah. Sapi akan mengalami masa kering untuk persiapan kelahiran berikutnya dan pemulihan tubuh sapi agar menjadi lebih siap dan menyimpan cadangan nutrisi di dalam tubuhnya untuk produksi susu periode laktasi berikutnya dan untuk memelihara janin di dalam rahim. Masa kering sapi FH di BBPTU jauh lebih lama dari yang dianjurkan untuk sapi laktasi yaitu 2 bulan atau 60 hari. 113 Menurut Sudono et al. 2005, masa kering yang terbaik pada sapi FH adalah 50 sampai 60 hari karena akan menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi pada laktasi berikutnya. Rataan masa kering pada sapi FH di Indonesia dilaporkan Sudono et al. 2005 bahwa rataan masa kering sapi FH di Pangalengan, Lembang, Rowo Seneng dan Cirebon masing-masing adalah 90, 86, 81 dan 89 hari. Masa kering pada sapi-sapi FH di Inggris yang merupakan daerah beriklim sedang menurut Ball dan Peters 2007 adalah 60 hari berguna untuk regenerasi ambing dan persiapan laktasi berikutnya. Keterangan : n=jumlah sampel Sapi FH memilki masa kering lebih dari 301 hari dengan persentase tergolong tinggi yaitu 14-21 untuk semua generasi, tertinggi pada generasi F2 20.48 dan terendah pada generasi Induk 14.03. Tabel 33 memperlihatkan persentase masa kering Sapi FH di BBPTU untuk semua generasi keturunan. Tabel 32 Rataan masa kering sapi FH di BBPTU Laktasi Induk hari F1 hari F2 hari F3 hari Rataan Masa Kering hari 1 150.08±112.77 178.34±170.78 145.15±121.74 195.56±193.43 164.12±147.73 n=89 n=128 n=60 n=18 n=295 2 169.49±156.02 212.27±170.14 161.64±139.22 155.50±102.53 184.17±158.99 n=97 n=88 n=44 n=2 n=231 3 157.92±120.69 155.16±126.10 195.69±166.94 164.57±133.02 n=72 n=55 n=32 n=159 4 185.46±156.88 197.11±162.00 189.31±187.11 189.87±161.73 n=57 n=36 n=16 n=109 5 208.78±166.67 196.58±226.95 270.50±109.41 210.88±180.75 n=41 n=19 n=6 n=66 6 222.72±190.66 122.14±77.25 96.00 197.55±174.48 n=25 n=7 n=1 n=33 7 238.40±149.51 130.00 110.00 224.47±145.32 n=15 n=1 n=1 n=17 8 350.63±271.77 70.00 319.44±270.90 n=8 n=1 n=9 Rataan Generasi 178.83±150.86 184.86±165.37 168.38±143.92 191.55±184.88 179.49±155.80 n=404 n=335 n=160 n=20 n=919 114 Masa kering yang lama adalah tidak efisien karena terjadi penurunan masa produktif karena masa kering yang ideal adalah 31-60 hari. Sapi FH generasi F3 mempunyai masa kering yang ideal sebanyak 30, sedangkan Generasi Induk, F2 dan F3 mempunyai persentase kurang dari 10. Tabel 33 Persentase masa kering sapi FH di BBPTU setiap generasi Masa Kering hari Induk F1 F2 F3 30 4.34 8.13 13.21 5.00 31-60 6.12 9.94 9.43 30.00 61-90 20.66 13.86 13.21 15.00 91-120 15.56 12.05 11.32 - 121-150 8.93 12.35 10.06 - 151-180 8.42 5.72 6.92 - 181-210 6.12 6.93 6.29 10.00 211-240 7.14 3.01 3.77 20.00 241-270 4.08 3.31 5.66 - 271-300 4.59 4.22 5.03 - 301 14.03

20.48 15.09

Dokumen yang terkait

Efisiensi reproduksi dan produksi susu sapi friesian holstein (fh) pada generasi induk dan generasi keturunannya

0 3 161

Potensi Genetik Produksi Susu Sapi Friesian Holstein Betina di BBPTU-Sapi Perah Baturraden, Purwokerto

0 2 92

Efek Challenge Feeding terhadap Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Akhir Laktasi Di KUNAK Cibungbulang-Bogor

0 5 35

Status Kecernaan Pakan dan Produksi Susu Induk Sebagai Indikator Pertumbuhan Pedet pada Sapi Perah (Friesian Holstein) di KPBS Pangalengan

0 2 29

Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH)

0 11 28

Nilai Ekonomi Produksi Susu Induk Sapi Friesian Holstein Berdasarkan Most Probable Producing Ability (MPPA).

0 9 34

Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang Dihasilkan dari Keturunan Pejantan Impor di BBPTU HPT Baturraden.

0 1 1

TAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN KOMPONEN METABOLISME TUBUH SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) AKIBAT PERBEDAAN KUALITAS RANSUM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 86

EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 13