63 reproduksi untuk kawin pertama setelah beranak yang bertambah lama pada
generasi keturunannya. Persentase tertinggi pada interval kawin pertama setelah beranak generasi
Induk yaitu 51-70 hari, F1 pada 51-70 hari, F2 pada 71-90 hari dan F3 pada lebih 150 hari. Sapi FH di BBPTU mempunyai persentase yang cukup tinggi untuk
kejadian interval kawin pertama setelah beranak diatas 150 hari yaitu 13-20 dan kejadian tersebut tergolong tidak efisien. Sapi FH generasi Induk mempunyai
interval kawin pertama setelah beranak diatas 150 hari paling rendah sedangkan generasi F3 tertinggi. Sapi FH akan mengalami proses involusi uteri setelah
beranak selama 40-50 hari dan ternyata terdapat sapi yang dikawinkan kembali setelah beranak di bawah 50 hari yaitu terendah pada F2 8.60 dan tertinggi F3
17.24.
Tabel 12 Persentase interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU setiap generasi
Interval Kawin Pertama Setelah Beranak hari
Induk F1
F2 F3
50 16.70
12.71 8.60
17.24 51-70
22.61 22.80
19.59 18.97
71-90 21.22
18.69 24.90
15.52 91-110
11.13 16.07
12.65 8.62
111-130 8.70
8.79 7.35
8.62 131-150
6.09 4.30
9.80 10.34
150 13.57
16.64 17.14
20.69
Keterangan: nilai tertinggi ditunjukkan pada penebalan warna hitam
Rataan interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU adalah 99.89 hari, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan sapi FH di daerah temperate
contohnya di Inggris sapi FH menurut Ball dan Peters 2007 mengalami interval kawin pertama setelah beranak 45-60 hari. Sapi FH di USA menurut Murray
2009 mengalami berahi pertama 40 hari setelah beranak dan interval kawin pertama setelah beranak adalah 70 hari.
Menurut Toelihere 1993 interval antara partus ke berahi pertama adalah 45-103 hari, ovulasi pertama setelah beranak biasanya terjadi tanpa disertai gejala
64 estrus dan berlangsung 35-45 hari setelah beranak. Interval kawin pertama
setelah beranak sapi FH di BBPTU untuk generasi Induk dan F1 sesuai dengan pendapat Toelihere 1993, tetapi untuk generasi F2 dan F3 mempunyai jarak
kawin setelah beranak yang sedikit lebih lama, Interval kawin pertama setelah beranak dapat dipengaruhi oleh proses
involusi uterus dan timbulnya berahi pertama setelah beranak. Menurut Hafez 2000 kesuburan tertinggi dicapai bila involusi uteri telah berlangsung 60-90 hari
agar estrus kembali normal secara sempurna. Sapi-sapi FH di BBPTU mengalami penurunan kesuburan untuk interval kawin pertama setelah beranak
pada generasi keturunan F1, F2 dan F3. Sapi FH di BBPTU mengalami interval kawin pertama setelah beranak yang lebih panjang, karena menurut Hafez 2000
involusi uterus dapat mencapai 90 hari maka diduga adanya berahi pertama pada sapi tersebut yang tidak terdeteksi dengan baik atau adanya berahi diam sehingga
terjadi penundaan perkawinan kembali setelah beranak. Sapi FH akan dikawinkan kembali setelah beranak secepatnya agar sapi
tersebut bunting kembali. Interval kawin pertama setelah beranak bertambah lama pada generasi keturunan dan diduga terjadi perpanjangan karena berahi
yang tidak diketahui atau adanya berahi diam. Hoards 2006 menyatakan induk sapi umumnya akan berahi 30-35 hari setelah beranak, tetapi sebagian besar
berahi diam Silent Heat dan siklus kedua 80 memperlihatkan berahi. Sapi laktasi menurunkan penampilan produksi dan reproduksi pada suhu lingkungan
dan kelembaban yang tinggi West et al. 1991. Kejadian kegagalan inseminasi karena adanya berahi diam dapat diatasi dengan pencatatan yang baik untuk
memperkirakan munculnya berahi kembali setelah beranak. Berdasarkan periode laktasi, terjadi penurunan rataan interval kawin
pertama setelah beranak dari laktasi pertama 108.75 hari sampai periode laktasi ke 4 93.86 hari, meningkat kembali pada laktasi ke 5 95.66 hari kemudian
turun kembali pada laktasi ke 6 88.30 hari. Interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU mengalami penurunan waktu dengan bertambahnya
periode laktasi untuk semua generasi keturunan. Sapi-sapi FH di BBPTU memperlihatkan bahwa semakin bertambah usia
atau periode laktasi akan menyebabkan terjadi pemendekan waktu interval kawin
65 pertama setelah beranak. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Mitchell et al.
2005 pada laktasi pertama interval kawin pertama setelah beranak adalah 85.8 hari tidak berbeda dengan laktasi ke dua yaitu 85.9 hari. Interval kawin pertama
setelah beranak untuk periode laktasi pertama dan ke dua pada sapi di BBPTU lebih lama jika dibandingkan pendapat Mitchell et al. 2005.
Sapi FH pada laktasi pertama mempunyai besar badan yang lebih rendah dibandingkan periode laktasi ke dua. Besar badan sapi FH akan bertambah
dengan bertambahnya periode laktasi yaitu sampai periode laktasi ke empat dan usia sapi FH akan bertambah dengan bertambahnya periode laktasi. Menurut
Sudono et al. 2005 sapi FH akan bertambah besar dari umur 2 tahun sampai umur 7 tahun disebabkan bertambah besarnya sapi karena pertumbuhan. Sapi FH
yang lebih dewasa di BBPTU akan lebih cepat untuk mempersiapkan dirinya agar siap dikawinkan kembali setelah beranak. Hal tersebutlah yang mengakibatkan
terjadinya interval kawin kembali setelah beranak yang lebih pendek waktunya dengan bertambahnya periode laktasi.
Tabel 13 adalah tentang model regresi antara periode laktasi terhadap interval kawin pertama setelah beranak. Jumlah periode laktasi yang diukur
untuk setiap generasi tidak sama. Periode laktasi mempunyai korelasi bersifat negatip antara hubungan periode laktasi dengan interval kawin pertama setelah
beranak pada generasi Induk r=
-0.095
dan keturunan F3 r=
-0.379
, begitu juga dengan F1 r=
-0.012
dan F2 r=
-0.099
mempunyai korelasi negatip. Rataan korelasi secara keseluruhan sangat kecil r=
-0.074
dan korelasi terbesar secara negatip terdapat pada generasi F3.
Generasi Induk mempunyai model regresi linier secara nyata P0.05 dengan
Log Y = 1.981 - 0.1070 Log X
. Generasi F3 sangat nyata p0.01 secara linier serta nyata p0.05 untuk kuadratik dan kubik, akan tetapi karena regresi
linier memiliki R
2
Waktu yang dibutuhkan untuk interval kawin pertama setelah beranak pada sapi FH di BBPTU akan berkurang dengan bertambahnya periode laktasi
paling tinggi maka regresi linier yang akan digunakan dengan
Log Y = 2.276 – 0.6778 Log X.
Sapi FH generasi Induk dan F3 memiliki persamaan regresi yang nyata sehingga terjadi penurunan lama waktu interval
kawin pertama setelah beranak dengan bertambahnya periode laktasi.
66 atau bertambahnya usia sapi FH tersebut dengan perubahan yang rendah atau
sedikit karena mempunyai nilai korelasi yang sangat kecil. Periode laktasi sangat kecil pengaruhnya terhadap interval kawin pertama setelah beranak. Interval
kawin pertama setelah beranak dipengaruhi oleh involusi uteri, berahi kembali setelah beranak, manajemen pakan dan manajemen pemeliharaan. Proses
involusi uteri dan munculnya berahi kembali setelah beranak dipengaruhi oleh masuknya nutrisi dari pakan sehingga uterus akan cepat kembali ke normal
seperti sebelum bunting. Interval kawin pertama setelah beranak dapat dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan. Berdasarkan generasinya, F3
mempunyai waktu interval kawin pertama setelah beranak yang paling lama.
Keterangan : Superscrip menyatakan sangat nyata P0.01
Superscrip menyatakan sangat nyata P0.05
Tabel 13 Model regresi pengaruh periode laktasi terhadap interval kawin pertama setelah beranak
Model Regresi
Kawin Pertama Setelah Beranak R
r
2
Korelasi Induk
Linier Log Y = 1.981 - 0.1070 Log X
0.70 -0.095
Kuadratik Log Y = 2.003 - 0.1924 Log X + 0.0733
Log X 0.60
2
Kubik Log Y = 1.978 - 0.046 Log X - 0.188 Log
X
2
+ 0.143 Log X 0.40
3
F1 Linier
- -
-0.012 Kuadratik
- -
Kubik -
- F2
Linier -
- -0.099
Kuadratik -
- Kubik
- -
F3 Linier
Log Y = 2.276 – 0.6778 Log X 12.90
-0.379 Kuadratik
Log Y = 2.365 – 1.099 Log X + 0.454 Log X
2
11.40 Kubik
Log Y = - 0.514 + 18.43 Log X – 41.19 Log X
2
+ 28.23 Log X
3
11.70 Total
Linier Log Y = 761.319 – 0.0737928 Log X
-0.074 Kuadratik
Kubik
67 Nilai R
2
yang diperoleh untuk generasi Induk secara linier adalah 0.70 dan untuk generasi F3 secara linier adalah 12.90. Hal tersebut memperlihatkan
bahwa pengaruh periode laktasi sangat kecil terhadap waktu interval kawin pertama setelah beranak dan terdapat faktor-faktor lain yang pengaruhnya lebih
besar terhadap waktu yang dibutuhkan interval kawin pertama setelah beranak .
Faktor suhu dan kelembaban lingkungan sangat berpengaruh dan diduga merupakan faktor terbesar terhadap timbulnya berahi kembali setelah beranak
walaupun pakan yang diberikan berkualitas baik. Pakan yang dikonsumsi berkurang karena adanya suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dan
sebahagian dari pakan yang dikonsumsi tersebut digunakan untuk menjaga keseimbangan homeostatis suhu tubuh terhadap tingginya suhu dan kelembaban
lingkungan sekitarnya.
Masa Kosong S
api FH di BBPTU mempunyai masa kosong yang semakin bertambah lama pada generasi keturunannya yaitu Induk 149.28 hari, generasi F1 164.66
hari, generasi F2 183.40 hari dan generasi F3 190.66 hari. Rataan masa kosong adalah 162.42 hari dan dapat dilihat pada Tabel 14. Generasi Induk memliki
masa kosong yang sangat nyata p0.01 lebih pendek dibandingkan generasi keturunannya yaitu F1, F2 dan F3. Generasi F2 mempunyai masa kosong paling
panjang daripada generasi Induk dan mempunyai kesamaan waktu dengan F3 tetapi berbeda dengan F1.
Selang waktu antara kawin pertama setelah beranak dengan masa kosong adalah pada Induk 54.24 hari, generasi F1 63.68 hari, generasi F2 77.41 hari
dan generasi F3 80,06 hari, dengan rataannya adalah 62.53 hari. Selang waktu tersebut semakin bertambah lama waktunya dari generasi Induk sampai dengan
generasi F3. Rataan selang waktu antara kawin pertama setelah beranak dengan masa kosong adalah 62.53 hari, maka terjadi dua kali siklus berahi yang tidak
diketahui karena rataan SC adalah 1.92. Sapi FH generasi F3 mempunyai selang waktu 80.06 hari, berarti mengalami 3 kali siklus berahi yang tidak diketahui.
Berahi yang tidak diketahui pada sapi FH tersebut dapat berupa berahi diam Silent Heats atau peternak tidak mengamati timbulnya berahi karena sapi
68 FH tersebut telah diinseminasi dan dianggap telah bunting. Sapi FH yang telah
diinseminasi tidak harus dilakukan palpasi kebuntingan PKB untuk memastikan kebuntingannya karena akan menunda waktu. Pencatatan atau recording yang
baik dan pengamatan lebih teliti atau melakukan perbaikan manajemen pemeliharaan merupakan beberapa cara untuk mengatasi kegagalan pengamatan
berahi.
Tabel 14 Rataan masa kosong sapi FH di BBPTU
Laktasi Induk
hari F1
hari F2
hari F3
hari Rataan Laktasi
hari 1
147.91±82.91 175.17±111.62
182.07±109.93 231.43±152.77
169.72±106.14 n=134
n=135 n=72
n=21 n=362
2 152.42±93.92
173.22±109.28 179.55±98.71
171.29±90.46 166.55±101.10
n=112 n=118
n=56 n=14
n=300 3
146.45±89.35 158.29±84.72
188.63±130.76 131.29±72.12
157.96±96.36 n=93
n=90 n=40
n=7 n=230
4 163.94±99.52
131.15±68.28 212.78±154.77
106.00±25.46 157.41±102.02
n=66 n=61
n=23 n=2
n=152 5
130.46±66.14 189.41±104.38
129.00±67,29 152.19±89.77
n=39 n=29
n=10 n=78
6 133.19±63,47
137.20±74.68 177.60±80.68
139.19±68.72 n=27
n=15 n=5
n=47 7
162.28±103.38 151.00±105.07
160.67±100.50 n=18
n=3 n=21
8 162.10±99.82
127.50±77.07 156.77±94.70
n=11 n=2
n=13 9
69.00 69.00
n=1 n=1
Rataan Generasi
149.28
a
164.66 ±88.87
b
183.40 ±100.15
c
190.66 ±115.83
bc
162.42±100.43 ±126.14
n=501 n=453
n=206 n=44
n=1204 Keterangan : n= jumlah sampel
Superscrip menyatakan sangat nyata P0.01
Sapi FH di BBPTU mempunyai persentase masa kosong diatas 180 hari paling tinggi untuk semua generasi keturunan. Sapi generasi Induk mempunyai
persentase masa kosong diatas 180 hari paling rendah dan semakin tinggi persentasenya dengan bertambahnya generasi keturunan, sehingga sapi F3
69 mempunyai persentase tertinggi. Masa kosong tergolong efisien adalah tidak
melebihi 120 hari. Persentase sapi FH yang mempunyai masa kosong melebihi 120 hari adalah antara 50-70 dan nilai tersebut tergolong sangat tinggi. Hal
tersebut memperlihatkan bahwa masa kosong sapi FH di BBPTU tidak efisien.
Tabel 15 Persentase masa kosong sapi FH di BBPTU setiap generasi Masa Kosong
hari Induk
F1 F2
F3 60
12.40 7.10
9.76 7.14
61-90 17.40
17.96 18.05
16.67 91-120
16.40 18.63
7.80 4.76
121-150 13.80
11.31 14.15
11.90 151-180
11.40 10.86
7.32 14.29
180 28.60
34.15 42.93