22.80 Efisiensi reproduksi dan produksi susu sapi friesian holstein (fh) pada generasi induk dan generasi keturunannya

63 reproduksi untuk kawin pertama setelah beranak yang bertambah lama pada generasi keturunannya. Persentase tertinggi pada interval kawin pertama setelah beranak generasi Induk yaitu 51-70 hari, F1 pada 51-70 hari, F2 pada 71-90 hari dan F3 pada lebih 150 hari. Sapi FH di BBPTU mempunyai persentase yang cukup tinggi untuk kejadian interval kawin pertama setelah beranak diatas 150 hari yaitu 13-20 dan kejadian tersebut tergolong tidak efisien. Sapi FH generasi Induk mempunyai interval kawin pertama setelah beranak diatas 150 hari paling rendah sedangkan generasi F3 tertinggi. Sapi FH akan mengalami proses involusi uteri setelah beranak selama 40-50 hari dan ternyata terdapat sapi yang dikawinkan kembali setelah beranak di bawah 50 hari yaitu terendah pada F2 8.60 dan tertinggi F3 17.24. Tabel 12 Persentase interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU setiap generasi Interval Kawin Pertama Setelah Beranak hari Induk F1 F2 F3 50 16.70 12.71 8.60 17.24 51-70

22.61 22.80

19.59 18.97 71-90 21.22 18.69 24.90 15.52 91-110 11.13 16.07 12.65 8.62 111-130 8.70 8.79 7.35 8.62 131-150 6.09 4.30 9.80 10.34 150 13.57 16.64 17.14 20.69 Keterangan: nilai tertinggi ditunjukkan pada penebalan warna hitam Rataan interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU adalah 99.89 hari, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan sapi FH di daerah temperate contohnya di Inggris sapi FH menurut Ball dan Peters 2007 mengalami interval kawin pertama setelah beranak 45-60 hari. Sapi FH di USA menurut Murray 2009 mengalami berahi pertama 40 hari setelah beranak dan interval kawin pertama setelah beranak adalah 70 hari. Menurut Toelihere 1993 interval antara partus ke berahi pertama adalah 45-103 hari, ovulasi pertama setelah beranak biasanya terjadi tanpa disertai gejala 64 estrus dan berlangsung 35-45 hari setelah beranak. Interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU untuk generasi Induk dan F1 sesuai dengan pendapat Toelihere 1993, tetapi untuk generasi F2 dan F3 mempunyai jarak kawin setelah beranak yang sedikit lebih lama, Interval kawin pertama setelah beranak dapat dipengaruhi oleh proses involusi uterus dan timbulnya berahi pertama setelah beranak. Menurut Hafez 2000 kesuburan tertinggi dicapai bila involusi uteri telah berlangsung 60-90 hari agar estrus kembali normal secara sempurna. Sapi-sapi FH di BBPTU mengalami penurunan kesuburan untuk interval kawin pertama setelah beranak pada generasi keturunan F1, F2 dan F3. Sapi FH di BBPTU mengalami interval kawin pertama setelah beranak yang lebih panjang, karena menurut Hafez 2000 involusi uterus dapat mencapai 90 hari maka diduga adanya berahi pertama pada sapi tersebut yang tidak terdeteksi dengan baik atau adanya berahi diam sehingga terjadi penundaan perkawinan kembali setelah beranak. Sapi FH akan dikawinkan kembali setelah beranak secepatnya agar sapi tersebut bunting kembali. Interval kawin pertama setelah beranak bertambah lama pada generasi keturunan dan diduga terjadi perpanjangan karena berahi yang tidak diketahui atau adanya berahi diam. Hoards 2006 menyatakan induk sapi umumnya akan berahi 30-35 hari setelah beranak, tetapi sebagian besar berahi diam Silent Heat dan siklus kedua 80 memperlihatkan berahi. Sapi laktasi menurunkan penampilan produksi dan reproduksi pada suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi West et al. 1991. Kejadian kegagalan inseminasi karena adanya berahi diam dapat diatasi dengan pencatatan yang baik untuk memperkirakan munculnya berahi kembali setelah beranak. Berdasarkan periode laktasi, terjadi penurunan rataan interval kawin pertama setelah beranak dari laktasi pertama 108.75 hari sampai periode laktasi ke 4 93.86 hari, meningkat kembali pada laktasi ke 5 95.66 hari kemudian turun kembali pada laktasi ke 6 88.30 hari. Interval kawin pertama setelah beranak sapi FH di BBPTU mengalami penurunan waktu dengan bertambahnya periode laktasi untuk semua generasi keturunan. Sapi-sapi FH di BBPTU memperlihatkan bahwa semakin bertambah usia atau periode laktasi akan menyebabkan terjadi pemendekan waktu interval kawin 65 pertama setelah beranak. Hal tersebut berbeda dengan pendapat Mitchell et al. 2005 pada laktasi pertama interval kawin pertama setelah beranak adalah 85.8 hari tidak berbeda dengan laktasi ke dua yaitu 85.9 hari. Interval kawin pertama setelah beranak untuk periode laktasi pertama dan ke dua pada sapi di BBPTU lebih lama jika dibandingkan pendapat Mitchell et al. 2005. Sapi FH pada laktasi pertama mempunyai besar badan yang lebih rendah dibandingkan periode laktasi ke dua. Besar badan sapi FH akan bertambah dengan bertambahnya periode laktasi yaitu sampai periode laktasi ke empat dan usia sapi FH akan bertambah dengan bertambahnya periode laktasi. Menurut Sudono et al. 2005 sapi FH akan bertambah besar dari umur 2 tahun sampai umur 7 tahun disebabkan bertambah besarnya sapi karena pertumbuhan. Sapi FH yang lebih dewasa di BBPTU akan lebih cepat untuk mempersiapkan dirinya agar siap dikawinkan kembali setelah beranak. Hal tersebutlah yang mengakibatkan terjadinya interval kawin kembali setelah beranak yang lebih pendek waktunya dengan bertambahnya periode laktasi. Tabel 13 adalah tentang model regresi antara periode laktasi terhadap interval kawin pertama setelah beranak. Jumlah periode laktasi yang diukur untuk setiap generasi tidak sama. Periode laktasi mempunyai korelasi bersifat negatip antara hubungan periode laktasi dengan interval kawin pertama setelah beranak pada generasi Induk r= -0.095 dan keturunan F3 r= -0.379 , begitu juga dengan F1 r= -0.012 dan F2 r= -0.099 mempunyai korelasi negatip. Rataan korelasi secara keseluruhan sangat kecil r= -0.074 dan korelasi terbesar secara negatip terdapat pada generasi F3. Generasi Induk mempunyai model regresi linier secara nyata P0.05 dengan Log Y = 1.981 - 0.1070 Log X . Generasi F3 sangat nyata p0.01 secara linier serta nyata p0.05 untuk kuadratik dan kubik, akan tetapi karena regresi linier memiliki R 2 Waktu yang dibutuhkan untuk interval kawin pertama setelah beranak pada sapi FH di BBPTU akan berkurang dengan bertambahnya periode laktasi paling tinggi maka regresi linier yang akan digunakan dengan Log Y = 2.276 – 0.6778 Log X. Sapi FH generasi Induk dan F3 memiliki persamaan regresi yang nyata sehingga terjadi penurunan lama waktu interval kawin pertama setelah beranak dengan bertambahnya periode laktasi. 66 atau bertambahnya usia sapi FH tersebut dengan perubahan yang rendah atau sedikit karena mempunyai nilai korelasi yang sangat kecil. Periode laktasi sangat kecil pengaruhnya terhadap interval kawin pertama setelah beranak. Interval kawin pertama setelah beranak dipengaruhi oleh involusi uteri, berahi kembali setelah beranak, manajemen pakan dan manajemen pemeliharaan. Proses involusi uteri dan munculnya berahi kembali setelah beranak dipengaruhi oleh masuknya nutrisi dari pakan sehingga uterus akan cepat kembali ke normal seperti sebelum bunting. Interval kawin pertama setelah beranak dapat dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan. Berdasarkan generasinya, F3 mempunyai waktu interval kawin pertama setelah beranak yang paling lama. Keterangan : Superscrip menyatakan sangat nyata P0.01 Superscrip menyatakan sangat nyata P0.05 Tabel 13 Model regresi pengaruh periode laktasi terhadap interval kawin pertama setelah beranak Model Regresi Kawin Pertama Setelah Beranak R r 2 Korelasi Induk Linier Log Y = 1.981 - 0.1070 Log X 0.70 -0.095 Kuadratik Log Y = 2.003 - 0.1924 Log X + 0.0733 Log X 0.60 2 Kubik Log Y = 1.978 - 0.046 Log X - 0.188 Log X 2 + 0.143 Log X 0.40 3 F1 Linier - - -0.012 Kuadratik - - Kubik - - F2 Linier - - -0.099 Kuadratik - - Kubik - - F3 Linier Log Y = 2.276 – 0.6778 Log X 12.90 -0.379 Kuadratik Log Y = 2.365 – 1.099 Log X + 0.454 Log X 2 11.40 Kubik Log Y = - 0.514 + 18.43 Log X – 41.19 Log X 2 + 28.23 Log X 3 11.70 Total Linier Log Y = 761.319 – 0.0737928 Log X -0.074 Kuadratik Kubik 67 Nilai R 2 yang diperoleh untuk generasi Induk secara linier adalah 0.70 dan untuk generasi F3 secara linier adalah 12.90. Hal tersebut memperlihatkan bahwa pengaruh periode laktasi sangat kecil terhadap waktu interval kawin pertama setelah beranak dan terdapat faktor-faktor lain yang pengaruhnya lebih besar terhadap waktu yang dibutuhkan interval kawin pertama setelah beranak . Faktor suhu dan kelembaban lingkungan sangat berpengaruh dan diduga merupakan faktor terbesar terhadap timbulnya berahi kembali setelah beranak walaupun pakan yang diberikan berkualitas baik. Pakan yang dikonsumsi berkurang karena adanya suhu dan kelembaban lingkungan yang tinggi dan sebahagian dari pakan yang dikonsumsi tersebut digunakan untuk menjaga keseimbangan homeostatis suhu tubuh terhadap tingginya suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya. Masa Kosong S api FH di BBPTU mempunyai masa kosong yang semakin bertambah lama pada generasi keturunannya yaitu Induk 149.28 hari, generasi F1 164.66 hari, generasi F2 183.40 hari dan generasi F3 190.66 hari. Rataan masa kosong adalah 162.42 hari dan dapat dilihat pada Tabel 14. Generasi Induk memliki masa kosong yang sangat nyata p0.01 lebih pendek dibandingkan generasi keturunannya yaitu F1, F2 dan F3. Generasi F2 mempunyai masa kosong paling panjang daripada generasi Induk dan mempunyai kesamaan waktu dengan F3 tetapi berbeda dengan F1. Selang waktu antara kawin pertama setelah beranak dengan masa kosong adalah pada Induk 54.24 hari, generasi F1 63.68 hari, generasi F2 77.41 hari dan generasi F3 80,06 hari, dengan rataannya adalah 62.53 hari. Selang waktu tersebut semakin bertambah lama waktunya dari generasi Induk sampai dengan generasi F3. Rataan selang waktu antara kawin pertama setelah beranak dengan masa kosong adalah 62.53 hari, maka terjadi dua kali siklus berahi yang tidak diketahui karena rataan SC adalah 1.92. Sapi FH generasi F3 mempunyai selang waktu 80.06 hari, berarti mengalami 3 kali siklus berahi yang tidak diketahui. Berahi yang tidak diketahui pada sapi FH tersebut dapat berupa berahi diam Silent Heats atau peternak tidak mengamati timbulnya berahi karena sapi 68 FH tersebut telah diinseminasi dan dianggap telah bunting. Sapi FH yang telah diinseminasi tidak harus dilakukan palpasi kebuntingan PKB untuk memastikan kebuntingannya karena akan menunda waktu. Pencatatan atau recording yang baik dan pengamatan lebih teliti atau melakukan perbaikan manajemen pemeliharaan merupakan beberapa cara untuk mengatasi kegagalan pengamatan berahi. Tabel 14 Rataan masa kosong sapi FH di BBPTU Laktasi Induk hari F1 hari F2 hari F3 hari Rataan Laktasi hari 1 147.91±82.91 175.17±111.62 182.07±109.93 231.43±152.77 169.72±106.14 n=134 n=135 n=72 n=21 n=362 2 152.42±93.92 173.22±109.28 179.55±98.71 171.29±90.46 166.55±101.10 n=112 n=118 n=56 n=14 n=300 3 146.45±89.35 158.29±84.72 188.63±130.76 131.29±72.12 157.96±96.36 n=93 n=90 n=40 n=7 n=230 4 163.94±99.52 131.15±68.28 212.78±154.77 106.00±25.46 157.41±102.02 n=66 n=61 n=23 n=2 n=152 5 130.46±66.14 189.41±104.38 129.00±67,29 152.19±89.77 n=39 n=29 n=10 n=78 6 133.19±63,47 137.20±74.68 177.60±80.68 139.19±68.72 n=27 n=15 n=5 n=47 7 162.28±103.38 151.00±105.07 160.67±100.50 n=18 n=3 n=21 8 162.10±99.82 127.50±77.07 156.77±94.70 n=11 n=2 n=13 9 69.00 69.00 n=1 n=1 Rataan Generasi 149.28 a 164.66 ±88.87 b 183.40 ±100.15 c 190.66 ±115.83 bc 162.42±100.43 ±126.14 n=501 n=453 n=206 n=44 n=1204 Keterangan : n= jumlah sampel Superscrip menyatakan sangat nyata P0.01 Sapi FH di BBPTU mempunyai persentase masa kosong diatas 180 hari paling tinggi untuk semua generasi keturunan. Sapi generasi Induk mempunyai persentase masa kosong diatas 180 hari paling rendah dan semakin tinggi persentasenya dengan bertambahnya generasi keturunan, sehingga sapi F3 69 mempunyai persentase tertinggi. Masa kosong tergolong efisien adalah tidak melebihi 120 hari. Persentase sapi FH yang mempunyai masa kosong melebihi 120 hari adalah antara 50-70 dan nilai tersebut tergolong sangat tinggi. Hal tersebut memperlihatkan bahwa masa kosong sapi FH di BBPTU tidak efisien. Tabel 15 Persentase masa kosong sapi FH di BBPTU setiap generasi Masa Kosong hari Induk F1 F2 F3 60 12.40 7.10 9.76 7.14 61-90 17.40 17.96 18.05 16.67 91-120 16.40 18.63 7.80 4.76 121-150 13.80 11.31 14.15 11.90 151-180 11.40 10.86 7.32 14.29 180 28.60

34.15 42.93

Dokumen yang terkait

Efisiensi reproduksi dan produksi susu sapi friesian holstein (fh) pada generasi induk dan generasi keturunannya

0 3 161

Potensi Genetik Produksi Susu Sapi Friesian Holstein Betina di BBPTU-Sapi Perah Baturraden, Purwokerto

0 2 92

Efek Challenge Feeding terhadap Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Akhir Laktasi Di KUNAK Cibungbulang-Bogor

0 5 35

Status Kecernaan Pakan dan Produksi Susu Induk Sebagai Indikator Pertumbuhan Pedet pada Sapi Perah (Friesian Holstein) di KPBS Pangalengan

0 2 29

Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH)

0 11 28

Nilai Ekonomi Produksi Susu Induk Sapi Friesian Holstein Berdasarkan Most Probable Producing Ability (MPPA).

0 9 34

Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang Dihasilkan dari Keturunan Pejantan Impor di BBPTU HPT Baturraden.

0 1 1

TAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN KOMPONEN METABOLISME TUBUH SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) AKIBAT PERBEDAAN KUALITAS RANSUM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 86

EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 13