30.43 8.43 16.87 Efisiensi reproduksi dan produksi susu sapi friesian holstein (fh) pada generasi induk dan generasi keturunannya

85 laktasi untuk semua generasi sapi FH di BBPTU. Secara deskriptif diperlihatkan bahwa generasi Induk sapi FH di BBPTU memiliki masa laktasi yang lebih lama lebih panjang daripada generasi keturunannya dan masa laktasi semakin pendek waktunya pada generasi keturunan, sehingga generasi F3 mempunyai masa laktasi yang terpendek. Secara keseluruhan sapi FH di BBPTU memiliki rataan masa laktasi kurang dari 305 hari. Menurut Blakely dan Bade 1991 masa laktasi yang normal adalah 305 hari dengan 60 hari masa kering selang beranak 365 hari. Sapi FH di BBPTU tersebut mempunyai kemampuan memproduksi susu yang lebih rendah daripada sapi FH daerah asalnya karena mempunyai masa laktasi kurang dari 305 hari. Sapi FH di BBPTU mempunyai rataan masa laktasi 290.10 hari. Masa laktasi tersebut lebih rendah dari 305 hari karena terjadi 40-50 sapi FH yang mempunyai masa laktasi kurang dari 300 hari untuk semua generasi keturunan. Sapi FH generasi F3 mempunyai 30.43 masa laktasi selama 150-200 hari, berarti mempunyai produksi susu yang rendah dan tidak efisien. Sapi FH generasi F3 mempunyai sapi dengan masa laktasi 301-350 hari sebanyak 43.48 dan tertinggi dibandingkan generasi lain yaitu antara 15-17. Sapi FH generasi induk, F1, F2 dan F3 mempunyai masa laktasi lebih dari 550 hari sebanyak 3-9 persen. Masa laktasi melebihi 400 hari tidak diharapkan karena tidak efisien dari segi manajemen dan finansial. Tabel 25 memperlihatkan persentase masa laktasi sapi FH untuk setiap generasi. Tabel 25 Persentase masa laktasi sapi FH di BBPTU setiap generasi Masa Laktasi hari Induk F1 F2 F3 151-200 15.82 16.27

18.68 30.43

201-250 14.77

16.87 8.43

4.35 251-300 15.61 15.36 15.66 4.35 301-350

16.67 16.87

15.66 43.48 351-400 13.08 12.35 15.66 - 401-450 8.23 7.83 9.04 - 451-500 6.75 4.52 9.64 - 501-550 3.80 3.31 3.61 - 550 5.27 6.63 3.61 8.70 Keterangan: nilai tertinggi ditunjukkan pada penebalan warna hitam 86 Rataan lama selang beranak sapi FH di BBPTU adalah 445.34 hari dan lama masa kering 179.49 hari. Sapi-sapi FH tersebut mempunyai selang beranak yang lebih lama dari 365 hari tetapi memiliki lama masa laktasi yang kurang dari 305 hari. Lama laktasi yang semakin singkat akan menyebabkan terjadinya penurunan total produksi susu per laktasi, apabila tidak terjadi peningkatan produksi susu harian. Sapi FH tersebut memperlihatkan periode masa kering yang lebih lama dari yang disarankan yaitu 60 hari dan lama selang beranak yang lebih 365 hari. Sapi FH di BBPTU memperlihatkan terjadi penurunan produksi susu dari generasi Induk sampai dengan keturunan F3. Sapi-sapi FH di BBPTU berada pada lokasi yang sama dan mempunyai manajemen pemeliharaan yang dapat dikategorikan sama. Sapi-sapi FH tersebut secara genetik mempunyai keunggulan karena memiliki tetua induk dan jantan yang baik. Sapi FH di BBPTU mempunyai tingkat keragaman yang tinggi untuk rataan lama laktasi yaitu 148.01 hari 290.10 ± 148.01 hari. Tingkat keragaman masa laktasi semakin bertambah dari generasi Induk sampai dengan generasi F2 dan kembali menurun pada F3. Generasi keturunan sapi FH di BBPTU diharapkan mempunyai keragaman yang semakin menurun agar sapi FH tersebut mempunyai produksi susu yang lebih seragam. Rataan lama masa laktasi sapi-sapi FH di BBPTU semakin menurun dengan bertambahnya periode laktasi. Periode laktasi pertama memiliki masa laktasi 306.90 hari dan akan semakin menurun sampai periode laktasi ke 6 yaitu 239.13 hari. Sapi Induk dan generasi F1, F2 dan F3 mempunyai pola penurunan lama laktasi yang sama yaitu terjadi penurunan lama laktasi dari laktasi pertama sampai laktasi ke 6. Sapi-sapi FH di BBPTU mempunyai lama laktasi yang semakin menurun dengan bertambahnya umur atau periode laktasi. Sapi FH di BBPTU mempunyai genetik yang baik, mendapat pakan yang baik dan memperoleh manajemen pemeliharaan yang baik tetapi memiliki produksi susu kurang baik. Salah satu faktor yang dapat menurunkan produksi susu adalah suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya. Menurut West et al. 1991 suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan sapi laktasi menurunkan performans dan menyesuaikan kondisi fisiologinya. 87 Lama laktasi pada sapi FH dengan pola yang semakin menurun dengan bertambahnya periode laktasi di BBPTU terjadi juga pada beberapa peneliti lainnya. Menurut Vanraden et al. 2006 terjadi penurunan lama laktasi dengan bertambahnya periode laktasi yaitu periode laktasi pertama 336 hari, periode laktasi ke dua 322 hari dan periode laktasi ke tiga 306 hari. Lama masa laktasi pada sapi FH menurut pengamatan Dematawewa et al. 2007 adalah 55 lebih lama dari 305 hari karena fertilisasi rendah dan kelainan reproduksi. Produksi Susu Laktasi Lengkap Produksi susu untuk satu masa laktasi atau produksi susu laktasi lengkap merupakan produksi susu total hasil penjumlahan dari produksi susu harian selama masa laktasinya pada satu periode laktasi. Tinggi atau rendahnya produksi susu total tersebut dipengaruhi oleh produksi susu harian dan lama laktasi. Sapi-sapi FH di BBPTU mempunyai produksi susu total selama satu masa laktasi dapat dilihat pada Tabel 26. Produksi susu laktasi lengkap pada generasi Induk, F1, F2 dan F3 berturut-turut adalah 4086.80 kg, 4019.26 kg, 3941.55 kg dan 3876.92 kg dengan rata-rata produksi adalah 4035.11 kg. Produksi susu total untuk semua generasi tidak terdapat perbedaan yang nyata. Secara deskriptif memperlihatkan bahwa generasi Induk mempunyai produksi susu total paling tinggi dibandingkan generasi keturunan F1, F2 dan F3. Sapi FH generasi Induk di BBPTU mempunyai lama laktasi lebih lama dari pada generasi keturunannya dan apabila produksi susu harian tidak berbeda maka lama laktasi merupakan salah satu hal yang menyebabkan produksi susu total pada generasi Induk lebih tinggi dari pada generasi keturunan F1, F2 dan F3. Sapi FH di BBPTU untuk semua generasi mempunyai total produksi susu lebih rendah dari pada sapi FH yang berada di Amerika Serikat yang tergolong beriklim sedang temperate. Sapi FH di Amerika Serikat menurut Schmidt et al. 1988 mempunyai produksi susu rata-rata sekitar 7245 kg per laktasi. Menurut Blakely dan Bade 1991 rata-rata produksi susu sapi FH di daerah beriklim sedang per tahun 5750-6250 kg. Tadesse dan Dessie 2003 meneliti sapi FH di Ethiopia Afrika yang tergolong beriklim panas melaporkan produksi susu sapi 88 FH adalah 3028 kg. Sudono et al. 2005 menyatakan bahwa rataan produksi susu sapi FH di Indonesia adalah 10 liter per ekor per hari atau lebih kurang 3050 kg per laktasi, berarti sapi FH di BBPTU mempunyai total produksi susu satu periode laktasi masih lebih tinggi. Tabel 26 Rataan produksi susu laktasi lengkap sapi FH di BBPTU Laktasi Induk kg F1 kg F2 kg F3 kg Rataan Laktasi kg 1 4112.11±1418.32 3747.28±1617.55 3608.00±1523.26 3974.40±1238.28 3845.40±1524.66 n= 110 n= 150 n= 73 n= 21 n= 354 2 4253.84±1626.66 4504.23±1502.33 3930.23±1688.29 2853.45±1741.04 4265.61±1607.08 n= 127 n= 94 n= 54 n= 2 n= 277 3 4311.62±1538.20 4362.65±1469.40 4632.54±1788.12 4384.51±1560.32 n= 103 n= 65 n= 36 n= 204 4 4021.11±1454.05 3694.40±1911.54 4292.61±1956.42 3969.23±1670.84 n= 81 n= 40 n= 21 n= 142 5 3986.49±1471.33 3934.71±1800.11 3878.11±2061.92 3961.41±1615.68 n= 52 n= 27 n= 7 n= 86 6 3692.50±1185.47 3170.97±2435.41 2148.83±1034.74 3501.77±1583.40 n= 35 n= 12 n= 2 n= 49 7 3915.91±1133.10 3443.85±2609.16 3822.10 3829.74±1397.71 n= 18 n= 4 n= 1 n= 23 8 3471.20±1687.14 4665.20 801.85 3365.81±1747.67 n= 12 n= 1 n= 1 n= 14 9 2027.77±1137.14 2027.77±1137.14 n= 6 n= 6 Rataan Generasi 4086.80±1503.95 4019.26±1679.73 3941.55±1725.20 3876.92±1279.07 4035.11±1598.35 n=544 n=393 n=195 n=23 n=1155 Keterangan : n= jumlah sampel Sapi FH generasi keturunan F1, F2 dan F3 di BBPTU mempunyai total produksi susu dengan pola produksi yang semakin menurun, sehingga generasi F3 mempunyai total produksi susu paling rendah. Sapi-sapi FH tersebut dilahirkan di Indonesia, ternyata mempunyai total produksi yang semakin menurun pada generasi keturunan. Perubahan manajemen telah dilakukan untuk meningkatkan produksi susu pada sapi-sapi FH keturunan. Sapi-sapi generasi F3 diharapkan mempunyai total produksi susu yang lebih tinggi dari pada generasi 89 Induk akan tetapi kenyataannnya berbeda yaitu mempunyai produksi susu lebih rendah. Sapi FH di BBPTU mengalami stress panas untuk semua generasi sehingga menurunkan produksi susu. Menurut Chase 2010 sapi yang mengalami stress panas akan mengalami perubahan antara lain terjadi kenaikan suhu tubuh, respirasi meningkat dan terjadi kenaikan kebutuhan energi untuk hidup pokok. West 2003 melaporkan bahwa sapi yang mengalami cekaman panas akan terjadi kenaikan suhu tubuh dan suhu rektal, sehingga akan menurunkan konsumsi bahan kering, produksi susu dan efisiensi produksi susu. Sapi FH tersebut berada di daerah tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi menyebabkan terjadi aktivitas metabolisme dan fisiologis tubuh untuk beradaptasi terhadap kondisi lingkungan tropis. Kondisi lingkungan tropis ternyata dapat menurunkan produksi susu pada generasi keturunannya. Sapi FH akan melakukan aktivitas fisiologis untuk mengurangi pengaruh suhu dan kelembaban tinggi di daerah tropis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat West et al. 1991 bahwa suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan sapi laktasi menurunkan performans dan terjadi penyesuaian status fisiologisnya. Tabel 27 memperlihatkan persentase produksi susu satu laktasi sapi FH di BBPTU. Tabel 27 Persentase total produksi susu satu laktasi pada sapi FH di BBPTU setiap generasi Produksi Susu Kg Induk F1 F2 F3 2000 6.17 7.73 8.51 8.70 2001-3000 15.7 15.20 19.68 8.70 3001-4000 24.12 25.60

23.40 39.13

Dokumen yang terkait

Efisiensi reproduksi dan produksi susu sapi friesian holstein (fh) pada generasi induk dan generasi keturunannya

0 3 161

Potensi Genetik Produksi Susu Sapi Friesian Holstein Betina di BBPTU-Sapi Perah Baturraden, Purwokerto

0 2 92

Efek Challenge Feeding terhadap Produksi dan Kualitas Susu Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Akhir Laktasi Di KUNAK Cibungbulang-Bogor

0 5 35

Status Kecernaan Pakan dan Produksi Susu Induk Sebagai Indikator Pertumbuhan Pedet pada Sapi Perah (Friesian Holstein) di KPBS Pangalengan

0 2 29

Subsitusi Konsentrat Komersil dengan Tepung Indigofera (Indigofera sp.) untuk Konsumsi Pakan, Kecernaan dan Produksi Susu Sapi Friesian Holstein (FH)

0 11 28

Nilai Ekonomi Produksi Susu Induk Sapi Friesian Holstein Berdasarkan Most Probable Producing Ability (MPPA).

0 9 34

Ripitabilitas dan MPPA Produksi Susu 305 Hari Sapi Perah Friesian Holstein (FH) yang Dihasilkan dari Keturunan Pejantan Impor di BBPTU HPT Baturraden.

0 1 1

TAMPILAN PRODUKSI SUSU DAN KOMPONEN METABOLISME TUBUH SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) AKIBAT PERBEDAAN KUALITAS RANSUM - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 86

EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2

EFISIENSI DAN PERSISTENSI PRODUKSI SUSU PADA SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT BERBEDA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 13