BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan serta juga banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar,
maka faktor produksi modal mempunyai arti yang lebih menonjol lagi. Sebenarnya masalah modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tak akan
berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek. Modal perusahaan tersebut dapat berasal dari dua sumber
yaitu modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri atau sering disebut modal badan usaha adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri cadangan,
laba atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik modal saham, modal peserta dan lain-lain. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal
dari kreditur, yang merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan. Perimbangan atau perbandingan antara kedua golongan modal tersebut dalam
suatu perusahaan akan menentukan struktur finansiil perusahaan tersebut Riyanto, 1994:10-14.
Kondisi dunia bisnis yang dihadapi oleh suatu perusahaan perlu diperhatikan oleh manajer keuangan, karena kondisi dunia bisnis itu akan berpengaruh
terhadap struktur modal yang optimal. Kondisi dunia bisnis tersebut seperti masa boom, masa normal dan masa resesi. Masa-masa boom adalah saat-saat dimana
perusahaan sedang mengalami masa baik masa menanjak, dimana hasil penjualan sedang meningkat. Masa normal adalah masa dimana kondisi perusahaan dalam
keadaan seperti biasa. Masa resesi berarti perusahaan menghadapi penurunan penjualan. Pada masa resesi maka pembelanjaan dengan modal saham seluruhnya
adalah merupakan alternatif yang paling menguntungkan, sedangkan dalam masa boom dan normal maka penggunaan utang akan lebih menguntungkan Basri dan
Gitosudarmo, 2002:224. Struktur modal perusahaan akan berubah jika perusahaan tersebut membiayai
operasi perusahaan dengan modal asing khususnya dengan hutang jangka panjang, perubahan pada struktur modal perusahaan tersebut bisa berpengaruh
positif maupun negatif bagi pengelolaan keuangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus lebih cermat dalam menentukan sumber pembelanjaannya untuk
mencukupi kebutuhan akan modal yang diperlukan. Pada umumnya pendanaan melalui utang akan meningkatkan tingkat
pengembalian yang diharapkan dari suatu investasi, tetapi utang juga meningkatkan risiko dari investasi tersebut bagi para pemilik perusahaan, yaitu
para pemegang sahamnya. Perusahaan dapat mengurangi arus kas yang berlebihan dengan beragam cara. Salah satunya adalah dengan menyalurkannya
kembali kepada para pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian kembali saham. Alternatif lain adalah untuk mengubah struktur modal
lebih kearah utang dengan harapan adanya persyaratan penutupan utang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk lebih disiplin. Jika utang tidak tertutupi
seperti yang diharuskan, perusahaan akan terpaksa dinyatakan bangkrut, masalah- masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan timbul
ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih banyak utang dalam struktur modalnya. Selain itu ancaman kebangkrutan bukan hanya kebangkrutan saja
tetapi juga membawa masalah-masalah seperti: karyawan-karyawan penting pindah, pemasok menolak memberikan kredit, pelanggan mencari pemasok yang
lebih stabil, dan pemberi pinjaman menuntut tingkat bunga yang lebih tinggi dan menerapkan persyaratan-persyaratan pinjaman yang lebih membatasi jika terdapat
potensi kebangkrutan didepan mata, manajer-manajer juga akan kehilangan pekerjaan mereka Houston dan Brigham, 2006:19-40.
Dari kondisi-kondisi tersebut manajer keuangan harus lebih cermat mengenai keputusan pendanaan supaya memperoleh struktur modal yang optimal, apakah
menggunakan modal sendiri Internal financing atau menggunakan modal asing Debt Financing.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut antara lain: penelitian mengenai pengaruh risiko bisnis, struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2002 sampai 2006 yang dilakukan oleh Retnaningtyas 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 risiko bisnis memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap struktur modal; 2 struktur aktiva memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap struktur modal; 3 profitabilitas memiliki pengaruh
negatif yang signifikan terhadap struktur modal; 4 ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal; 5 tingkat pertumbuhan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal. Susetyo 2006 meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur
modal pada perusahaan manufaktur go public di BEJ periode 2000-2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 risiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan; 2 risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap struktur modal perusahaan; 3 struktur aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan; 4 profitabilitas berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan; 5 ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Aditya 2006 meneliti mengenai studi empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
tahun 2000-2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: hanya ada 4 variabel independen yang berpengaruh signifikan secara parsial terhadap variabel
dependen yaitu tangible assets, profitabilitas, likuiditas, dan firm size. Sedangkan 2 variabel independen yaitu operating leverage dan growth sales tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap struktur modal. Najjar dan Taylor 2008 meneliti mengenai hubungan antara struktur modal
dan struktur kepemilikan, dan hasilnya bahwa: 1 dividend policy tidak ada hubungan yang signifikan dengan leverage; 2 profitabilitas hasilnya adalah ada
hubungan yang negatif dengan leverage; 3 risiko bisnis memiliki hubungan yang negatif dengan leverage; 4 struktur asset memiliki hubungan yang positif dengan
leverage; 5 likuiditas perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan leverage; 6 tingkat pertumbuhan memiliki hubungan positif yang signifikan
dengan leverage; 7 ukuran perusahaan memiliki hubungan positif yang signifikan dengan leverage.
Santi 2003 dalam penelitiannya yang berjudul “Determinants of indonesian
firm’s capital structure” dan hasilnya menunjukkan bahwa: 1 tangibility memiliki hubungan positif yang signifikan dengan book and market value
leverage ratios. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan more tangible assets cenderung memiliki pinjaman daripada perusahaan dengan less
tangible aseets; 2 growth opportunity memiliki pengaruh negatif yang signifikan antara market to book dan short term debt ratio in book values; 3 ukuran
perusahaan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap book and market leverage ratios; 4 profitabilitas mempunyai pengaruh negatif yang
signifikan dengan book and market value of short term ratios and total leverage ratios.
Hartoro dan Atahau 2007 dalam penelitiannya analisis interdepedensi insider ownership, tingkat hutang dan dividen perusahaan secara simultan di
Indonesia periode 1990-2002 dan hasilnya menunjukkan bahwa: 1 risiko bisnis memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan tingkat hutang dan dividend pay
out ratio; 2 profitabilitas hasilnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat hutang perusahaan, dividen perusahaan dan insider ownership. Hal ini berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan menghasilkan laba maka
perusahaan akan cenderung untuk menggunakan dana sendiri daripada sumber pendanaan dari luar; 3 pertumbuhan perusahaan hasilnya signifikan, jika
pertumbuhan perusahaan tinggi cenderung memiliki dividend pay out ratio rendah karena laba yang dihasilkan cenderung ditahan untuk mendanai ekspansi
perusahaan sehingga laba yang tersisa sebagai dividend kecil; 4 ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap insider
ownership. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka tingkat insider ownership didalamnya akan semakin rendah.
Leland dan Toft 1996 meneliti mengenai “Optimal capital structure,
endogenous bankruptcy, and the term structure of credit spreads ”. Hasilnya
menunjukkan bahwa optimal leverage ratios, equity risk, credit spreads, bankruptcy probabilities, write downs in bankruptcy, dan dividend yields
konsisten dengan long term historical level. Hasil penelitian tersebut menyarankan bahwa perusahaan yang berisiko seharusnya memilih shorter term
debt, perusahaan dengan higher bankruptcy cost lebih memilih longer term debt dan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan memilih untuk
menggunakan shorter term debt. Linda 2001 dalam penelitiannya
“The determinants of dutch capital structure choice
”. Hasilnya mendapatkan bahwa: 1 tangibility memiliki hubungan yang positif dengan leverage; 2 ukuran perusahaan memiliki
hubungan yang positif dengan leverage; 3 growth opportunity memiliki hubungan yang negatif dengan leverage; 4 profitabilitas memiliki hubungan
yang negatif dengan leverage. Drobetz dan Roger 2003 dalam penelitiannya bahwa: 1 tangibility memiliki
hubungan yang positif dengan leverage; 2 ukuran perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan leverage; 3 profitabilitas memiliki korelasi yang
negatif dengan leverage; 4 volatilitas memiliki hubungan yang negatif dengan leverage; 5 investment opportunity memiliki hubungan yang negatif dengan
leverage karena perusahaan dengan high book to market ratios memiliki hubungan yang signifikan dengan lower leverage daripada perusahaan yang low
market book to ratios. Hovakimian dan Tehranian 2004 meneliti mengenai
“Determinants of target capital structure: the case of dual debt and equity issues
”. Dalam penelitiannya menghasilkan bahwa: 1 perusahaan dengan high market to book memiliki growth
opportunity yang bagus dan oleh karena itu memiliki low target debt ratios. Mereka juga mendapatkan bahwa 2 profitabilitas tidak memiliki pengaruh
terhadap target leverage. Ramlall 2009 dalam penelitiannya
“Determinants of capital structure among non-quoted mauritian firms under specificity of leverage: looking for a
modified pecking order theory ” dan hasilnya menyatakan bahwa: 1 profitabilitas,
tingkat pertumbuhan tidak dapat menerangkan leverage; 2 tangibility
berhubungan positif dengan leverage; 3 likuiditas berhubungan negatif dengan leverage; 4 size berhubungan negatif dengan leverage
Viviani 2008 dalam penelitiannya “Capital structure determinants: an
empirical study of frenchcompanies in the wine industry ”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1 profitabilitas berhubungan negatif dengan leverage; 2 tangibility berhubungan positif dan signifikan dengan leverage; 3 growth
berhubungan positif dengan leverage; 4 size dan risiko bisnis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan leverage.
Oliver dan Akhtar dalam penelitiannya “The determinants of capital structure
for japanese multinational and domestic corporation ”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa risiko bisnis, growth, profitabilitas dan ukuran perusahaan berhubungan signifikan dengan leverage.
Tan, Sim, Pham dan Chiarella dalam penelitiannya “Determinants of
corporate capital structure: australian evidence ”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1 profitabilitas memiliki hubungan yang negatif dengan leverage; 2 size memiliki hubungan positif dengan leverage; 3 growth memiliki hubungan positif
dan signifikan dengan leverage. Serrasqueiro dan Nunes dalam penelitiannya
“Determinants of capital structure: comparison of empirical evidence from the use of different estimator
”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 profitabilitas memiliki hubungan negatif
dan signifikan dengan leverage; 2 size memiliki hubungan positif dan signifikan
dengan leverage; 3 tangibility, growth dan risiko bisnis tidak signifikan dengan leverage.
Penelitian yang akan dilakukan ini berusaha untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Retnaningtyas 2009 dengan perbedaan-perbedaan sebagai
berikut: 1. Penelitian ini menguji kembali variabel risiko bisnis, struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan,tingkat pertumbuhan serta menambah lagi variabel likuiditas sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal.
2. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2004-2007.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti pengaruh risiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, tingkat
pertumbuhan dan likuiditas terhadap struktur modal dengan judul:
Pengaruh Risiko Bisnis, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan dan Likuiditas terhadap Struktur Modal Kajian
Empiris terhadap Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2007.
B. PERUMUSAN MASALAH