4. 3 Hasil Pengujian Daya Pelepasan Hara dalam Pupuk Lambat Tersedia
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui daya pelepasan Cu
2+
, Fe
2+
, dan Zn
2+
dalam pupuk lambat tersedia. Pengujian dilakukan dengan mengekstrak pupuk dengan aquades dan asam sitrat 2 pada waktu pengekstrakan 0, 15, 30,
45, dan 60 menit. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 12 – Tabel 17. Tabel 12. Hasil Ekstraksi Pupuk Cu dengan Aquades
Pupuk Kadar Cu ppm pada pengocokkan
Kadar Cu total ppm
15 30
45 60
C1 61
67 67
85 104
11.443 C2
33 41
36 46
76 10.775
Data pada Tabel 12 menunjukkan bahwa Cu
2+
telah dapat terlarut di dalam aquades walaupun tanpa pengocokan. Kadar Cu
2+
terekstrak aquades pada C1 lebih tinggi dibandingkan dengan C2, maka Cu
2+
lebih mudah terekstrak aquades pada pupuk C1.
Tabel 13. Hasil Ekstraksi Pupuk Fe dengan Aquades Pupuk
Kadar Fe ppm pada pengocokkan Kadar Fe
total ppm 15
30 45
60 F1
1 1
1 7
5.476 F2
2 1
1 2
2 7.611
Berdasarkan data pada Tabel 13, kadar Fe
2+
yang terekstrak sangat rendah. Hal ini dikarenakan pada saat proses pengeringan, Fe
2+
teroksidasi menjadi Fe
3+
yang lebih stabil dan sulit terlarut dalam aquades. Hasil ekstraksi pupuk dengan aquades menunjukkan jumlah unsur yang
tersedia pada tanah dengan kondisi netral yang dapat segera diadsorb oleh tanaman. Kadar Cu
2+
, Fe
2+
dan Zn
2+
yang terekstrak aquades jauh lebih rendah dibandingkan dengan total unsur-unsur tersebut di dalam arang aktif setelah
perendaman, data ini memperlihatkan bahwa pelepasan hara terjadi secara perlahan.
Tabel 14. Hasil Ekstraksi Pupuk Zn dengan Aquades Pupuk
Kadar Zn ppm pada pengocokkan Kadar Zn
total ppm 15
30 45
60 Z1
36 36
45 50
50 6.603
Z2 45
63 55
52 74
6.343
Tabel 15. Hasil Ekstraksi Pupuk Cu dengan Asam Sitrat 2 Pupuk
Kadar Cu ppm pada pengocokkan Kadar Cu
total ppm 15
30 45
60 C1
7.834 8.985
9.080 9.656
10.176 11.443
C2 6.219
8.418 8.134
8.513 8.692
10.775 Asam sitrat memiliki kemampuan untuk mengkelat ion logam dan
mempertahankannya tetap berada dalam larutan pada kondisi pH dimana seharusnya logam-logam tersebut mengendap. Hasil ekstraksi dengan asam sitrat
menunjukkan bahwa Cu
2+
baru akan tersedia seluruhnya setelah dikocok selama 60 menit.
Tabel 16. Hasil Ekstraksi Pupuk Fe dengan Asam Sitrat 2 Pupuk
Kadar Fe ppm pada pengocokkan Kadar Fe total
ppm 15
30 45
60 F1
1.220 2.121
2.176 2.230
2.548 5.476
F2 1.653
2.283 2.476
2.571 2.450
7.611 Asam sitrat membentuk kelat yang lebih stabil dengan Fe
3+
. Walaupun begitu, jumlah Fe yang terekstrak dengan asam sitrat cenderung jauh lebih rendah
dibandingkan dengan total Fe dalam pupuk. Tabel 17. Hasil Ekstraksi Pupuk Zn dengan Asam Sitrat 2
Pupuk Kadar Zn ppm pada pengocokkan
Kadar Zn total ppm
15 30
45 60
Z1 5.699
6.058 6.195
6.162 6.330
6.603 Z2
5.964 5.911
5.960 6.221
6.483 6.343
Hasil ekstraksi pupuk Zn dengan asam sitrat menunjukkan bahwa tanpa pengocokkan pun Zn
2+
yang terekstrak mendekati kadar Zn total dalam pupuk. Hasil pengujian ini sepertinya kurang tepat untuk menunjukkan ketersediaan
ketiga unsur yang ditambahkan terutama Zn, karena ekstraksi dengan asam sitrat biasanya digunakan untuk menetapkan kadar fosfat tersedia di dalam pupuk.
Selain itu, jumlah unsur logam yang terukur melalui ekstraksi ini tidak hanya logam yang tersedia pada pH di lingkungan perakaran di dalam tanah, tetapi juga
logam yang dikelat oleh asam sitrat yang ditambahkan. Pada kondisi alami, sebenanya tidak akan ditemui lingkungan perakaran dengan konsentrasi asam
organik hingga mencapai konsentrasi asam sitrat yang digunakan pada percobaan ini. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan bahan
pengekstrak lain yang lebih tepat untuk mengekstrak unsur mikro, seperti HCl 0,01 N atau HCl 0,05N.
Selanjutnya dilakukan juga uji untuk mengetahui mudah atau tidaknya unsur hara di dalam arang aktif hilang karena pencucian. Pengujian dilakukan
dengan mencuci pupuk arang aktif tempurung kelapa+Cu C2 sebanyak 25x, selanjutnya pupuk dikeringkan dan diamati dengan EDX Gambar 16.
Gambar 16. Hasil Pengamatan EDX pada C2 yang dicuci 25x Dari Gambar 16 diketahui bahwa unsur Cu masih ditemukan di dalam
arang aktif walaupun telah dicuci sebanyak 25x. Hal ini menggambarkan bahwa Cu diadsorb kuat dalam arang aktif dan tidak mudah lepas. Pengujian tidak
dilakukan pada pupuk lainnya karena data ekstraksi masing-masing pupuk dengan aquadest menunjukkan hasil yang hampir sama, yaitu sangat sedikit sekali unsur
yang terekstrak dibandingkan dengan kadar total unsur di dalam pupuk. 4. 4
Hasil Pengujian Pengaruh Penambahan Pupuk Lambat Tersedia terhadap Serapan Hara Tanaman
Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya perbedaan pada hara yang diserap tanaman dengan penambahan pupuk lambat tersedia. Media
yang digunakan adalah tanah gambut. Sebelum penanaman dilakukan penetapan kadar air dan kadar Cu, Fe dan Zn tersedia yang diekstrak dengan larutan DTPA
0,005M. Hasil pengukuran menunjukkan tanah gambut yang digunakan pada
penelitian memiliki kadar air 220,45, kadar Cu tersedia 0,74 ppm, Fe tersedia 46,59 ppm, dan Zn tersedia 2,48 ppm.
Percobaan dilakukan sebanyak 3 perlakuan, yaitu perlakuan media tanpa penambahan pupuk sebagai kontrol, perlakuan media dengan penambahan pupuk
C1, F1, dan Z1, dan perlakuan media dengan penambahan pupuk C2, F2, dan Z2. Pengamatan dilakukan pada akar untuk mengetahui secara kualitatif hara yang
terdapat di dalam akar sesuai dengan yang diserap tanaman. Hasil pengamatan akar tanaman yang ditanam pada media dengan penambahan pupuk kemudian
dibandingkan dengan akar tanaman kontrol. Hasil pengamatan disajikan pada Gambar 17 – Gambar 19.
Gambar 17. Hasil Pengamatan EDX pada Akar Bibit Acacia crassicarpa Tanpa Penambahan Pupuk
Gambar 18. Hasil Pengamatan EDX pada Akar Bibit Acacia crassicarpa dengan
Penambahan Pupuk C1, F1, dan Z1
Gambar 19. Hasil Pengamatan EDX pada Akar Bibit Acacia crassicarpa dengan Penambahan Pupuk C2, F2, dan Z2
Percobaan ini menguji ada tidaknya penyerapan tanaman akan unsur yang terkandung dalam pupuk yang ditambahkan Cu, Fe, dan Zn. Pada tanaman
kontrol Gambar 17, diketahui bahwa Fe sudah ditemukan pada akar tanaman kontrol, tetapi tidak demikian dengan Cu dan Zn. Fe merupakan unsur mikro yang
terdapat dalam jumlah relatif banyak di dalam tanah dibandingkan dengan unsur hara mikro lainnya. Adanya unsur Fe pada akar tanaman kontrol menunjukkan
bahwa tanaman sudah menyerap Fe walaupun media tidak ditambahkan pupuk. Gambar 18 dan Gambar 19 menunjukkan adanya Cu dan Zn yang
sebelumnya tidak ditemukan pada tanaman kontrol. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa pada masa tanam yang relatif singkat pun 3 minggu,
sudah terjadi penyerapan hara dari pupuk yang ditambahkan. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan pada parameter tumbuh
tanaman karena masa penanaman yang singkat. Oleh karena itu diharapkan ada penelitian lanjutan yang mengamati pengaruh penambahan pupuk lambat tersedia
yang dihasilkan dari penelitian ini terhadap pertumbuhan tanaman yang dilakukan pada masa tanam yang lebih lama minimal 3 bulan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN