pinjaman modal dari Bank Riau melalui dana Pemerintah Provinsi Riau. Pembayaran dilakukan setelah panen. Tabel 14 menampilkan data mengenai rata-
rata jumlah modal yang dikeluarkan oleh petambak untuk memulai usaha budidaya Udang Windu.
Tabel 14. Rata-Rata Jumlah Modal Investasi Usaha Kegiatan Budidaya Tambak Udang Windu di Masing-Masing Unit Analisis
Desa Jumlah Modal Rp
Tanjung Pasir 14.761.190,00
Tanjung Baru 7.187.374,00
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2007
6.2. Kegiatan Produksi
Kegiatan budidaya Udang Windu di masing-masing unit analisis satu siklusnya rata-rata berlangsung selama 4 bulan, yang terdiri atas masa persiapan,
masa pemeliharaan, dan masa pemanenan. Dalam satu tahun petambak dapat melakukan kegiatan usaha budidaya sebanyak 2 - 3 siklus.
6.2.1. Masa Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam masa persiapan tambak udang memakan waktu kurang lebih 4 – 8 hari. Kegiatan yang dilakukan pada masa persiapan
antara lain adalah sebagai berikut: a. Membersihkan lahan tambak, menyingkirkan lumpur-lumpur hitam dan
mengeringkan lahan selama beberapa hari. Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kualitas tanah agar tidak bermasalah pada saat kegiatan
pemeliharaan, juga untuk mematikan hama atau mikro organisme pengganggu bagi kegiatan budidaya udang windu. Salah satu cara yang
digunakan oleh petambak di lokasi penelitian dengan menggunakan obat- obatan pembasmi hama dan kapur.
b. Setelah lahan tambak diolah, kemudian diberi pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan lahan agar dapat menunjang pertumbuhan pakan alami. Jenis
pupuk yang digunakan adalah Urea dan TSP. Rata-rata urea yang digunakan
sebanyak 48,06 kg dan 40,84 kg TSP di Desa Tanjung Pasir, 42,12 kg urea dan 15,64 kg TSP di Desa Tanjung Baru untuk 1 ha lahan Tambak.
c. Setelah lahan siap digunakan, kemudian setiap petakan tambak di isi air setinggi 30 – 40 cm, selanjutnya benih siap untuk ditebar.
6.2.2. Masa Pemeliharaan
Masa pemeliharaan dimulai sejak benur ditebar dalam petakan tambak, pemeliharaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 sampai dengan 6 bulan.
Petambak di Kecamatan Tanah Merah menggunakan sistem tradisional plus dan semi intensif. Desa Tanjung Pasir menggunakan sistem semi intensif dengan
padat penebaran berkisar 45.321 ekor per ha, dengan Survival Rate SR sebesar 66,5. Di Desa Tanjung Baru menggunakan sistem tradisional plus dengan padat
penebaran berkisar 18.787 ekor per ha dengan Survival Rate SR sebesar 31,6. Petambak di daerah ini tidak hanya mengandalkan pakan alami tetapi juga
menggunakan pakan tambahan berupa pellet. Pemberian pakan tambahan biasanya dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu di waktu pagi dan sore. Pakan
yang diberikan berdasarkan hasil sampling dari bobot udang tiap minggu. Proses pergantian air dilakukan satu kali dalam satu minggu yaitu di waktu pagi atau sore
hari, tergantung kondisi perairan tambak.
6.2.3. Masa Pemanenan
Masa pemanenan adalah akhir dari 1 siklus kegiatan budidaya udang windu. Selama kurang lebih 4 bulan udang sudah siap dipanen, dengan ukuran
size standar 30. Pemanenan biasa menggunakan jaring, togok atau serok yang
dilakukan secara total. Petambak di lokasi penelitian biasanya melakukan pemanenan di waktu pagi hari dengan persiapan pada malam harinya. Proses
pemanenan dimulai dari pembuangan air ke luar tambak.
6.3. Hasil Produksi dan Pemasaran 6.3.1. Hasil Produksi