1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.Menentukan tingkat alokasi optimal dari penggunaan sumberdaya pada
pemanfaatan lahan tambak; 2.Menghitung nilai surplus pemanfaatan lahan tambak udang yang diterima
pemilik lahan; 3.Menghitung nilai land rent pemanfaatan lahan tambak udang;
4.Menghitung besarnya pengaruh perubahan variabel eksogen terhadap perubahan nilai land rent;
5.Melihat implikasi kebijakan dalam pengelolaan kawasan pesisir untuk pemanfaatan lahan tambak.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan bahan masukan bagi pengembangan kegiatan perikanan tambak di perairan pesisir
Kabupaten Indragiri Hilir. Kegiatan pemanfaatan lahan tambak di kawasan tersebut diharapkan dapat memberikan nilai pemanfaatan yang optimal dalam
konteks pembangunan berkelanjutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertambakan Udang di Kawasan pesisir
Kawasan pesisir Indonesia memiliki ekosistem yang cocok bagi pengembangan kegiatan budidaya udang di tambak air payau. Pengoperasian
tambak udang biasanya dikembangkan di daerah pasang surut. Di kawasan tersebut tersedia air setinggi 0,8-1,5 m selama periode rata-rata pasang tinggi,
yang dapat digunakan untuk budidaya udang dan untuk pengeringan secara sempurna pada saat diperlukan BPPT 1995.
Pertambakan yang dibangun di kawasan pesisir difungsikan untuk pemeliharan budidaya udang. Harris E 1997 mendefinisikan budidaya udang
sebagai kegiatan membesarkan benih udang nener menjadi udang marketable size size 30, selama labih kurang 4 bulan masa pemeliharaan. Selama masa
pemeliharaan, setiap ekor udang bila mendapat pakan dan air yang baik, akan tumbuh dengan cepat guna memproduksi daging udang.
Di Indonesia, budidaya udang di tambak dikategorikan pada tiga sistem produksi, yaitu sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Effendi I 1998
menambahkan, pada tambak intensif padat penebarannya di atas 100.000 ekor per ha, menggunakan benur dari harchery dengan pergantian air 3-4 hari sekali.
Padat penebaran yang tinggi membutuhkan pakan dalam jumlah besar. Kegiatan budidaya udang di Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir
menerapkan sistem semi intensif dengan padat penebaran cukup tinggi, menggunakan kincir dan pakan buatan atau pellet. Dalam kondisi demikian,
beban bahan organik tambak menjadi tinggi. Bahan organik berasal dari ekskresi udang, sisa pakan dan bangkai organisme yang mengendap di dasar tambak.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pada tambak semi intensif dilakukan pengaerasian dan pergantian air yang cukup, baik kuantitas maupun frekuensinya.
Upaya tersebut dilakukan guna mempertahankan kualitas air bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan optimum organisme target. Untuk mempertahankan agar
kualitas air tetap optimum bagi organisme budidaya, di tambak intensif seluas 1 ha dibutuhkan air sebanyak 29-39 liter per detik. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan tambak semi intensif dan ekstensif.