37
Gambar 9 menjelaskan bahwa berat kering akar memiliki hubungan yang linear dengan berat kering total. Hal ini dapat dilihat pada persamaan yang
bernilai positif BKA = -0.203 + 0.532 BKP, dengan nilai
R
2
Tabel 17 sebesar 85,9. Hal ini mengartikan bahwa berat kering total memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap pertambahan nilai berat kering akar.
4.2 Pembahasan
Luasnya lahan basah di Indonesia baik yang tergenang secara alami maupun yang terbentuk akibat aktivitas manusia, menjadikan hasil penelitian ini sangat
penting, karena semakin banyak informasi, tentang penggunaan pohon yang tepat pada pemanfaatan lahan basah. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kayu putih, longkida, jati dan akasia dengan perlakuan tergenang dan pemberian pupuk daun. Masing-masing tanaman yang digunakan memiliki karakteristik
tumbuh yang berbeda-beda. Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas dan dapat bertunas
kembali setelah terjadi kebakaran. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 m dpl, dapat tumbuh di dekat pantai di belakang hutan bakau,
di tanah berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah. Jenis tanaman ini mempunyai daur biologis yang panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh
baik pada tanah yang berdrainase baik maupun jelek dengan kadar garam tinggi maupun asam dan toleran di tempat terbuka serta tahan terhadap kebakaran
Sunanto 2003. Longkida tumbuh di sekitar badan sungai dan disekitar rawa. Jati tumbuh
baik pada tanah sarang, terutama pada tanah yang banyak mengandung kapur. Jenis ini tumbuh pada daerah dengan musim kering yang nyata 3-5 bulan, tipe
iklim Schmidt dan Ferguson beriklim C-F, rata-rata curah hujan 1200-2500 mm per tahun, dengan ketinggian 0-700 m dpl Departemen Kehutanan 1991.
Akasia tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin dan tidak subur. Akasia dapat tumbuh baik pada lahan yang
mengalami erosi, berbatu dan tanah aluvial serta tanah yang memiliki pH rendah 4,2. Tumbuh pada ketinggian antara 30-130 m dpl, dengan curah hujan
bervariasi antara 1.000-4.500 mm setiap tahun. Seperti jenis pionir yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, jenis akasia sangat membutuhkan sinar matahari,
38
apabila mendapatkan naungan akan tumbuh kurang sempurna dengan bentuk tinggi dan kurus Suwardji 1987. Pertumbuhan tanaman diukur berdasarkan
parameter tertentu. Parameter yang diukur pada penelitian ini antara lain pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, berat basah akar, berat basah pucuk,
berat basah total, berat kering pucuk, berat kering akar dan berat kering total, nisbah pucuk akar, kadar air, luas daun, jumlah stomata, nilai pH air, dan persen
tumbuh tanaman. Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 4 faktor pupuk, faktor jenis tanaman
dan interaksi antara faktor pupuk dengan jenis tanaman memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tinggi pada setiap tanaman. Pemberian pupuk
daun diharapkan dapat membantu pertumbuhan pucuk tanaman. Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun dari pada melalui media tanam. Hal ini disebabkan
daun mampu menyerap pupuk sekitar 90, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10. Air dan unsur hara tersebut masuk ke dalam daun melalui
lapisan kutikula Iswanto 2002, selain itu, adanya genangan pada akar tanaman yang dapat menyebabkan pencucian pupuk dapat mengurangi keefektifan dalam
pemberian hara, sehingga pemberian pupuk melalui daun dapat membantu pertumbuhan tanaman dalam kondisi tergenang.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, pupuk daun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman, hal ini diduga karena
pengaruh pemberian rendaman pada bagian akar tanaman, yang menyebabkan beberapa aktivitas fisiologis tumbuhan terganggu, turunnya jumlah ion kalium
menyebabkan proses membuka dan menutup stomata menjadi terganggu, sehingga pupuk daun tidak terserap secara baik melalui stomata tanaman. Faktor
jenis tanaman diharapkan dapat memberikan perbandingan jenis yang memiliki daya tahan yang paling baik pada kondisi tergenang.
Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian perlakuan maupun pengaruhnya terhadap
interaksi luar dari lingkungan. Dari hasil penelitian ini diketahui melalui hasil sidik ragam bahwa faktor pemberian pupuk tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Tabel 4. Hal ini menyatakan bahwa pemberian pupuk daun dengan dosis 1 gl P2 dan 2 gl P3 tidak memberikan
39
hasil pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman tanpa pupuk daun P1. Hal yang sama juga diperoleh pada percobaan Wachjar dan Prayitno 1988 yang
menunjukkan pemberian pupuk daun tidak berpengaruh terhadap semua peubah yang diamati. Hal ini mungkin disebabkan oleh media tumbuh yang digunakan
untuk pembibitan sudah baik dan subur, sehingga pengaruh pemberian pupuk daun tidak terlihat. Menurut Haarer 1962 dalam Wachjar dan Prayitno 1988
perlakuan pupuk daun kurang memberikan pengaruh pada tanah-tanah yang subur. Hal yang sama juga diperoleh pada percobaan Wachjar dan Edi I985
dalam Wachjar dan Prayitno 1988 yang menunjukkan bahwa perlakuan pupuk daun Gandasil D 3 g1 tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah pasangan daun, luas daun terbesar, bobot kering tajuk dan akar serta nisbah bobot kering tajuk akar. Bahkan pemberian pupuk daun Gandasil D 3
g1 cenderung menghambat pertumbuhan semua peubah yang diamati kecuali tinggi tanaman walaupun pengaruhnya tidak berbeda.
Kondisi air yang tergenang menyebabkan ruang pori secara keseluruhan terisi air sehingga menghambat aliran udara ke dalam tanah aerasi sehingga
mengganggu respirasi dan serapan hara oleh akar tanaman. Secara langsung yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan bukan potensial air, tetapi potensial
osmotik atau tekanan turgor. Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis,
dan pertumbuhan akar. Membuka dan menutupnya stomata dipengaruhi oleh ketersediaan air dan kandungan ion kalium pada sel penjaga, karena melalui
stomata ini akan terjadi penyerapan C0
2
dan oksigen ke dalam tanaman, terganggunya proses stomata akan mengganggu proses fotosintesis dan respirasi
tumbuhan Sumani 2010. Faktor jenis tanaman dan interaksi kedua jenis tanaman dengan pupuk
memberikan pengaruh nyata, hal ini menyatakan bahwa jenis tanaman memberikan respon yang berbeda-beda terhadap penggunaan konsentrasi pupuk.
Hampir seluruh jenis dapat tumbuh dengan tinggi terbaik dengan penggunaan konsentrasi P3, kecuali kayu putih tumbuh dengan baik pada penggunaan pupuk
dengan konsentrasi P2, hal ini diduga pengaruh cahaya matahari yang mengenai bagian daun dan pucuk kayu putih.
40
Variabel diameter merupakan salah satu faktor pertumbuhan. Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 4 pertumbuhan diameter pada setiap jenis tanaman
berbeda nyata, sedangkan pemberian pupuk dan interaksi antara faktor pupuk dan jenis tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini berarti bahwa
pemberian pupuk tidak memberikan respon yang lebih pada tanaman dibandingkan dengan pertumbuhan tanpa pupuk. Hal ini diduga, pemberian pupuk
daun lebih dioptimalkan untuk pertumbuhan yang lain. Seperti yang dikutip dari Lewenussa 2009 bahwa pada usia muda, tanaman cenderung melakukan
pertumbuhan yang cepat ke arah vertikal keatas, pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, pergantian daun,
pergantian akar, dan tinggi telah terpenuhi. Dengan demikian diduga pemberian pupuk dengan konsentrasi 1 gl P2 dan 2 gl P3 belum mampu memberikan
hara yang lebih pada kebutuhan tanaman. Berat basah total BBT merupakan indikator yang digunakan untuk
mengetahui kebutuhan air dari tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat basah total adalah panjang akar tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah
tunas Tirta 2006 .
Berdasarkan hasil sidik ragam Tabel 1 faktor jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap berat basah total. Dari hasil uji lanjut Fisher’s LSD
terlihat bahwa jenis longkida memiliki nilai BBT terbesar yaitu 172,60 gram. Hal ini disebabkan karena akar longkida yang terus berkembang, permukaan daun
yang semakin luas, dan ukuran batang tanaman yang besar. Berat kering total BKT merupakan indikator yang umum digunakan untuk
mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit karena BKT dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Nilai BKT
sekaligus menunjukkan nilai biomassa suatu tanaman. Semakin besar nilai BKT maka semakin besar nilai biomassanya. Dengan demikian, semakin besar nilai
biomassa maka akan semakin baik pula pertumbuhan bibit, hal ini dikarenakan tanaman selama hidupnya atau selama masa tertentu membentuk biomassa yang
mengakibatkan pertambahan berat dan diikuti dengan pertambahan ukuran lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif Sitompul dan Guritno 1995.
Berdasarkan sidik ragam Tabel 4 dapat diketahui bahwa jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap peningkatan berat kering total tanaman. Hal ini berarti
41
masing-masing jenis tanaman mengalami respon yang berbeda pada peningkatan berat kering total tanaman. Biomassa pucuk yang tinggi menyatakan proses
metabolisme yang lebih besar pada bagian pucuk tanaman tersebut. Menurut Harley dan Smith 1983 dalam Tuheteru 2002, bila akar
bersimbiosis dengan FMA fungi, mikoriza, arbuskula maka akar dapat menghisap nutrisi dari dalam tanah yang jaraknya jauh dari akar kemudian
dikumpulkan dan dikirimkan ke jaringan lain termasuk daun. Semakin baik atau semakin efisien proses fisiologis tanaman, maka berat kering tanaman akan
semakin besar, artinya tanaman mampu menyerap unsur hara yang tersedia untuk digunakan dalam proses pertumbuhan Salisburry dan Ross 1995. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harjadi 1991, besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan
tanaman mencerminkan bobot kering. Meningkatnya intensitas cahaya maka akan meningkatkan suhu lingkungan
tanaman, yang mengakibatkan respirasi tanaman meningkat Dwidjoseputro 1996, sehingga hasil fotosintesis bersih biomassa yang tersimpan dalam
jaringan tanaman sedikit. Dengan intensitas cahaya yang rendah, tanaman menghasilkan daun lebih besar, lebih tipis dengan lapisan epidermis tipis, jaringan
palisade sedikit, ruang antar sel lebih lebar dan jumlah stomata lebih banyak. Sebaliknya pada tanaman yang menerima intensitas cahaya tinggi menghasilkan
daun yang lebih kecil, lebih tebal, lebih kompak dengan jumlah stomata lebih sedikit, lapisan kutikula dan dinding sel lebih tebal dengan ruang antar sel lebih
kecil dan tekstur daun keras Sutarmi 1983. Daun merupakan organ tanaman tempat berlangsungnya proses fotosintesis. Bila luas daun meningkat, asimilat
yang dihasilkan akan lebih besar pula. Pemberian pupuk daun dengan penyemprotan melalui stomata daun dapat lebih menambah kecukupan hara, akan
tetapi pada penelitian ini, pemberian pupuk daun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan berat kering tanaman. Hal ini diduga rendahnya dosis
pupuk daun yang digunakan dibandingkan dengan luasan daun tanaman. Nisbah pucuk akar NPA merupakan faktor yang penting dalam
pertumbuhan tanaman yang menggambarkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan
42
fotosintesis dari tanaman Lewenussa 2009. Selama pengamatan dilakukan, jenis tanaman kayu putih dan longkida, memiliki pucuk yang dapat tumbuh dengan
baik, pucuk-pucuk dapat berganti dan berkembang menjadi daun, demikian juga bagian akar, kondisi genangan menyebabkan bagian akar bergerak ke bagian atas
permukaan air untuk memperoleh oksigen, akar kayu putih dan longkida mampu beradaptasi untuk tetap menjaga kelangsungan hidupnya. Hal yang berbeda
terlihat pada jenis jati dan akasia, di awal perendaman, pucuk tanaman dapat bertahan, akan tetapi semakin hari mengalami penurunan, bagian pucuk
mengalami kelayuan dan kemudian kering, hal yang sama juga terjadi pada bagian akar jenis jati dan akasia, bagian akar berwarna hitam dan rambut-rambut akar
tidak mengalami perkembangan sehingga terjadi penurunan pertumbuhan pada jenis jati dan akasia.
Pertumbuhan tanaman yang baik dan normal ditunjukkan dengan nilai rasio pucuk-akar yang seimbang. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian pucuk dan
akar tanaman akan kokoh dan tidak mudah roboh karena sistem perakaran tanamam mampu menopang pertumbuhan pucuknya Wibisono 2009. Hasil uji
lanjut Fisher’s LSD menunjukkan bahwa jenis akasia memiliki nilai NPA tertinggi sebesar 3,9. Hasil ini menandakan bagian pucuk tanaman berkembang
lebih baik dibandingkan dengan bagian akar tanaman, seperti uraian sebelumnya, akar akasia tidak dapat berkembang dengan baik akibat genangan, sehingga
pertumbuhan tanaman tidak seimbang, besarnya kebutuhan makanan tidak dapat disediakan oleh bagian akar tanaman, hal ini mengakibatkan tanaman layu dan
kering. Sebaliknya, longkida memiliki NPA yang paling kecil 2,0, nilai ini menyatakan pertumbuhan tanaman longkida lebih seimbang dibanding jenis lain,
pertumbuhan pucuk yang baik, juga didukung dengan sistem perakaran yang bagus. Pemberian pupuk tidak berpengaruh nyata pada peningkatan nilai pucuk
akar dan tanaman, berkembangnya bagian pucuk dari masing-masing tanaman ini diduga karena pengaruh lingkungan seperti cahaya matahari yang cukup untuk
melaksanakan proses fotosintesis. Menurut Duryea dan Brown 1984 dalam Ramadhani 2007, menyebutkan bibit dikatakan baik jika interval nisbah pucuk
akar antara 1-3 dengan nilai bibit terbaik.
43
Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap laju absorpsi. Hal ini karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang banyak, sehingga
mengakibatkan tingginya laju transpirasi, bila transpirasi meningkat maka absorpsi pun meningkat dalam rangka menjaga keseimbangan air dalam tubuh
tumbuhan. Banyaknya stomata pada daun dapat mempengaruhi laju transpirasi. Hal ini karena sebagian besar transpirasi terjadi melalui daun yang mengandung
stomata. Semakin luas daun maka semakin besar absorpsi air, dan sebaliknya semakin sempit luas daun maka akan memperlambat laju absorpsi air.
Selain faktor luas daun, cahaya juga dapat mempengaruhi laju absorpsi air. Luas daun yang besar menyebabkan laju asimilasi bersih meningkat, sehingga laju
pertumbuhan nisbi juga meningkat, dan bobot kering tanaman meningkat pula. Laju pertumbuhan nisbi adalah peningkatan bobot kering tanaman dalam suatu
interval waktu tertentu saja, bukan pertambahan bobot kering tanaman. Nilai laju pertumbuhan nisbi erat kaitannya dengan efisiensi penyerapan cahaya oleh daun,
dalam hal ini luas daun dan laju asimilasi bersih akan mempengaruhi laju pertumbuhan nisbi.
Luas daun meningkat dengan diimbangi laju asimilasi bersih yang tinggi, akan menghasilkan laju pertumbuhan nisbi yang tinggi pula Harjadi 1991.
Menurut Goldswofthy dan Fisher 1992 semakin meningkatnya luas daun maka ILD indeks luas daun akan meningkat sehingga asimilat yang tersedia juga
semakin meningkat dan dialokasikan ke bagian tanaman. Indeks luas daun adalah merupakan ukuran perkembangan tajuk yang paling umum, sangat peka dengan
kekurangan air, yang mengakibatkan penurunan dalam pembentukan dan perluasan daun dan suatu peningkatan penuaan, perontokan daun atau keduanya.
Kondisi air tergenang dalam bak penelitian, mengalami peningkatan pH, dengan pH awal 5 sampai di akhir pengamatan pH mencapai 7,68. Sebagian
molekul air pecah menjadi ion hidrogen H
+
dan ion hidroksil OH
-
. Proses itu disebut diosiasi atau ionisasi. Kecendrungan kedua ion ini untuk bergabung
kembali ditentukan oleh peluang untuk saling bertubrukan, peluang itu bergantung pada jumlah relatif ion dalam larutan. Adanya karbondioksida terlarut, dan
interaksi dengan udara dapat meningkatkan kandungan ion hidrogen di dalam air. Konsentrasi ion hirogen dinyatakan dengan skala pH, yaitu pH = - log [H
+
],
44
dengan kata lain pH sama dengan nilai mutlak konsentrasi ion hidrogen yang dinyatakan dalam pangkat negatif 10 Salisbury and Ross 1995.
Kadar air tanaman menggambarkan kebutuhan air pada tanaman. Berdasarkan hasil uji lanjut Fisher’s LSD dapat diketahui bahwa longkida
memiliki kadar air tertinggi sebesar 75,28 . Hal ini dikarenakan nilai berat basah pucuk 111,93 gr, berat basah akar 60,67 gr, berat basah total 172,60 gr yang
sangat tinggi. Menurut Hidayat 2000, air merupakan bahan untuk fotosintesis, tetapi hanya 0,1 dari total air yang digunakan untuk fotosintesis. Air yang
digunakan untuk transpirasi tanaman sebanyak 99 , dan yang digunakan untuk hidrasi 1 , termasuk untuk memelihara dan menyebabkan pertumbuhan yang
lebih baik. Selama pertumbuhan, tanaman membutuhkan sejumlah air yang tepat.
Kekurangan dan kelebihan air mengakibatkan tanaman mengalami stress. Longkida dan kayu putih memiliki persentase tumbuh yang baik 100, hal ini
disebabkan daya osmotik dan tekanan turgor tanaman yang dapat bekerja baik. Tumbuhan akan berkembang secara normal dan tumbuh subur serta aktif apabila
sel-selnya dipenuhi air, karena kekurangan akan menjadi faktor pembatas bagi petumbuhan tanaman. Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi
bebas air, suatu ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan tumbuhan Tjondronegoro et al. 1989.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan