2. Uji Hipotesa Penelitian
Hasil  pengujian  menunjukkan  bahwa  penelitian  ini  terdistribusi  secara normal  namun  tidak  homogen.  Oleh  karena  salah  satu  asumsi  tidak  terpenuhi,
maka  hipotesa  penelitian  ini  tidak  dapat  diuji  secara  parametrik  melainkan  non parametrik. Adapun uji non parametrik yang digunakan adalah mann-whitney test.
Tabel 22. Deskripsi Skor Adversity Quotient
Suku N
Mean Rank
Sum of Ranks
Skor Batak Toba
100 115.66
11566.00 Jawa
100 85.34
8534.00 Total
200
Tabel 23. U-Mann Whitney
Skor Mann-Whitney U
3484.000 Wilcoxon W
8534.000 Z
-3.705 Asymp. Sig. 2-tailed
.000 a. Grouping Variable: Suku
Dari output Rank, kita dapat  lihat  bahwa nilai  mean untuk  wirausahawan
Batak Toba lebih besar daripada nilai mean wirausahawan Jawa 115,66  85,34. Sedangkan dari nilai uji Mann-Whitney U, kita dapat lihat bahwa nilai statistik uji
Z  yaitu  -3,705  dan  nilai  sig.2-tailed  adalah  0.000    0.05.  Karena  itu  hasil  uji signifikan  secara  statistik,  dengan  demikian  kita  data  menolak  hipotesis  nol  dan
menerima  hipotesis  alternatif  dimana  ada  perbedaan  distribusi  skor  pada wirausahawan  Batak  Toba  dan  Jawa.  Sehingga  dapat  disimpulkan  bahwa  ada
Universitas Sumatera Utara
perbedaan  yang  signifikan  antara  adversity  quotient  wirausahawan  Batak  Toba dan  Jawa  dimana  adversity  quotient  wirausahawan  Batak  Toba  lebih  tinggi
dibandingkan wirausahawan Jawa.
3. Kategorisasi Skor Adversity Quotient
Azwar  2010  mengatakan  kategorisasi  skor  adversity  quotient  dapat diperoleh melalui uji signifikansi  perbedaan  antara mean skor  empirik dan mean
skor  hipotetik.  Skala  adversity  quotient    memiliki  44  aitem  yang  terdiri  dari  5 pilihan jawaban yang bergerak dari rentang nilai 1 sampai 5. Perhatikan Tabel 24.
Tabel 24. Data Hipotetik dan Empirik Variabel Penelitian
Data Hipotetik Data Empirik
N Min  Max  Mean
SD N
Min  Max  Mean SD
Batak Toba
100 44
220 132
29.34  100  101 216  115.66  23.608
Jawa 100
44 220
132 29.34  100  124
190 85.34  15.106
Valid N listwise
100 100
Tingkat  adversity  quotient    subjek  penelitian  umumnya  tinggi.  Hal  ini dapat  dilihat  dari  rata-rata  nilai  empirik  rata-rata  yang  sebenarnya  di  lapangan
yang  jauh  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  rata-rata  nilai  hipotetik  baik  pada wirausahawan  Batak  Toba  maupun  wirausahawan  Jawa,  yaitu  132:115.66  dan
132:85.34  dengan  demikian  subjek  penelitian  memiliki  adversity  quotient    yang tinggi jika dibandingkan dengan kondisi populasi pada umumnya.
Berdasarkan  Tabel  24,  selanjutnya  dapat  dilakukan  penggolongan  skor menjadi  interpretasi  skot  tinggi,  sedang  dan  rendah  untuk  variabel  adversity
quotient.  Penggolongan  mengacu  pada  data  hipotetik  dengan  standard  deviasi
Universitas Sumatera Utara
yang  digunakan  adalah  perkalian  satu  standard  deviasi  Azwar,  2010.  Tabel  25 menyajikan  besar  skor  masing-masing  variabel  penelitian  yang  tergolong  tinggi,
sedang  dan  rendah  disertai  dengan  jumlah  subjek  penelitian  yang  tergolong  ke dalam kategorisasi tersebut.
Tabel 25.
Kategorisasi Data Variabel Penelitian
Wirausaha Var.
Rentang Nilai Kategori  Jumlah
Subjek Persentase
Batak AQ
x  102.66 Rendah
1 1
102.66 ≤ x  161.34 Sedang
32 32
x ≥ 161.34 Tinggi
67 67
Jawa x  102.66
Rendah 102.66 ≤ x  161.34
Sedang 48
48 x ≥ 161.34
Tinggi 52
52
Berdasarkan  Tabel  25  dapat  diketahui  bahwa  adversity  quotient  subjek yang  memiliki  adversity  quotient  yang  tinggi  pada  wirausahawan  Batak  Toba
adalah  sekitar  67  sedangakan  wirausahawan  Jawa  adalah  sekitar  52.  Subjek yang  memiliki  adversity  quotient  yang  sedang  pada  wirausahawan  Batak  Toba
adalah sekitar 32 sedangkan wirausahawan Jawa adalah sekitar 48. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adversity quotient wirausahawan Batak Toba dan etnis
Jawa tergolong sedang dan tinggi.
C. PEMBAHASAN
Hasil utama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara adversity quotient wirausahawan Batak Toba dan Jawa. Dimana
adversity  quotient  pada  wirausahawan  Batak  Toba  lebih  tinggi  dibandingkan wirausahawan Jawa.
Universitas Sumatera Utara