commit to user
berguna untuk memberikan tanggungjawab pengajaran kepada siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator.
d. Metode Pembelajaran
Menurut Beltasar Tarigan 2000 : 42 menyatakan bahwa : ”Untuk membantu para guru mengembangkan strategi pembelajaran, ada tiga metode
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran penjas bagi siswa-siswa penyandang cacat, yaitu: 1 metode bagian dan metode keseluruhan, 2 metode gabungan, 3
metode dengan penyampaian, penjelasan dan peragaan”. Selain tiga metode yang terdapat diatas, ada juga metode yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu metode dengan penyampaian penjelasan dan peragaan.
Adapun penjelasan dari metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
1 Metode Bagian dan Metode Keseluruhan
Dalam metode bagian, tugas-tugas gerak dipelajari dan dilatih bagian demi bagian. Biasanya metode ini diterapkan apabila struktur gerak cukup kompleks
sehingga diharapkan dengan mempelajari bagian demi bagian akan memberi hasil optimal.
Misalnya untuk menguasai suatu gerak yang rumit dan kompleks dalam olahraga senam, dapat dilakukan dengan pendekatan bagian atau parsial. Contoh
lain dalam pembelajaran keterampilan menggiring, menembak, dan mengoper dalam olahraga basket, dilakukan pendekatan bagian perbagian sebelum diberikan
pengalaman permainan basket secara utuh. Artinya setelah siswa mempelajari dan menguasai bagian-bagian dari
suatui aktifitas gerak dalam olahraga permainan, maka selanjutnya bagian-bagian tersebut digolongkan kembali menjadi aktifitas yang lengkap dan menyeluruh.
Prosedur pelaksanaan metode keseluruhan adalah melatih seluruh tugas gerak yang diinstruksikan oleh seorang guru dengan frekuensi pengulangan yang
disesuaikan dengan kebutuhan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.
commit to user
Metode keseluruhan sangat coc ok digunakan untuk anak cacat, namun tergantung dari berat ringannya tugas gerak yang dilakukan dan kondisi kecacatan
yang diderita anak. Semakin rendah kompleksitas tugas gerak secara keseluruhan, dan semakin kecil taraf gangguan yang diderita anak, maka pendekatan
pembelajaran secara keseluruhan akan berlangsung secara baik. Anak-anak cacat keterbelakangan mental yang cukup berat, sebaiknya
diberikan pelajaran atau latihan keterampilan gerak secara keseluruhan. Misalnya tugas gerak dalam bola tangan atau bola basket.
Pemecahan suatu struktur gerak atau pola gerak menjadi bagian-bagian, kurang bermanfaat bagi siswa yang kurang mampu memproses informasi dengan
baik seperti anak yang mengalami keterbelakangan mental. Metode pembelajaran keseluruhan, kelihatannya juga lebih
menguntungkan apabila diterapkan kepada siswa yang mengalami cacat fisik, tetapi intelegensinya normal atau diatas normal. Sebab melalui metode
keseluruhan anak-anak cacat fisik dapat melakukan berbagai kreatifitas dengan cara memodifikasi tugas gerak atau mengadakan penyesuaian-penyesuaian tugas
gerak secara signifikan. Dalam upaya meningkatkan perolehan keuntungan penggunaan metode
keseluruhan dan bagian, para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan perlu menganalisis terhadap teknik gerakan yang akan dilakukan. Apabila teknik
gerakan yang akan dipelajari sederhana maka metode keseluruhan akan memberikan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan apabila teknik
gerakancukup rumit, maka metode bagian lebih besar keuntungan. Namun jenis tingkat kecacatan siswa juga harus mendapat perhatian dalam menetapkan metode
pembelajaran sehingga memperoleh keuntungan secara maksimal. Agar proses pembelajaran teknik dan tugas gerakan berlangsun,g dengan
efektif dan efisien, dapat dipertimbangkan variasi dalam penggunaan metode keseluruhan dan bagian. Artinya seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan dapat menetapkan metode keseluruhan, kemudian berubah menjadi metode bagian dan selanjutnya kembali lagi menerapkan metode keseluruhan. Hal
ini berarti secara umum tugas gerak disajikan secara lengkap dan menyeluruh,
commit to user
kemudian masing-masing tugas tersebut diajarkan bagian demi bagian dan selanjutnya bagian-bagian yang telah dikuasai teresebut digabungkan kembali satu
struktur yang utuh. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara membagi-bagi dalam
beberapa komponen, erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas gerak secara keseluruhan. Sebagai contoh dapat dilihat pada lompat. Struktur gerak atau pola
dalam melompat dapat diperagakan secara keseluruhan, kemudian diajarkan tentang bagaimana sikap mengayun tangan atau lengan, mencondongkan badan ke
depan, meloncat dengan kedua kaki serta posisi mendarat dengan kedua kaki yang mengoper.
Teknik-teknik tersebut dianjurkan dan dipraktekkan oleh siswa bagian demi bagian. Selanjutkan diajarkan dan dilatih mengenai cara melompat secara
keseluruhan dengan menggabungkan kembali bagian-bagian yang telah dipelajari sebelumnya.
2 Kombinasi Gabungan
Memodifikasi metode dengan cara mengubahnya menjadi kombinasi keseluruhan - bagian - keseluruhan, umumnya memberikan kemudahan dan
keuntungan bagi siswa penyandang cacat. Semakin mudah langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan pada
anak-anak cacat, semakin besar peluangnya untuk menguasai tugas-tugas gerak yang diajarkan. Kecepatan laju penyampaian instruksi dan jumlah pengulangan
serta reinforsmen reinforcement yang diberikan dalam proses pembelajaran berbanding terbalik antar satu dengan yang lainnya terhadap kemajuan dan
keberhasilan yang dicapai siswa penyandang cac at. Hal ini berarti semakin lambat penyampaian instruksi yang dilakukan
guru, dan semakin banyak frekuensi pengulangan oleh siswa, maka semakin baik kemajuan yang dicapai oleh siswa penyandang cacat.
Disamping penggunaan metode keseluruhan - bagian - keseluruhan yang cukup efektif pada siswa penyandang cacat, metode bagian progresif dapat
dipertimbangkan penggunaannya.
commit to user
Bagian pertama dan kedua, diajarkan secara terpisah dan kemudian digabungkan, dievaluasi dan disempurnakan. Selanjutnya diajarkan bagian ketiga,
dan digabungkan kembali dengan materi bagian pertama dan kedua yang telah dikuasai sebelumnya. Pola pembelajaran ini terus dilanjutkan sampai seluruh
bagian dari suatu tugas gerak selesai diajarkan secara lengkap dan menyeluruh. Metode bagian progresif cukup efektif diterapkan pada siswa penyandang cacat,
terutama anak yang mengalami kesulitan dalam pemprosesan informasi, kesulitan membuat urutan-urutan gerak dan kesulitan dalam mengintegrasikan informasi
atau tugas gerak. Kesulitan-kesulitan seperti ini umumnya ditemui pada anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar dan gangguan
emosional. Anak-anak yang mengalami gangguan keterbelakangan mental, dapat
diajarkan tentang bagaimana sikap berdiri yang baik untuk melompat dan mengayunkan lengan sekaligus melompat kombinasi dari kedua gerak.
Selanjutnya diajarkan tentang bagaimana cara melompat dengan kedua kaki dan mendarat dengan kedua kaki.
3 Metode dengan Penyampaian, Penjelasan dan Peragaan
Metode ini sudah sering dipergunakan dalam proses pembelajaran penjasorkes. Namun faktor penting dalam penerapan adalah penekanan pada
kombinasi penjelasan baik secara verbal, tertulis atau manual yang dilanjutkan dengan peragaan atau demonstrasi tugas gerak yang sebenarnya.
Sebagai contoh guru penjasorkes dapat menguraikan dan menjelaskan konsep servis bawah pada permainan bola voli, dapat dilakukan secara lisan atau
tertulis. Untuk memperkuat pemahaman siswa tentang konsep servis tersebut, maka guru melakukan demonstrasi atau peragaan teknik gerakan servis bawah.
Peragaan dapat juga dilakukan oleh siswa lainnya yang diperkirakan dapat memberikan contoh gerakan teknik servis yang baik.
Disamping itu, guru dapat membuat variasi dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya selama melakukan demonstrasi sehingga para
siswa lebih mudah memahami dan menguasai tugas gerak yang diajarkan.
commit to user
Melalui penjelasan baru dan demonstrasi, para siswa penyandang cacat lebih terdorong dan termotivasi untuk melakukan tugas gerak, sehingga memiliki
peluang lebih besar untuk memperoleh hasil dalam setiap pembelajaran. Bagi sebagian anak, terutama yang tidak bisa berbicara tuna wicara atau
bisu, tuli tuna rungu dan keterbelakangan mental, penjelasan-penjelasan yang diberikan secara sistematis dan runtut kelihatannya kurang bermanfaat. Namun
demikian, peragaan dan demonstrasi yang dapat dilihat dan diamati dari berbagai arah, sangat membantu terhadap pemantapan persepsi tentang suatu tugas gerak
yang tidak dapat mereka tangkap melalui penjelasan. Se baliknya bagi anak-anak yang mengalami kelainan visual, akan lebih bermakna informasi melalui
penjelasan dibandingkan melalui peragaan atau domonstrasi. Untuk menghadapi berbagai kasus lainnya seperti gangguan emosional
yang berat, tuna rungu, tuna netra, keterbelakangan mental yang parah atau penyandang cacat ganda, diperlukan tambahan dan penyesuaian dalam
memberikan instruksi. Oleh karena itu dituntut kreatifitas dan kejelian dari seorang guru
penjasorkes dalam memilih suatu metode yang paling cocok sesuai dengan jenis dan tingkat kecacatan siswa.
e. Pengembangan Strategi Pembelajaran