Tidak Mampu Bicara atau Tuna Wicara Cacat Mental atau Tuna Grahita

commit to user ciri-ciri dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak yang mengarah kepada kelainan pende ngaran perlu mendapat perhatian sehingga kerusakan tidak parah dapat dicegah dengan menyuruh anak pergi ke dokter THT Tenggorokan Hidung dan Telinga. Tanda -tanda adanya gangguan awal pada pendengaran adalah pada setiap pembicaraan, kepala diarahkan pada sumber suara, pertanyaan minta diulang, kurang konsentrasi, rasa sakit pada telinga, melamun dan lain-lain. Masalah dasar yang dihadapi guru pendidikan jasmani dan kesehatan terhadap anak yang mengalami gangguan pendengaran adalah bagaimana melakukan komunikasi seefektif mungkin. Bila kemudian tidak lancar, maka program pembelajaran tidak berjalan dengan lancar. Untuk memperlancar komunikasi dengan siswa, para guru penjas dapat melakkukannya dengan cara memberikan isyarat-isyarat melalui tangan. Disamping itu pula dilakukan dengan cara menempelkan materi pembelajaran di papan pengumuman, misalnya konsep melalui kualitas gerak, kesadaran, tubuh, dan ruang, serta lebih baik lagi bila disertai lagi dengan gambar -gambar yang dapat menarik perhatian. Olahraga yang cocok untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran, kelihatnannya hampir sama dengan gangguan penglihatan. Karakteristik dan kebiasaan hidup mereka sehari-hari adalah lebih banyak duduk dan diam. Oleh sebab itu fokus aktivitas lebih dituju kan pada aspe k peningkatan kebugaran jasmani.

c. Tidak Mampu Bicara atau Tuna Wicara

Menurut Beltasar Tarigan 2000 : 22 menyatakan bahwa : ”Tidak ma mpu bicara atau sering disebut ”bisu” berarti tidak mampu melakukan komunikasi melalui kata-kata seperti, gagap, artikulasi tidak jelas ataupun suara tidak terdengar, seorang yang mengalami tuna wicara mengerti apa yang dibicarakan orang tetapi tidak mampu mengutarakan pikirannya secara verbal” . commit to user Berbicara merupakan perilaku untuk menyusun suara melalui bahasa lisan. Seorang anak yang mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi atau mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi atau mengalami kesulitan dalam mengeluarkan dan mengatur suaranya disebut tidak mampu berbicara atau berbahasa. Untuk menghadapi anak yang mengalami gangguan berbicara, para guru pendidikan jasmani dan kesehatan harus mampu mengkomunikasikan program dengan baik malalui pendekatan yang sering dilakukan pada anak-anak normal. Tingkat kesulitan komunikasi lebih baik bila dibandingkan dengan anak yang mengalami gangguan pendengaran. Aktivitas jasmani yang diberikan kepada siswa yang tidak mampu berbicara, dititik beratkan pada upaya-upaya peningkatan kebugaran jasmanidan keterampilan gerak dasar. Umumnya semua jenis olah raga dapat diberikan, dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Semua anak memiliki seperangkat kebutuhan keterampilan, dan keterbatasan-keterbatasan dalam penjasorkes. Yang jelas, guru penjasorkes harus mampu menterjemahkan informasi yang berkaitan dengan keunikan keunikan setiap anak kedalam pembelajaran yang berorientasi pada perbaikan dan perkembangan fisik, mental, sosial, dan intelektual anak menuju masa depan yang lebih cerah.

d. Cacat Mental atau Tuna Grahita

Menurut Mohammad Amin 1995 :34 menyatakan bahwa : ”Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan, sosial, emosi, kepribadian, dan fungsi mental lain sehingga anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya”. Menurut Tjutju Soetjihati Soemantri 1996 : 38 menyatakan bahwa : ”Anak tuna grahita merupakan kondisi anak yang kecerdasannya dibawah rata- rata, yang ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketida kcakapan dalam interaksi sosial”. commit to user Sedangkan menurut Munzayanah 2000 : 34 menyatakan bahwa : ”Anak tuna grahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuata nnya sndiri di dalam masyarakat” . Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita adalah kondisi anak yang abnormal dimana mereka memiliki ketidakmampuan atau hambatan dalam fungsi intelektual, sosial, emosional, dan kepribadiannya sehingga mereka mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya. Ada dua faktor dominan yang dianggap sebagai penyebab keterbelakangan mental. Kategori petama adalah kerusakan otak dan kategori kedua adalah budaya dan keluarga. Kerusakan otak yang mengacu pada keterbelakangan mental disebabkan kecelakaan atau bisa juga mengalami kerusakan sebelumnya, selama atau setelah kelahiran. Sedangkan kategori budaya atau keluarga disebabkan oleh lingkungan dan genetik. Siswa yang mengalami keterbelakangan mental, tidak bisa memadukan informasi seperti rata-rata yang dapat dilakukan siswa normal pada umumnya. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani dan kesehatan harus memberikan materi pembelajaran secara bagian dan disederhanakan. Waktu partisipasi dalam suatu aktivitas lebih lama, instruksi harus sering diulang, dan menggunakan kalimat pendek. Apabila berhasil dalam suatu keterampilan, berikan pujian atas usaha yang dia lakukan. Dalam memantapkan persepsi dalam suatu teknik atau aktifitas, lakukan demonstrasi sehingga para siswa dapat melihat secara jelas teknik yang benar dan melakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang mengalami keterbelakangan mental yang ringan dan sedang, tetap dapat mengikuti aktifitas pandidikan jasmani dan kesehatan. Sehingga seorang guru pendidikan jasmani dan kesehatan harus hati-hati terhadap perubahan-perubahan tingkah laku, yang sering berubah secara cepat dan dapat mengganggu kenyamanan siswa lainnya. commit to user Olahraga yang cocok bag] mereka adalah olahraga yang sifatnya non kompetitif. Dalam setiap aktivitas, lebih banyak ditekankan pada permainan yang dapat menimbulkan kesenangan dan perkecil aktifitas yang bersifat kompetisi.

e. Cacat Fisik atau Tuna Daksa

Dokumen yang terkait

Peran perpustakaan SLB dalam menumbuhkan kemampuan literasi informasi bagi anak tunanetra : studi kasus perpustakaan SlB-A Pembina Tingkat Nasioanl Jakarta

22 112 102

STUDI TENTANG PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUARBIASA SE KOTA SURAKARTA TAHUN 2010

0 3 127

PENANAMAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH LUAR BIASA Penanaman Karakter Kemandirian Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 1 15

PENANAMAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH LUAR BIASA Penanaman Karakter Kemandirian Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus Sekolah Luar Biasa Negeri Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 1 9

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON: Studi Deskriptif Survey Pada Guru Pendidikan Jasmani Di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

1 1 30

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH LUAR BIASA TUNAGRAHITA Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Luar Biasa Tunagrahita (Studi Fenomenologi Slb-C Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012).

0 1 15

PENDAHULUAN Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Luar Biasa Tunagrahita (Studi Fenomenologi Slb-C Negeri Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012).

0 1 9

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA Strategi Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus di Sekolah Mitra Ananda Colomadu Karanganyar).

0 2 13

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA Strategi Pembelajaran Matematika Pada Anak Autis Di Sekolah Luar Biasa (Studi Kasus di Sekolah Mitra Ananda Colomadu Karanganyar).

0 6 10

PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA

0 0 7