commit to user
Beltsar Tarigan 2000 : 10 menyatakan bahwa : ”Penjas adaptif bertujuan untuk merangsang perkembangan anak secara menyeluruh, dan diantara aspek penting
yang dikembangkan adalah konsep diri yang positif”. Dari penjelasan diatas para guru pendidikan jasmani adaptif sebaiknya
membantu peserta didiknya agar tidak merasa rendah diri dan terisolasi dari lingkungannya. Kepada peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan
aktivitas jasmani melalui berbagai macam olahraga dan permainan. Pemberian kesempatan itu merupakan pengakuan bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban
yang sama dengan anak-anak normal. Melalui aktivitas pendidikan jasmani dan kesehatan adaptif yang mengandung unsur kegembiraan dan kesenangan, anak-
anak dapat memahami dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
3. Ruang Lingkup Peserta Penjasorkes Adaptif
Siapa saja yang termasuk peserta penjasorkes adaptif, perlu
diidentifikasikan dan dikategorikan sesuai dengan kecacatannya. Prinsip pengajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik juga berlaku dalam
penjasorkes adapti£ Adapun jenis jenis kecacatan peserta penjasorkes adaptif sebagai berikut :
a. Gangguan Penglihatan atau Tuna Netra
Kerusakan penglihatan dapat mempengaruhi berbagai penampilan anak. Oleh sebab itu anak yang mengalami kerusakan penglihatan harus mendapat
perhatian dari guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, termasuk penggunaan metode pendekatan yang spesifik sesuai karakteristiknya yang cukup
unik itu. Menurut Tien Supartinah 1995 : 16 menyatakan bahwa : ”Anak tuna
netra tidak hanya anak yang tidak mampu melihat sama sekali buta, tetapi juga anak yang hanya mampu melihat dalam keterbatasan low vision”.
Dari pengertian yang telah disebutkan dapat disaimpulkan bahwa anak tuna netra adalah anak yang memiliki penglihatan tidak normal, biasanya diukur
dari tingkat ketajaman penglihatan, sehingga ia menggunakan indera yang lain
commit to user
selain indera penglihatan seperti pendengaran, perabaan, dan penciuman. Gangguan penglihatan atau kebutaan artinya adalah adanya kerusakan pada mata,
sehingga tidak dapat melihat dan dampaknya merugikan terhadap penampilan anak se lama masa pendidikan. Terdapat bebrapa istilah yang berbeda mengenai
kebutaan atau gangguan penglihatan. Namun secara umum, gangguan penglihatan dapat dilihat dariketajaman penglihatan berdasarkan ”snellen chart”. Seseorang
yang memiliki penglihatan normal mampu membaca deretan huruf tertentu dari jarak 20 kaki. Kemampuan penglihatan seperti ini disebut penglihatan 2020,
semakin besar bilangan penyebut berarti semakin berkurang penglihatannya. Sebagai contoh seseorang memperoleh skor 2070 dari hasil tes snellen
maka hasil ini dapat diartikan bahwa anak tersebut baru bisa membaca pada jarak 20 kaki, sedangkan mata normal dapat membaca pada jarak 70 kaki 1 kaki = 30
cm. Bagi orang yang buta legal skornya paling baik 20200, artinya dia harus berada pada jarak 20 kaki untuk membaca huruf, sedangkan mata normal dapat
membaca dari jarak 200 kaki. Demikian beberapa contoh klasifikasi penglihatan yang dapat diketahui
berdasarkan ”Tes Snellen ”. Paparan ini sekedar sebagai pengetahuan, sebab yang paling penting bagi seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah bagaimana menyikapi dan memperlakukan siswa penderita gangguan penglihatan agar dapat berpartisipasi aktif dalam proses belajar pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisiknya berjalan dengan baik.
Menurut Beltasar Tarigan 2000 : 18 menyatakan bahwa : ”Gangguan penglihatan secara langsung memperoleh mutu gerakan dan
kemampuan perseptual motorik karena seseorang tidak mampu mempersepsi rangsang visualsecara normal. Tugas guru pendidikan
jasmani adaptif adalah membangkitkan sikap positif dan motivasi siswa untuk tetap berpartisipasi secara aktif sesuai dengan kemampuannya”.
Oleh karena itu seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,
seharusnya memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi dan interaksi secara baiki dengan para siswa yang mengalami gangguan penglihatan. Dan yang
tidak kalah pentingnya guru pendidikan jasmanai adaptif memiliki sikap positif
commit to user
terhadap mereka serta memberikan motivasi bahwa gangguan penglihatan bukanlah suatu kejadian yang tidak dapat dikompensasikan.
Prinsip pengajaran sesuai dengan karakteristik siswa yang mengalami gangguan atau cacat penglihatan juga berlaku dan sangat relevan. Baik segi
aktifitas yang terpilih dari metode yang digunakan, keduanya dirancang dengan memperhatikan kecacatan penglihatan.
Jenis olahraga yang cocok bagi penderita gangguan penglihatan adalah olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan jantung paru. Hal ini
sesuai denga n kebutuhan dan kebiasaan hidup sehari-hari yang memerlukan tingkat kebugaran yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal. Sebab
dalam melaksanakan tugas sehari-hari, mereka yang mengalami gangguan penglihatan memerlukan usaha-usaha yang lebih banyak dan kompleks, serta
memerlukan energi yang lebih besar pula. Oleh karena itu olahraga yang disarankan adalah olahraga yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani,
misalnya lari ditempat, atau lari menempuh jarak tertentu melalui berbagai penyesuaian alat bantu.
b. Gangguan Pendengaran atau Tuna Rungu