Kelarutan Elemen-elemen Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid

minggu. Berger dkk. 2009 di dalam penelitiannya menemukan penyerapan air pada resin komposit microfiller lebih banyak dibandingkan resin komposit minifiller dan nanofiller setelah direndam di dalam air selama 7 hari. Akan tetapi kelarutan pada resin komposit minifiller lebih besar dibandingkan kedua jenis resin yang lain. Lagouvardos dkk. 2003 mendapatkan resin komposit mikrohibrid dan resin komposit hibrid lebih cepat menyerap air dibandingkan semen ionomer kaca modifikasi resin. Penyerapan cairan yang maksimal dengan level 80 pada resin komposit mikrohibrid dan hibrid dicapai setelah 56 jam sedangkan semen ionomer kaca modifikasi resin dicapai setelah 190 jam. Kandungan air pada resin komposit hibrid 2,03, resin komposit mikrohibrid 1,01 dan semen ionomer kaca modifikasi resin 1,45. Nayif dkk. 2005 juga mendapatkan adanya penyerapan air pada bahan restorasi resin komposit setelah direndam di dalam air destilasi selama 180 hari. Jumlah air yang diserap dipengaruhi oleh komposisi bahan dan waktu perendaman. Semen ionomer kaca modifikasi resin mengandung semen ionomer kaca yang memiliki sifat hidrofil, sedangkan pada resin komposit mikrohibrid mengandung monomer resin EBis-GMA yang hidrofobik.

5.2 Kelarutan Elemen-elemen Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid

dan Nanohibrid setelah Perendaman di Dalam Saliva Buatan Selama 2, 4, 6, dan 8 Jam Penyerapan cairan pada resin komposit akan diikuti oleh kelarutan elemen- elemen di dalamnya. Kedua sifat ini terjadi bersamaan dan saling berkaitan apabila resin komposit berkontak dengan suatu cairan. Ada beberapa penelitian yang telah Universitas Sumatera Utara dilakukan sebelumnya untuk membuktikan adanya kelarutan pada bahan restorasi resin komposit setelah direndam di dalam suatu cairan. Salah satunya adalah El- Hejazi 2001 yang mendapatkan adanya penyerapan air dan kelarutan pada resin komposit microfine lebih besar dibandingkan resin komposit hibrid yang direndam di dalam air destilasi. Michelsen dkk. 2003 menemukan lebih dari 36 substansi yang terdeteksi pada larutan perendam bahan restorasi gigi berbasis polimer, yaitu resin komposit, kompomer, dan semen ionomer kaca modifikasi resin. Elemen yang terlepas paling banyak di dapatkan dari larutan etanol dibandingkan larutan Ringer. TEGDMA merupakan komponen yang paling banyak terlarut dari bahan-bahan tersebut. Pada penelitian Al-Hiyasat dkk. 2004 ditemukan adanya pelepasan BPA, Bis-GMA dan TEGDMA dari resin komposit yang direndam di dalam etanol selama 4 minggu. Konsentrasi TEGDMA paling tinggi yaitu 5945 µgml, diikuti Bis-GMA 2097 µgml dan BPA 78 µgml. Konsentrasi ketiganya menurun seiring meningkatnya waktu perendaman. Archegas dkk. 2009 dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa Bis-GMA merupakan monomer yang terlarut dan memiliki konsentrasi yang paling rendah dibandingkan TEGDMA dan UDMA, sedangkan monomer yang terlarut dengan konsentrasi yang paling tinggi adalah UDMA. Oleh karena itu, selain penelitian tentang penyerapan cairan pada resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid, dilakukan juga penelitian mengenai kelarutan elemen-elemen dari resin komposit yang telah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Untuk membuktikan adanya kelarutan elemen-elemen resin Universitas Sumatera Utara komposit, dilakukan dengan memeriksa komposisi resin komposit sebelum dan setelah perendaman dengan menggunakan alat Energy Disspersive X-Ray EDX. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya pelepasan dan pengikatan beberapa elemen pada resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan yang ditandai dengan perubahan persentase berat dari elemen-elemen yang terkandung di dalam kedua jenis resin komposit. Pada penelitian ini, dilakukan pendeteksian elemen-elemen yang terkandung di dalam resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid sebelum direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Pada resin komposit mikrohibrid, elemen- elemen yang terdeteksi adalah karbon, silika, oksigen, fluor, natrium, aluminium, dan indium. Pada resin komposit nanohibrid, elemen-elemen yang terdeteksi adalah karbon, oksigen, silika, aluminium, dan titanium. Elemen-elemen yang terkandung di dalam resin komposit baik mikrohibrid atau nanohibrid memiliki persentase berat yang berbeda-beda. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dapat dilihat bahwa silika adalah bahan pengisi utama pada resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid. Setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam, elemen- elemen yang dapat dideteksi pada resin komposit mikrohibrid adalah karbon, oksigen, silika, natrium, aluminium, kalium dan magnesium. Setelah resin komposit direndam di dalam saliva buatan, elemen karbon, silika, natrium dan aluminium mengalami penurunan persentase berat. Akan tetapi oksigen mengalami kenaikan persentase berat. Selain elemen yang pada awalnya sudah dideteksi sebelum perendaman, juga terdeteksi elemen lain, yaitu kalium dan magnesium, setelah resin komposit direndam Universitas Sumatera Utara di dalam saliva buatan. Kalium diduga berasal dari saliva buatan. Akan tetapi, magnesium tidak diketahui darimana asalnya, kemungkinan magnesium merupakan kontaminan. Perubahan komposisi elemen pada resin komposit mikrohibrid yang terjadi pada penelitian ini menunjukkan adanya penguraian dan pembentukan ikatan antar unsur diantara elemen-elemen resin komposit mikrohibrid dengan saliva buatan. Unsur lain yang tidak terdeteksi setelah resin komposit direndam di dalam saliva buatan adalah fluorida. Pelepasan fluorida dari resin komposit dapat dipengaruhi oleh pH media perendaman. pH cairan akan mengakibatkan kerusakan pada partikel glass yang meningkatkan pelepasan fluorida dari bahan Eliades, 2003. Pada penelitian ini menggunakan saliva buatan dengan pH 6,8. Kemungkinan dengan pH 6,8 sudah cukup untuk menyebabkan pelepasan unsur fluorida. Weidlich dkk. 2000 mendapatkan adanya pelepasan fluorida dari resin komposit dan semen ionomer kaca setelah direndam di dalam saliva buatan dengan pH 6,8 selama 24 jam. Resin komposit melepaskan fluorida lebih sedikit dibandingkan semen ionomer kaca. Begitu juga dengan penelitian Miranda dkk. 2002 yang mendapatkan adanya pelepasan fluorida dari semen ionomer kaca dan komposit resin setelah direndam di dalam saliva buatan selama 20 hari. Fluorida yang terlepas dari resin komposit lebih sedikit dibandingkan semen ionomer kaca. Pada penelitian Bayrak dkk. 2010 juga didapatkan pelepasan fluorida dari beberapa bahan restorasi semen ionomer kaca, semen ionomer kaca modifikasi resin, kompomer dan resin komposit flowable, setelah direndam di dalam air selama 42 hari. Universitas Sumatera Utara Elemen-elemen resin komposit nanohibrid yang terdeteksi setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam adalah karbon, oksigen, silika, aluminium, dan barium. Persentase berat karbon pada sampel setelah direndam selama 2, 4, 6, dan 8 jam di dalam saliva buatan menunjukkan penurunan persentase berat. Sama halnya dengan silika yang mengalami penurunan persentase berat pada sampel yang telah dilakukan perendaman, sedangkan oksigen, aluminium dan barium mengalami kenaikan persentase berat setelah sampel resin komposit nanohibrid direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam. Elemen yang tidak terdeteksi setelah perendaman adalah titanium. Elemen-elemen yang terlepas dari resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam kemungkinan berada atau berikatan dengan saliva buatan yang memerlukan penelitian lanjutan. Hasil pada penelitian ini sesuai dengan penelitian Oysaed dan Ruyter 1986 yang menunjukkan adanya penyerapan cairan pada beberapa jenis resin komposit yang direndam di dalam air destilasi selama 7, 28, 56, 100, dan 110 hari. Penyerapan cairan yang paling tinggi terjadi pada resin komposit microfiller. Terjadi pelepasan ion organik berupa silika dari partikel filler ke dalam air perendaman dengan jumlah yang berbeda. Jumlah silika terlepas yang paling banyak berasal dari resin komposit yang memiliki nilai penyerapan yang paling tinggi. Selain silika, dideteksi juga boron 1-5, barium 5-10, sodium 1-5, lithium 1-5 dan stronsium 0,1-1 pada air destilasi. Kelarutan resin komposit di dalam air bervariasi dari 0,25 sampai 2,5 mgmm 3 . Penguraian dan pelepasan elemen-elemen resin komposit dapat Universitas Sumatera Utara menyebabkan penurunan ketahanan terhadap keausan dan menimbulkan abrasi pada resin komposit, serta merusak kestabilan warna resin komposit Sakaguchi, 2012. Selain elemen bahan pengisi resin komposit yang dapat terlarut di dalam suatu cairan, monomer resin komposit juga dapat terlarut. Akan tetapi pada penelitian ini tidak dilakukan pendeteksian monomer resin yang terlarut setelah resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam. Pada penelitian Sediridou dkk. 2005 dijumpai adanya monomer yang terlepas setelah sampel resin komposit direndam di dalam 75 ethanol-water selama 3 jam sampai 30 hari. Koin dkk. 2008 mendapatkan bahwa sebanyak 67-75 sampel composite overlayer model system yang direndam di dalam air selama 2 minggu mengalami kehilangan satu atau dua gugus metakrilat dari Bis-GMA. Archegas dkk. 2009 di dalam penelitiannya juga mendeteksi monomer bis- GMA,UDMA dan TEGDMA dari sampel resin komposit yang terlarut setelah perendaman selama 28 hari di dalam air deionisasi bersuhu 37ºC. Konsentrasi maksimal dari monomer yang terlarut terjadi pada tujuh hari pertama. Monomer resin yang terlepas dari resin komposit bersifat sitotoksis yang dapat menimbulkan reaksi alergi sampai menyebabkan kerusakan sel genom. Pelepasan monomer resin komposit mempengaruhi sejumlah kunci regulasi metabolisme sel. Ketidakseimbangan redoks memegang peranan penting. Substansi- substansi ini mempengaruhi fungsi sel setelah peletakan bahan adesif diatas pulpa gigi atau pada kavitas yang dalam. Monomer yang terkandung di dalam resin komposit menyebabkan inflamasi seperti pulpitis dan reaksi alergi seperti alergi Universitas Sumatera Utara dermatitis kontak. Substansi ini kemungkinan dapat mengganggu reaksi imunitas, penyembuhan luka, diferensiasi dan regenerasi sel Scmalz, 2009.

5.3 Gambaran Morfologi Permukaan Bahan Restorasi Resin Komposit