2.1.4.2 Kelarutan Apabila resin komposit disimpan di dalam air akan menyebabkan pelepasan
ion inorganik dan monomer sisa. Kelarutan resin komposit di dalam air bervariasi mulai dari 0,25 sampai 2,5 mgmm
3
atau 1,5-2,0 berat. Silikon merupakan ion yang terbanyak keluar selama 30 hari pertama perendaman dan akan berkurang seiring
bertambahnya waktu perendaman. Boron, barium dan strontium juga dapat keluar dari resin komposit yang direndam di dalam air. Komponen lain yang dapat terlarut
adalah monomer sisa. Monomer sisa adalah monomer resin yang tidak bereaksi polimerisasi terjadi O’brien, 2002; Powers, 2006.
Pelepasan monomer sisa dari bahan restorasi resin komposit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kimiawi komposit terutama kelarutan dan molekul dari
monomer yang digunakan, derajat konversi, derajat cross-linking jaringan polimer, perlakuan permukaan dari partikel filler dan sifat pelarut Ferracane, 2006.
2.2 Saliva dan Saliva Buatan
Saliva yang disebut juga dengan cairan mulut adalah suatu cairan yang dikeluarkan kelenjar ludah di dalam rongga mulut. Saliva merupakan sekresi
campuran yang diproduksi oleh kelenjar parotis sebanyak ± 90, submandibula, sublingual, dan kelenjar aksesoris pada palatum lunak dan pada permukaan dalam
bibir dan pipi. Saliva memiliki berbagai fungsi, diantaranya:
Universitas Sumatera Utara
1. Perlindungan, saliva memberikan perlindungan dengan membuat
pembasahan yang baik pada permukaan jaringan lunak dari kerusakan fisis yang disebabkan oleh tekstur makanan yang kasar atau temperatur tinggi.
2. Perbaikan, adanya lapisan protein dan glikoprotein yang kaya akan
kalsium dan fosfat pada permukaan enamel, dipercaya dapat memberikan efek remineralisasi pada karies dini.
3. Pencernaan, pelumasan dengan saliva membantu melunakkan makanan
dan membentuk makanan menjadi bolus agar mudah untuk ditelan. Adanya enzim di dalam saliva juga membantu menguraikan makanan.
4. Pengatur keseimbangan air, ketika tubuh mengalami dehidrasi aliran
saliva menjadi berkurang sehingga menimbulkan perasaan haus. 5.
Pengucapan, adanya pembasahan pada lidah dan bibir memudahkan proses pengucapan.
Saliva mengandung 94,0-99,5 air. Komponen-komponen ludah dapat dibedakan menjadi komponen anorganik dan bioorganik. Komponen anorganik
adalah elektrolit berbentuk ion, seperti Na
+
, K
+
, Ca
2+
, Mg
2+
, Cl
-
, HCO
3 -
, NH
4+
, F
-
, SN
-
dan fosfat. Komponen bioorganik terutama adalah protein dengan jumlah 0,15- 0,25 gr per 100 ml, musin, sejumlah kecil lipida, asam lemak dan ureum.
Glikoprotein bertanggungjawab menjaga viskositas dan fungsi pelumasan pada saliva. Komponen protein lainnya
dapat berupa enzim α-amilase, lisozim, kalikrein, laktoperoksidase, protein kaya prolin, musin, imunoglobulin, laktoferin dan gustin.
Selain komponen-komponen tersebut masih banyak lagi enzim lain. Sistem buffer
Universitas Sumatera Utara
pada saliva terjadi apabila pH saliva dibawah nilai 5 dan keefektifan pH dan sifat buffer saliva tergantung kepada kandungan bikarbonat pada saliva Cole, 1988; Van
Nieuw, 1991. Kelenjar saliva dapat mengalami disfungsi sehingga jumlah dan kualitas
saliva dapat berubah. Untuk menstimulasi fungsi kelenjar saliva digunakan saliva buatan. Saliva buatan menggantikan fungsi saliva asli dalam hal perlindungan,
perbaikan, pengucapan dan pengatur keseimbangan air. Selain memiliki manfaat seperti yang disebutkan di atas, saliva buatan juga digunakan pada uji laboratorium
yang membutuhkan kondisi kimia yang sama seperti saliva asli di dalam rongga mulut. Penggunaan saliva buatan untuk penelitian di bidang kedokteran gigi telah
ditemukan sejak tahun 1931, ketika Souder dan Sweeney meneliti tentang keracunan penggunaan restorasi amalgam. Saliva buatan mengandung komponen yang sama
dengan saliva asli, tetapi tidak mengandung enzim. Saliva buatan dapat dibuat dengan berbagai macam metode pencampuran komposisi. Salah satu metodenya adalah
dengan mencampurkan berbagai komposisi sebagai berikut NaCl, KCl,KSCN, KH2PO4, Urea, Na2SO4. 10H2O, NH4Cl, CaCl2. 2H2O, NaHCO3 Preetha, 2005
.
2.3 Alat Uji