2.1.2.5 Resin komposit nanofiller
Perkembangan nanoteknologi menciptakan jenis baru bahan restorasi resin komposit, yaitu nanokomposit dan nanohibrid. Nanokomposit menggunakan partikel
filler yang berukuran nanometer, sedangkan nanohibrid merupakan kombinasi partikel filler berukuran nanometer dengan filler berukuran konvensional.
Nanokomposit mengandung partikel filler berupa zirkonium atau silika berukuran ±25 nm dan kumpulan nano partikel berukuran ±75 nm. Distribusi partikel filler nano
di dalam resin komposit sekitar 79,5 Gladwin, 2009; Kaur, 2011.
2.1.3 Polimerisasi resin komposit
Polimerisasi resin komposit merupakan hal yang sangat penting di dalam mendapatkan hasil tambalan yang memiliki sifat fisik dan mekanis yang baik.
Polimerisasi adalah proses pengerasan polimer dengan membentuk ikatan antara monomer-monomer menjadi rantai polimer yang panjang dengan suatu aktivasi
tertentu. Ada 3 macam aktivasi polimerisasi bahan restorasi resin komposit, yaitu aktivasi kimia, aktivasi sinar dan aktivasi kimia-sinar O’Brien, 2002; Powers, 2006;
Anusavice, 2008; Powers, 2008; Van Noort, 2008; Gladwin, 2009. Polimerisasi resin komposit yang diaktivasi sinar merupakan jenis
polimerisasi adisi radikal bebas. Ada 3 tahapan, yaitu inisiasi, popagasi dan terminasi. Reaksi polimerisasi dimulai dengan tahap inisiasi yaitu terbentuknya radikal bebas
dari reaksi kimia bahan akselerator, seperti tertiary amine atau asam sulfinik dengan peroksida organik. Kemudian pada tahap propagasi terjadi penggabungan monomer
Universitas Sumatera Utara
melalui pembentukan ikatan antar monomer untuk membentuk rantai polimer dengan adanya radikal bebas. Pada reaksi terminasi telah terbentuk polimer resin komposit
dengan sempurna karena semua radikal bebas telah bereaksi dengan monomer membentuk polimer Anusavice, 2008; Gladwin, 2009; O’Brien, 2002; Powers,
2006. Polimerisasi resin komposit aktivasi sinar dipengaruhi oleh intensitas sinar,
ketebalan bahan, jarak penyinaran dan lama penyinaran. Intensitas sinar pada permukaan dan waktu penyinaran merupakan hal yang sangat penting. Ujung sumber
sinar sebaiknya diletakkan pada jarak 3 sampai 4 mm dari permukaan dengan kedalaman restorasi 2 sampai 2,5 mm dan waktu penyinaran standar adalah 40 detik
O’Brien, 2002; Powers, 2006; Anusavice, 2008; Gladwin, 2009.
2.1.4 Sifat resin komposit
Resin komposit memiliki sifat fisik dan mekanis. Sifat fisiknya antara lain: polymerization shrinkage, sifat termal, penyerapan air, kelarutan dan kestabilan
warna. Sedangkan sifat mekanisnya adalah kekuatan, elastic modulus dan kekerasan permukaan Powers, 2006. Dalam tulisan ini, penulis hanya membahas sifat
penyerapan air dan kelarutan resin komposit. 2.1.4.1 Penyerapan air
Matriks resin komposit memiliki kemampuan untuk menyerap air, yang akan diikuti oleh proses swelling pada resin komposit O’Brien, 2002; Toledanu, 2003.
Penyerapan air oleh resin dapat meningkat melalui penggunaan monomer yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki sifat hidrofilik. Polimer dengan gugus polar akan menyerap sejumlah air berkisar 1-2 . Penyerapan air akan terjadi setelah resin mengeras dan memerlukan
waktu untuk mencapai keseimbangan karena proses difusi air ke dalam resin merupakan proses yang lambat Toledanu, 2003.
Penyerapan air terjadi melalui proses difusi terkontrol Darvell, 2000. Air dapat memasuki polimer melalui porositi
dan ruang intermolekuler. Kecepatan dan luasnya penyerapan air tergantung dari kepadatan polimer dan kemampuan ikatan hidrogen dan interaksi polar Ferracane,
2006. Penyerapan air dipengaruhi oleh jenis filler dan metode polimerisasi Prati,
1991. Resin komposit dengan ukuran partikel filler yang lebih besar akan menyerap
air lebih banyak dibandingkan resin komposit dengan ukuran partikel filler yang lebih kecil. Hal ini disebabkan volume pecahan partikel filler di dalam resin komposit lebih
sedikit pada resin komposit dengan partikel yang besar. Kualitas dan kestabilan silane sebagai coupling agent juga penting untuk meminimalisasi kerusakan ikatan antara
filler dengan polimer dan jumlah air yang diserap Musanje, 2001; O’Brien, 2002;
Powers, 2006.
Resin komposit macrofiller memiliki nilai penyerapan air 0,5-0,7 mgcm
2
. Resin komposit microfiller mudah mengalami penyerapan air karena partikel filler-
nya hanya mengisi 35-60 ukuran berat O’Brien, 2002; Sensi, 2007; Gladwin, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Kelarutan Apabila resin komposit disimpan di dalam air akan menyebabkan pelepasan
ion inorganik dan monomer sisa. Kelarutan resin komposit di dalam air bervariasi mulai dari 0,25 sampai 2,5 mgmm
3
atau 1,5-2,0 berat. Silikon merupakan ion yang terbanyak keluar selama 30 hari pertama perendaman dan akan berkurang seiring
bertambahnya waktu perendaman. Boron, barium dan strontium juga dapat keluar dari resin komposit yang direndam di dalam air. Komponen lain yang dapat terlarut
adalah monomer sisa. Monomer sisa adalah monomer resin yang tidak bereaksi polimerisasi terjadi O’brien, 2002; Powers, 2006.
Pelepasan monomer sisa dari bahan restorasi resin komposit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kimiawi komposit terutama kelarutan dan molekul dari
monomer yang digunakan, derajat konversi, derajat cross-linking jaringan polimer, perlakuan permukaan dari partikel filler dan sifat pelarut Ferracane, 2006.
2.2 Saliva dan Saliva Buatan