26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Bahan Tumbuhan
Identifikasi  bahan  tumbuhan  yang  telah  dilakukan  di  Pusat  Penelitian Oseanografi-Lembaga  Ilmu  Pengetahuan  Indonesia  LIPI,  Jakarta,  Indonesia
menunjukkan  rumput  laut  yang  digunakan  adalah  Turbinaria  decurrens,  divisi Phaeophyta,  kelas  Phaeophyceae,  bangsa  Fucales,  suku  Sargassaceae,  marga
Turbinaria.
4.2 Hasil Karakteristik Tumbuhan Segar dan Simplisia
Hasil  pemeriksaaan  makroskopik  tumbuhan  segar  yang  diperoleh  dari Turbinaria  decurrens  Bory  adalah  memiliki  bau  yang  khas,  warna  coklat
tua, keras  dan  kasar, “batang”  silindris,  tegak,  terdapat  bekas  percabangan,
panjang  sekitar  7  cm,  lebar  2  cm,  memiliki  holdfast  bercabang. Bentuk  “daun”
kerucut segitiga, panjang 11-17 mm dan ping gir  “daun” bergerigi tajam.
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia diperoleh berupa “batang” dan “daun” yang menciut, berwarna coklat kehitaman, tidak berbau dan tidak berasa,
sedangkan hasil mikroskopik serbuk simplisia Turbinaria decurrens Bory terlihat adanya sel  parenkim  yang berisi  pigmen berwarna coklat keemasan dan terdapat
sel-sel  propagule  yang  mempunyai  dua  sel  yang  berfungsi  untuk  menghasilkan cabang pada talus rumput laut Dawes, 1981.
4.3 Pemeriksaan mikroskopik
Hasil  pemeriksaan  mikroskopik  serbuk  simplisia rumput laut Turbinaria
Universitas Sumatera Utara
27 decurrens    Bory   menunjukkan      adanya   berisi      sel    parenkim  dan  sel
propagule. Hasil  pemeriksaan  karakteristik  serbuk  simplisia dapat  dilihat  pada  Tabel
4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia Turbinaria decurrens Bory
No. Parameter
Hasil 1.
Penetapan kadar air 9,98
2. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
12,91 3.
Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol 2,09
4. Penetapan kadar abu total
14,96 5.
Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam 0,74
Hasil  penetapan  kadar  air  yang  diperoleh  lebih  kecil  dari  10,  hasil  ini memenuhi  persyaratan  yang  ditetapkan.  Kadar  air  dalam  simplisia  menunjukkan
jumlah  air  yang  terkandung  dalam  simplisia  tersebut.  Pengeringan  merupakan usaha  untuk  menurunkan  kadar  air  simplisia  sampai  tingkat  yang  diinginkan.
Penetapan  kadar  air  dilakukan  untuk  memenuhi  persyaratan  mutu,  karena kandungan  air  dalam  simplisia  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi
aktivitas enzim dan aktivitas mikroba Badan POM RI, 2005. Kadar sari yang larut dalam air bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa
yang  bersifat  polar  diantaranya  senyawa  metabolit  primer  misalnya  karbohidrat, protein. Sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol bertujuan untuk mengetahui
kadar  senyawa  bersifat  polar  dan  non  polar  diantaranya  senyawa  metabolit sekunder  yaitu  glikosida,  saponin,  tanin,  steroidtriterpenoid.  Hasil  pemeriksaan
kadar sari  yang larut dalam  air lebih  tinggi daripada kadar sari  yang larut dalam
Universitas Sumatera Utara
28 etanol, hal ini disebabkan alga coklat mengandung karbohidrat yang cukup tinggi
Atmadja, 1996. Penetapan  kadar  abu  total  dilakukan  untuk  mengetahui  kadar  senyawa
anorganik  dan  kandungan  mineral  dalam  simplisia  yang  biasanya  terdiri  dari natrium,  kalsium,  fosfor,  magnesium.  Kadar  abu  yang  terkandung  dalam  suatu
produk  menunjukkan  tingkat  kemurnian  produk  tersebut.  Tingkat  kemurnian  ini sangat  dipengaruhi  oleh  komposisi  dan  kandungan  mineral.  Hasil  pemeriksaan
kadar  abu  total  yang  diperoleh  cukup  tinggi,  karena  umumnya  alga  coklat
mengandung mineral yang  tinggi Satiadarma, dkk, 2004.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia