24 pada suhu 121ºC selama 15 menit Power, 1988.
3.9 Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini, distrelilkan terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada
suhu 170 ºC selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 ºC selama
15 menit. Jarum ose dan pinset dipijar dengan lampu bunsen Lay, 1994.
3.10 Pembuatan stok kultur bakteri
Koloni bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose steril, lalu ditanam pada media nutrient agar miring dengan cara menggores. Kemudian di inkubasi
dalam inkubator pada suhu 37 ºC selama 18-24 jam.
3.11 Penyiapan inokulum bakteri
Koloni bakteri diambil dari stok kultur dengan jarum ose streril lalu disuspensikan dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml media nutrient borth.
Kemudian diukur kekeruhan pada panjang gelombang 580 nm sampai diperoleh transmitan 25 Ditjen POM, 1995.
3.12 Pembuatan larutan uji ekstrak etanol dengan berbagai konsentrasi
Ekstrak etanol ditimbang 3 g dilarutkan dengan DMSO hinggah 10 ml maka konsentrasi ekstrak adalah 300 mgml kemudian dibuat pengenceran
selanjutnya sampai diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 250 mgml; 200 mgml; 150 mgml; 100 mgml; 50 mgml.
Universitas Sumatera Utara
25
3.13 Metode pengujian efek antibakteri
Kedalam cawan petri dimasukkan 1 ml inokulum, kemudian ditambahkan 15 ml media nutrient agar steril yang telah dicairkan dan tunggu hingga suhu
mencapai 45 ºC, dihomogenkan dalam laminar air flow dan dibiarkan sampai media memadat. Selanjutnya larutan uji diteteskan pecadang kertas diameter 6
mm, dikeringkan dan di letakkan diatas permukaan media agar. Kemudian di inkubasi pada suhu 37 ºC selama 18-24 jam. Selanjutnya diameter daerah hambat
disekitar paper disk di ukur dengan menggunakan jangka sorong. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali Brooks, 1983.
Universitas Sumatera Utara
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Bahan Tumbuhan
Identifikasi bahan tumbuhan yang telah dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Jakarta, Indonesia
menunjukkan rumput laut yang digunakan adalah Turbinaria decurrens, divisi Phaeophyta, kelas Phaeophyceae, bangsa Fucales, suku Sargassaceae, marga
Turbinaria.
4.2 Hasil Karakteristik Tumbuhan Segar dan Simplisia
Hasil pemeriksaaan makroskopik tumbuhan segar yang diperoleh dari Turbinaria decurrens Bory adalah memiliki bau yang khas, warna coklat
tua, keras dan kasar, “batang” silindris, tegak, terdapat bekas percabangan,
panjang sekitar 7 cm, lebar 2 cm, memiliki holdfast bercabang. Bentuk “daun”
kerucut segitiga, panjang 11-17 mm dan ping gir “daun” bergerigi tajam.
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia diperoleh berupa “batang” dan “daun” yang menciut, berwarna coklat kehitaman, tidak berbau dan tidak berasa,
sedangkan hasil mikroskopik serbuk simplisia Turbinaria decurrens Bory terlihat adanya sel parenkim yang berisi pigmen berwarna coklat keemasan dan terdapat
sel-sel propagule yang mempunyai dua sel yang berfungsi untuk menghasilkan cabang pada talus rumput laut Dawes, 1981.
4.3 Pemeriksaan mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia rumput laut Turbinaria
Universitas Sumatera Utara