2. Mau berbuat untuk keselamatan bersama , paling tidak untuk keselamatan
keluarganya. 3.
Pro pendektan bioregio dan melakukan penistaan atas pendekatan sektoral : WALHI menganggap bahwa seharusnya kita melihat permasalahan
lingkungan dari pendekatan bioregio dan bukannya dari pendekatan sektoral. Pemerintah harus melihat lingkungan sebagai bagian yang integral
dalam pembangunan, karena mengesampingkan lingkungan dalam pembangunan hanya akan merugikan bangsa kita sendiri dan
menyengsarakan rakyat. Walhi menghimbau untuk menghentikan segala praktek illegal loging di seluruh bumiIndonesia. Dan pemerintah harus
mampu secara tegas menindak segala pelaku illegal loging ini serta semua apara pemerintah lainnya yang terkat di dalamnya.
4. Siap untuk membangun kekuatan politik alternatif.
5. Berbuat nyata untuk bumi.
3. Fungsi Subsider
Fungsi ini adalah peranan tambahan dalam arti bahwa LSM hanya berperan untuk memberi dukungan, menunjang atau menjadi pelaksana program-program pemerintah yang
ada dan ditujukan pada kelompok sasaran masyarakat yang telah menjalin hubungan baik dengan LSM yang bersangkutan.
Ruang terbuka hijau merupakan rencana atau tindakan nyata dari pemerintah untuk menanggulangi peningkatan dan kemajuan suatu kota yang pesat. Sebagai salah satu upaya
untuk menjaga ekosistem lingkungan dipoerkotaan, ruang terbuka hijau dirasa penting keberadaannya. Walhi Yogyakarta sebagai salah satu pihak paling depan dalam menjaga
kelestarian lingkungan selalu berupaya untuk meiningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan lingkungan, untuk itu dalam menjalankan fungsi subsider atau
tambahan Walhi Yogyakarta menjalankan kegiatan sebagai berikut :
1. Sosialisasi terkait kebijakan RTH di Kota Yogyakarta
Dalam menjalankan Fungsi Subside Walhi Yogyakarta mencoba membantu pemerin tah dengan melaksankan kegiatan sosialisasi-sosialisasi terkait kebijakan
Ruang terbuka hijau di kota yogyakarta, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya Walhi Yogyakarta dalam menjalankan fungsinya sebagai LSM lingkungan melakukan
kegiatan kampanye secara menyeluruh, melalui berbagai media termasuk melalui kampanye. Seperti :
a Workshop dan seminar.
b Aksi dengan menggunakan massa untuk memberi preassure kepada para
pelaku kebijakan.
2. Melakukan Kampanye Lingkungan
Kampanye yang dilakukan oleh Waalhi Yogyakarta dengan sasaran masyarakat secara umum, sekaligus berkonsentrasi pada pengaruh opini publik dan media massa
yang diharapakan dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, Walhi juga memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
dan melestarikan lingkungan terutama RTH.Pemahaman tersebut diberikan kepada masyarakat untuk mengolah lahan kosongnya agar lebih asri dengan RTH yang tertata
rapi.
Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan Dewan daerah Walhi DIY Halik Sandera :
Bagaimana dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah?Apakah walhi juga selalu memberikan respons, terutama kebijakan yang menyangkut tata ruang
khususnya Ruang terbuka Hijau? “pada dasarnya Walhi terdiri dari beberapa LSM, Walhi sendiri lebih
banyak bermain di tingkat kebijakan dan advokasi publik. Sesuai dengan kawasan-kawasan yang menjadi lokasi utama kegiatan advokasi Walhi
Yogyakarta.baru rangkaian kegiatannya dilakukan oleh anggota basis ataupun dari organ-
organ support yang ada di Walhi Yogyakarta.”
14
Selain dengan melakukan kegiatan Kampanye dan sosialisasi, Walhi bersama dengan Pemerintah Provinsi DIY, Pemerintah Kota Yogyakarta, Kementerian PU,
Dinas Tata Ruang Jakarta, BAPPEDA dan BLH, aktivis Kampung Hijau Gambiran melakukan penanaman pohon di tepian Sungai Gajah Wong RW 8 Gambiran Baru,
Pandeyan, Umbulharjo mulai dari Universitas Islam Negeri UIN Yogyakarta sampai Bantul. Penanaman pohon tersebut juga merupakan penanda pembangunan taman ruang
terbuka hijau seluas 5000 meter2 di Gambiran yang menggunakan bantuan pusat sebesar Rp 800 juta
15
. Menindaklanjuti dari kegiatan yang dilakuakn oleh Walhi dan Pemerintah,
selanjutnya Walhi bersama-sama Masyarakat mengadakan kegiatan sosialisasi
14
Ibid
15
http:liputan.tersapa.comkampung-hijau-gambiran-andai-ada-lebih-banyak
lingkungan melalui berbagai media. Salah satunya adalah melalui seni, yakni melalui acara peringatan hari bumi yang mengundang tokoh penting seperti Amien Rais.
B. Kendala Walhi Yogyakarta dalam menjalankan fungsinya sebagai Lembaga Swadaya
Masyarakat
Semua tujuan yang ingin dicapai oleh Walhi Yogyakarta disadari bukanlah sebuah hal serta merta dapat diwujudkan dengan cepat juga mudah, karena dalam perjalanannya
ditemukan juga hambatan-hambatan dalam setiap gerakan yang dilakukan.Hambatan yang dirasakan ini bukan dijadikan sebuah alasan untuk Walhi Yogyakarta untuk tetap
mendampingi masyarakat juga melindungi hak-hak warga juga hak-hak lingkungan. Hambatan yang dirasakan Walhi Yogyakarta secara garis besar berasal dari luar
instansi, namun di dalam lingkungan Walhi Yogyakarta sendiri ada beberapa hambatan meskipun oleh Direktur bukan dianggap sebuah halangan untuk terus bekerja. Hambatan
dari sisi internal lembaga adalah dengan kurangnya staf, juga komunikasi yang masih kurang baik dalam lingkup anggota.Hal ini karena dalam realitanya staf yang berada
dibawah komando Direktur tidak selalu bisa selalu bekerja sesuai masa jabatan Direktur selama empat tahun. Pergantian staf sendiri memang menjadi kendala yang masih sering
ditemukan, entah karena faktor staf tersebut menikah, atau mendapat pekerjaan yang tetap ditempat lain.
Kerja Walhi Yogyakarta sendiri karena memang sebuah LSM maka secara finansial tidaklah cukup dijadikan sebuah profesi utama, dan dikarenakan hal tersebut maka
staf yang ditunjuk oleh Direktur sendiri adalah mahasiswa tingkat akhir, ataupun yang sudah lulus tapi masih aktif di kegiatan lingkungan, maka dengan kata lain hambatan internal
adalah seputar masalah kaderisasi staf. Selain hambatan tersebut, hambatan yang berasal
dari luar lembaga yang pada umumnya berasal dari Pemerintah Daerah itu sendiri, baik dari bentuk keterbukaan kepada WALHI Yogyakarta maupun pada bentuk kebijakan yang
memang terlihat tidak konsisten dan juga penuh celah membuat gerakan advokasi WALHI Yogyakarta terbentur dengan kebijakan yang aneh dan juga tidak konsisten, seperti
kebijakan RTRW Kota Yogyakarta sebagai salah satu contohnya. Hambatan lain yang ditemui WALHI Yogyakarta juga hadir dari diri masyarakat
yang dibantu, baik secara kultur maupun secara sikap dari warga sendiri yang masih tertutup. Sedangkan untuk masalah kultur contohnya adalah penduduk lereng Merapi yang
masih melakukan penambangan pasir saat dulu tengah didampingi oleh WALHI Yogyakarta, lalu permasalahan ancaman yang memang selalu ada saat-saat melakukan
kegiatan advokasi, terutama pada proses pengumpulan data juga analisa wilayah yang biasanya dilakukan oleh preman-preman dari pihak yang merasa dirugikan dengan adanya
WALHI Yogyakarta yang membantu masyarakat. Lalu hambatan di persidangan yang dialami adalah saat pihak yang digugat melakukan banding, dan karena proses sidang
memerlukan biaya terus menerus, sedangkan pihak yang digugat adalah korporasi yang memiliki dana besar, maka hal seperti ini juga hambatan yang kadang dirasakan dalam
gerakan yang dilakukan oleh WALHI Yogyakarta dalam menjalankan setiap aksi-aksinya.
Tabel.III.2 Hambatan dan Kendala WALHI Yogyakarta Hambatan internal
Hambaran Eksternal
Kurangnya staf dalam eksekutif
kepengurusan WALHI Yogyakarta
Keterbukaan informasi dari pemerintah kabupaten maupun propinsi
Komunikasi yang kurang luwes antar staf
Kebijakan yang tidak konsisten aneh dari pemerintah menyebabkan banyak celah yang dapat menyebabkan masalah
baru, dan juga menyebabkan upaya WALHI Yogyakarta dalam gerakan advokasinya terbentur
Kaderisasi yang minim Kultur masyarakat yang masih sulit terbuka terhadap
kedatangan WALHI, namun perlahan dapat ditangani Ancaman dari pihak yang merasa dirugikan oleh gerakan WALHI Yogyakarta terutama
ketika membantu masyarakat
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kota sebagai pusat pemerintahan dan aktivitas masyarakat yang sangat kompleks merupakan daerah dengan perubahan ekologi yang sangat cepat. Permasalahan yang ada
merupakan akibat dari aktivitas masyarakat yang tinggi, sehingga perlu adanya rencana pengelolaan lingkungan kota yang berkelanjutan. Isu yang banyak berkembang di Kota
Yogyakarta diantaranya adalah transportasi, pariwisata, penataan bantaran sungai, perhotelan dan pembangunan, dan Ruang Terbuka Hijau, serta permasalahan lain yang saling terkait satu dengan
yang lainnya dan terbungkus dalam isu besar Tata Ruang. Peranan Walhi Yogyakarta dalam meningkatkan proporsi Ruang Terbuka Hijau di Kota
Yogyakarta adalah dengan melakukan kegiatan kegiatan sesuai dengan fungsi dan peranan LSM Lingkungan, yaitu pemberdayaan, fungsi penghubung dan fungi subsider.
a. Fungsi Pemberdayaan
Peranan Walhi Yogyakarta dalam melakukan kegiatan – kegiatan pemberdayaan
masyarakat menggunakan strategi pemberdayaan Aras Makro.Seperti yang sudah dipaparkan diatas, Aras Makro adalah pendekatan yang disebut juga sebagai strategi
sistem besar large system strategy, karena sasaran perubahannya diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas.Strategi ini digunakan untuk melakukan 40 perumusan
kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik.strategi sistem besar ini, memandang klien sebagai orang
yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak. Adapun kegiatan pemeberdayaan yang dilakukan Walhi yogyakarta adalah :
1. Melindungi dan membela kepentingan masyarakat
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dengan melakukan
kegiatan diantaranya Pelatihan Paralegal dan Amdal Kijang dan Pemantauan Lingkungan dan Pendidikan Kader Rakyat.
3. Menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan potensi diri dan
lingkungan disekitarnya dengan mendirikan organ support seperti Sahabat Lingkungan SHALINK dan pembentukan Warga berdaya.
b. Fungsi Penghubung
WALHI mengemban misi sebagai wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyat dan demokrasi untuk pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat
atas kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan demokratis. Sekaligus menjadi penghubung
atau perantara yakni lembaga birokrasi dan pemerintah belum dapat menjangkau lapisan bawah atau sebaliknya masyarakat tingkat bawah tidak dapat menjangkau atau
memperoleh fasilitas yang disediakan pemerintah. Dalam menjalankan fungsi penghubung Walhi Yogyakarta melakukan beberapa kegiatan yaitu :
1 Membangun Lembaga Mitra Pemerintah
2 Melakukan Advokasi
3 Melakukan Investigasi Terhadap Kasus-kasus Pencemaran lingkungan
4 Melakukan Kampanye Secara Luas dan Menyeluruh
5 Membangun Critical Mass Sebagai Wujud Dari Pentingnya Lingkungan Hidup.
c. Fungsi Subsider
1. Sosialisasi terkait kebijakan RTH di Kota Yogyakarta
Dalam menjalankan Fungsi Subsider Walhi Yogyakarta mencoba membantu pemerin tah dengan melaksankan kegiatan sosialisasi-sosialisasi terkait kebijakan
Ruang terbuka hijau di kota yogyakarta, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya Walhi Yogyakarta dalam menjalankan fungsinya sebagai LSM lingkungan
melakukan kegiatan kampanye secara menyeluruh, melalui berbagai media termasuk melalui kampanye. Seperti :
1. Workshop dan seminar.
2. Aksi dengan menggunakan massa untuk memberi preassure kepada para
pelaku kebijakan. 2.
Melakukan Kampanye Lingkungan
Kampanye yang dilakukan oleh Waalhi Yogyakarta dengan sasaran masyarakat secara umum, sekaligus berkonsentrasi pada pengaruh opini publik dan
media massa yang diharapakan dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, Walhi juga memberi pemahaman kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan terutama RTH.Pemahaman tersebut diberikan kepada masyarakat untuk mengolah lahan kosongnya agar lebih
asri dengan RTH yang tertata rapi. Dengan melihat dari data-data tersebut diatas, maka bisa di simpulkan
bahwasanya :
a. Walhi Yogyakarta aktif dalam kegiatan untuk memperjuangkan aspirasi
masyarakat dalam mendapatkan keadilan akan hak kualitas lingkungan yang bersih dan sehat.
b. Walhi Yogyakarta telah melakukan advokasi demi perubahan kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan ruang terbuka hijau. c.
Dalam mendukung program Ruang terbuka hijau, Walhi Yogyakarta bersama masyarakat secara aktif dan masif melaksanakan program-program terkait
ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta. Sejauh ini, peran Walhi Yogyakarta dalam mendukung dan mensukseskan program
pemerintah dalam meningkatkan proporsi ruang terbuka hijau sudah melakukan beberapa kegiatan secara maksimal. Hal ini mengacu pada indikator dan fungsi yang telah dilakukan oleh
Walhi yogyakarta. Didalam menjalankan fungsi dan perannya, Walhi Yogyakarta mengalami beberapa
kendala. Seperti halnya kendala internal dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian peran dan fungsi Walhi dalam mendukung program dan kebijakan pemerintah terkait
Ruang Terbuka Hijau.
B. SARAN
1. Walhi Daerah Istimewa Yogyakarta
a. Lebih mengembangkan kemauan politik rakyat dengan cara bersama-sama
masyarakat dalam memperjuangkan hak-hak atas kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat.
b. Lebih aktif dan kritis dalam kaitannya terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah terutama yang menyangkut masalah kelestarian lingkungan. c.
Meningkatkan jaringan kerja sama dalam setiap kegiatan advokasinya, sehingga dirasa akan lebih efektif dalam melakukan kegiatan penuntutan kebijakn maupun
peraturan yang dirasa belum berpihak kepada masyarakat dan lingkungan. d.
Penguatan kaderisasi di Walhi Yogyakarta. 2.
Pemerintah Kota Yogyakarta a.
Kebijakan terkait masalah lingkungan memang merupakan suatu permasalahan yang harus didudukan bersama, bukan hanya oleh pemerintah yang mungkin melihat
bahwa suatu pembangunan lebih memberikan dampak positif kepada ekonomi dibandingkan terhadap lingkungan.
b. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat ataupun organisasi-organisasi non
pemerintah yang mungkin dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan dikawasan perkotaan khususnya ruang terbuka hijau.
DAFTAR PUSTAKA A
fan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi menuju demokrasi, Yogyakarta. Pustaka pelajar. 1999. Hal.200
Affan Gaffar abdul Gaffar, Negara dan Masyarakat sipil Diktat kuliah social politik jurusan IlmuPemerintahan Fakultas Isipol UGM, 1997, hal.51.
Alim, Agus. 2006 Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Buletin Toe-Goe, Hal 7, Edisi : Oktober
– Desember 2013
David Korten dalam Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Social:Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996, Hal.
117-119
Dr. Lexy. J. Moeleuong. MA. Methodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung. Remaja
rosda karya. 1994. Hal 135 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
PembangunanKesejahteraan Sosial dan Pekerjaan SosiaL Bandung: PT Refika Aditama, 2005
Eko Budiharjo dan Djoko Sujarto, kota berkelanjutan, penerbit PT.ALUMNI hal 91
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis PembangunanKesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Bandung: PT Refika
Aditama, 2005, Hasni, Op Cit, hal 254
– 255 bandingkan dengan pasal 2 Permendagri no 1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Hadiwinata S Bob, “The Politics of NGOS Ni Indonesia: Developing Democracy Ana
Managing a movement”, Routledge Curzon, New York, Disunting oleh Bonnie Setyawan, Global JusticeIsbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam
Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 164.
Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat DiEra Globalisasi, diterjemahkan oleh Sastrawan Manullang dkk
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, h. 130
Kutanegara, Pande Made.Kebijakan Kependudukan Dan Daya Dukung Lingkungan Kota Yogyakarta. PSKK Universitas Gadjah Mada
Meuthia-Ganie-Rochman dalam Maruto MD dan Anwari WMK ed. Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi,LP3ES, Jakarta,
2002. Maurice Duverger, Partai Politik Dan Kelompok-Kelompok Penekan, Disunting oleh
Affan Gaffar, Bina Aksara. 1984. Moloeng, L. J. 2012, Metodologi penelitian kualitatif ed. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Ryker dalam Afan Gaffar, Politik Indonesia: transisi menuju Demokrasi. Hal. 205 - 206
Stuart Gerry Brown dalam ceppy Haricahyono, ilmu politik dan perspektifnya, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1991
Winarno Surachman, Dasar dan Teknik Research. CV Tarsito, Bandung, 1972
Yusra Kilun
editor, Pengembangan
Komunitas Muslim:
Pemberdayaan MasyarakatKampungBadak Putih Dan Kampung Satu Duit Jakarta: Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007 Peter Willet, Pressure Group in the global system, New york, St. martin Press
Sensus penduduk 1990, 2000, 2010, dan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 1995, 2005 Berdasarkan data BPS 2010, 2011, 2012
Menurut naskah akademisi RUU PSDA versi 19 November 2002
Undang – undang No 26 tahun 2007
UU RI No.4 tahun 1982, Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Budi Setiyono, Pengawasan Pemilu oleh LSM, Suara merdeka, 15 oktober 2003
Rilis BLH DIY 06 Oktober 2014 : Tantangan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau: Konversi lahan dan regulasi
Yogyakarta tambah 64 hotel baru, http:www.republika.co.idberita
nasionaljawa-tengah-diy-nasionalmi430k-selama- dua tahun-yogya-tambah-64-hotel-baru diakses pada 25 Maret 2016 21.43
www.walhi.or.id http:liputan.tersapa.comkampung-hijau-gambiran-andai-ada-lebih-banyak
A. LATAR BELAKANG
Undang – undang No.32 Tahun 2009 mendefinisikan lingkungan hidup sebagai kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain. Dengan demikian pengertian lingkungan hidup tercakup pula apa yang didefinisikan sebagai sumber daya alam. Sumber daya alam adalah
semua benda, daya, keadaan, fungsi alam, dan makhluk hidup, yang merupakan hasil proses alamiah, baik hayati maupun non hayati, terbarukan maupun tidak terbarukan.
1
Sehingga secara implisit dinyatakan bahwa tingkat kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup. Dengan kata lain, pemanfaatan sumber daya alam yang ada harus diatur sedemikian rupa sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga sebagai
tanggung jawab terhadap generasi yang akan datang mengenai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Di era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di Indonesia telah menyebabkan kebutuhan sarana dan prasarana semakin meningkat pula. KotaYogyakarta
sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang mulai memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir 1990
– 2010 tingkat urbanisasi di Yogyakarta meningkat dari 44,4 hingga mencapai 70,2.
2
Dengan meningkatnya kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta tentunya diiringi pula dengan pembangunan sarana dan prasarana penunjang bagi
kemajuan Kota Yogyakarta yang sudah pasti memberikan dampak negatif terhadap menurunnya kualitas lingkungan sekitar.
1
Menurut naskah akademisi RUU PSDA versi 19 November 2002
2
Sensus penduduk 1990, 2000, 2010, dan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 1995, 2005
Kota Yogyakarta tentu memiliki daya tarik tersendiri sebagai sebuah ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, Dimana Kota Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan dan
pusat perekonomian, Sehingga memungkinkan terdapat banyak peluang dan kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu Kota Yogyakarta juga sebagai destinasi
wisata yang merupakan salah satu faktor terjadinya kepadatan kota. Selama kurun waktu 2006 –
2012 tren wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal selalu mengalami peningkatan
3
. Kawasan Perkotaan RTHKP yang seringkali dihadapi oleh kabupatenkota adalah
meningkatnya konversi lahan, kurangnya regulasi dan penegakan hukum di kawasan RTH, belum adanya masterplan RTH dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan RTH
4
. Untuk itu pemerintah kota Yogyakarta sendiri telah mengatur RTH publik dalam PERWAL
Nomor 5 Tahun 2007 akan tetapi masih sering dijumpai lokasi RTH yang berubah fungsi menjadi tempat pedagang kaki lima PKL maupun aktivitas lainnya. Apabila melihat dari
pentingnya peranan RTH, dan melihat permasalahan –permasalahan yang diakibatkan oleh
kepadatan dan pembangunan kota yang pesat, tentunya luasan RTH harus lebih diperbanyak agar lebih optimal menjadi penyeimbang ekologis lingkungan.
Saat ini Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat digemari, hal ini tentunya akan memberikan keuntungan ekonomi bagi pemerintah kota Yogyakarta, dan
pada akhirnya pemerintah lebih menitik beratkan pembangunan yang selalu mengedepankan masalah dampak positif atau manfaat besar yang akan diperoleh, mulai dari penyediaan lapangan
pekerjaan, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mempercepat pembangunan daerah tertinggal
3
Berdasarkan data BPS 2010, 2011, 2012
4
Rilis BLH DIY 06 Oktober 2014 : Tantangan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau: Konversi lahan dan regulasi
sampai dengan mengurangi kemiskinan, sehingga proses perumusan kebijakan pemerintah adalah lebih kepada kemudahan dalam mengurus perizinan pembangunan, jaminan keamanan
investasi, kelonggaran pembayaran pajak maupun persyaratan lingkungan yang tidak ketat. Hal ini terbukti setidaknya selama tahun 2012 terdapat 48 hotel baru yang mengantongi izin IMB,
dan untuk 2013 saja ada 16 permohonan izin pembangunan hotel
5
. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan kelompok pemerhati lingkungan dalam hal
ini diwakili oleh LSM –LSM maupun organisasi–organisasi masyarakat yang berangkat dari
idealisme untuk menjaga kualitas lingkungan hidup sehingga tetap harmonis dengan kehidupan manusia. Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang bergerak di bidang lingkungan
adalah Walhi Yogyakarta yang dengan salah satu isu strategisnya adalah permasalahan tata ruang. Secara intensif Walhi Yogyakarta selalu memantau perkembangan tata ruang di kota
Yogyakarta, khususnya ruang terbuka hijau. termasuk juga menjadi salah satu pihak yang selalu memperhatikan peraturan pemerintah tentang penataan ruang terbuka hijau, sekaligus
implementasi kebijakan tersebut di lapangan. Berikut beberapa kegiatan Walhi Yogyakarta terkait permasalahan kebijakan pemerintah
terhadap tata ruang khusunya ruang terbuka hijau di kota Yogyakarta : 1.
Diskusi dengan dinas-dinas terkait, dalam hal ini adalah BAPPEDA dan BLH tentang daya tampung kota Yogyakarta yang sudah melebihi batas dari luasan wilayah perkotaan
yang tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas lingkungan melalui pengelolaan RTH di kota Yogyakarta yang belum mencukupi kuota minimal yang sudah ditentukan
6
.
5
Yogyakarta tambah 64 hotel baru, http:www.republika.co.idberita nasionaljawa-tengah-diy-nasionalmi430k-selama-dua-tahun-yogya-tambah-64-
hotel-baru diakses pada 25 Maret 2016 21.43
6
Buletin Toe-Goe, Hal 7, Edisi : Oktober – Desember 2013.
2. Memaksa pemerintah untuk mengeluarkan moratorium pemberian izin hotel, melihat dari
pembangunan hotel yang terus meningkat dapat mengurangi area yang seharusnya dapat dipergunakan sebagai ruang terbuka hijau.
7
3. Pendampingan Walhi Yogyakarta terhadap warga Gambiran untuk mendorong
pemerintah mendirikan RTH, melihat dari kurangnya RTH publik di kawasan tersebut
8
. Peranan Walhi Yogyakarta dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta
adalah selain dari hal-hal yang sudah di tentukan diatas juga melakukan pendataan terkait kawasan RTH dan juga melalui diskusi
–diskusi bersama pemangku kebijakan dan organisasi kemasyarakatan lainnya sekaligus melakukan pendampingan terhadap warga yang diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan tata ruang khususnya ruang terbuka hijau oleh pemerintah di Kota yogyakarta
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai keterlibatan kelompok pemerhati lingkungan terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penataan tata ruang khususnya
ruang terbuka hijau di kota Yogyakarta, skripsi ini akan memfokuskan analisis mengenai fenomena peran Walhi Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta dalam mengawasi pengelolaan
ruang terbuka hijau oleh pemerintah di Kota Yogyakarta sesuai dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007.
7
Ibid, Hal 17
8
Ibid
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana peran WALHI Yogyakarta dalam mengawasi pengelolaan ruang terbuka hijau RTH oleh pemerintah Kota Yogyakarta?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bagaimana peran Walhi Yogyakarta dalam mengawasi pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta. 2.
Manfaat Penelitian
- Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk kegiatan penelitian dikemudian
hari, khususnya dibidang penataan ruang. -
Diharapkan mampu memberikan solusi kepada pemangku kebijkan dalam mengelola penataanruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta.
D. KERANGKA DASAR TEORI
1. LSM Lingkungan