Fungsi Penghubung Kendala Walhi Yogyakarta dalam menjalankan fungsinya sebagai Lembaga Swadaya

memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk bertindak. Adapun kegiatan pemeberdayaan yang dilakukan Walhi yogyakarta adalah : 1. Melindungi dan membela kepentingan masyarakat 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dengan melakukan kegiatan diantaranya Pelatihan Paralegal dan Amdal Kijang dan Pemantauan Lingkungan dan Pendidikan Kader Rakyat. 3. Menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan potensi diri dan lingkungan disekitarnya dengan mendirikan organ support seperti Sahabat Lingkungan SHALINK dan pembentukan Warga berdaya.

b. Fungsi Penghubung

WALHI mengemban misi sebagai wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyat dan demokrasi untuk pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan demokratis. Sekaligus menjadi penghubung atau perantara yakni lembaga birokrasi dan pemerintah belum dapat menjangkau lapisan bawah atau sebaliknya masyarakat tingkat bawah tidak dapat menjangkau atau memperoleh fasilitas yang disediakan pemerintah. Dalam menjalankan fungsi penghubung Walhi Yogyakarta melakukan beberapa kegiatan yaitu : 1 Membangun Lembaga Mitra Pemerintah 2 Melakukan Advokasi 3 Melakukan Investigasi Terhadap Kasus-kasus Pencemaran lingkungan 4 Melakukan Kampanye Secara Luas dan Menyeluruh 5 Membangun Critical Mass Sebagai Wujud Dari Pentingnya Lingkungan Hidup. c. Fungsi Subsider

1. Sosialisasi terkait kebijakan RTH di Kota Yogyakarta

Dalam menjalankan Fungsi Subsider Walhi Yogyakarta mencoba membantu pemerin tah dengan melaksankan kegiatan sosialisasi-sosialisasi terkait kebijakan Ruang terbuka hijau di kota yogyakarta, seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya Walhi Yogyakarta dalam menjalankan fungsinya sebagai LSM lingkungan melakukan kegiatan kampanye secara menyeluruh, melalui berbagai media termasuk melalui kampanye. Seperti : 1. Workshop dan seminar. 2. Aksi dengan menggunakan massa untuk memberi preassure kepada para pelaku kebijakan. 2. Melakukan Kampanye Lingkungan Kampanye yang dilakukan oleh Waalhi Yogyakarta dengan sasaran masyarakat secara umum, sekaligus berkonsentrasi pada pengaruh opini publik dan media massa yang diharapakan dapat mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Selain itu, Walhi juga memberi pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan terutama RTH.Pemahaman tersebut diberikan kepada masyarakat untuk mengolah lahan kosongnya agar lebih asri dengan RTH yang tertata rapi. Dengan melihat dari data-data tersebut diatas, maka bisa di simpulkan bahwasanya : a. Walhi Yogyakarta aktif dalam kegiatan untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dalam mendapatkan keadilan akan hak kualitas lingkungan yang bersih dan sehat. b. Walhi Yogyakarta telah melakukan advokasi demi perubahan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan ruang terbuka hijau. c. Dalam mendukung program Ruang terbuka hijau, Walhi Yogyakarta bersama masyarakat secara aktif dan masif melaksanakan program-program terkait ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta. Sejauh ini, peran Walhi Yogyakarta dalam mendukung dan mensukseskan program pemerintah dalam meningkatkan proporsi ruang terbuka hijau sudah melakukan beberapa kegiatan secara maksimal. Hal ini mengacu pada indikator dan fungsi yang telah dilakukan oleh Walhi yogyakarta. Didalam menjalankan fungsi dan perannya, Walhi Yogyakarta mengalami beberapa kendala. Seperti halnya kendala internal dan eksternal. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian peran dan fungsi Walhi dalam mendukung program dan kebijakan pemerintah terkait Ruang Terbuka Hijau. B. SARAN 1. Walhi Daerah Istimewa Yogyakarta a. Lebih mengembangkan kemauan politik rakyat dengan cara bersama-sama masyarakat dalam memperjuangkan hak-hak atas kebutuhan lingkungan yang bersih dan sehat. b. Lebih aktif dan kritis dalam kaitannya terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terutama yang menyangkut masalah kelestarian lingkungan. c. Meningkatkan jaringan kerja sama dalam setiap kegiatan advokasinya, sehingga dirasa akan lebih efektif dalam melakukan kegiatan penuntutan kebijakn maupun peraturan yang dirasa belum berpihak kepada masyarakat dan lingkungan. d. Penguatan kaderisasi di Walhi Yogyakarta. 2. Pemerintah Kota Yogyakarta a. Kebijakan terkait masalah lingkungan memang merupakan suatu permasalahan yang harus didudukan bersama, bukan hanya oleh pemerintah yang mungkin melihat bahwa suatu pembangunan lebih memberikan dampak positif kepada ekonomi dibandingkan terhadap lingkungan. b. Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat ataupun organisasi-organisasi non pemerintah yang mungkin dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan dikawasan perkotaan khususnya ruang terbuka hijau. DAFTAR PUSTAKA A fan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi menuju demokrasi, Yogyakarta. Pustaka pelajar. 1999. Hal.200 Affan Gaffar abdul Gaffar, Negara dan Masyarakat sipil Diktat kuliah social politik jurusan IlmuPemerintahan Fakultas Isipol UGM, 1997, hal.51. Alim, Agus. 2006 Teori dan Paradigma Penelitian Sosial Buletin Toe-Goe, Hal 7, Edisi : Oktober – Desember 2013 David Korten dalam Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Social:Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996, Hal. 117-119 Dr. Lexy. J. Moeleuong. MA. Methodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung. Remaja rosda karya. 1994. Hal 135 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis PembangunanKesejahteraan Sosial dan Pekerjaan SosiaL Bandung: PT Refika Aditama, 2005 Eko Budiharjo dan Djoko Sujarto, kota berkelanjutan, penerbit PT.ALUMNI hal 91 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis PembangunanKesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial Bandung: PT Refika Aditama, 2005, Hasni, Op Cit, hal 254 – 255 bandingkan dengan pasal 2 Permendagri no 1 tahun 2007 tentang penataan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan Hadiwinata S Bob, “The Politics of NGOS Ni Indonesia: Developing Democracy Ana Managing a movement”, Routledge Curzon, New York, Disunting oleh Bonnie Setyawan, Global JusticeIsbandi Rukminto Adi, Pemikiran-Pemikiran Dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial, h. 164. Jim Ife dan Frank Tesoriero, Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat DiEra Globalisasi, diterjemahkan oleh Sastrawan Manullang dkk Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008, h. 130 Kutanegara, Pande Made.Kebijakan Kependudukan Dan Daya Dukung Lingkungan Kota Yogyakarta. PSKK Universitas Gadjah Mada Meuthia-Ganie-Rochman dalam Maruto MD dan Anwari WMK ed. Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi,LP3ES, Jakarta, 2002. Maurice Duverger, Partai Politik Dan Kelompok-Kelompok Penekan, Disunting oleh Affan Gaffar, Bina Aksara. 1984. Moloeng, L. J. 2012, Metodologi penelitian kualitatif ed. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ryker dalam Afan Gaffar, Politik Indonesia: transisi menuju Demokrasi. Hal. 205 - 206 Stuart Gerry Brown dalam ceppy Haricahyono, ilmu politik dan perspektifnya, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1991 Winarno Surachman, Dasar dan Teknik Research. CV Tarsito, Bandung, 1972 Yusra Kilun editor, Pengembangan Komunitas Muslim: Pemberdayaan MasyarakatKampungBadak Putih Dan Kampung Satu Duit Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2007 Peter Willet, Pressure Group in the global system, New york, St. martin Press Sensus penduduk 1990, 2000, 2010, dan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 1995, 2005 Berdasarkan data BPS 2010, 2011, 2012 Menurut naskah akademisi RUU PSDA versi 19 November 2002 Undang – undang No 26 tahun 2007 UU RI No.4 tahun 1982, Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Budi Setiyono, Pengawasan Pemilu oleh LSM, Suara merdeka, 15 oktober 2003 Rilis BLH DIY 06 Oktober 2014 : Tantangan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau: Konversi lahan dan regulasi Yogyakarta tambah 64 hotel baru, http:www.republika.co.idberita nasionaljawa-tengah-diy-nasionalmi430k-selama- dua tahun-yogya-tambah-64-hotel-baru diakses pada 25 Maret 2016 21.43 www.walhi.or.id http:liputan.tersapa.comkampung-hijau-gambiran-andai-ada-lebih-banyak A. LATAR BELAKANG Undang – undang No.32 Tahun 2009 mendefinisikan lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain. Dengan demikian pengertian lingkungan hidup tercakup pula apa yang didefinisikan sebagai sumber daya alam. Sumber daya alam adalah semua benda, daya, keadaan, fungsi alam, dan makhluk hidup, yang merupakan hasil proses alamiah, baik hayati maupun non hayati, terbarukan maupun tidak terbarukan. 1 Sehingga secara implisit dinyatakan bahwa tingkat kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia ditentukan oleh kualitas lingkungan hidup. Dengan kata lain, pemanfaatan sumber daya alam yang ada harus diatur sedemikian rupa sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga sebagai tanggung jawab terhadap generasi yang akan datang mengenai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Di era globalisasi sekarang ini, pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di Indonesia telah menyebabkan kebutuhan sarana dan prasarana semakin meningkat pula. KotaYogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang mulai memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir 1990 – 2010 tingkat urbanisasi di Yogyakarta meningkat dari 44,4 hingga mencapai 70,2. 2 Dengan meningkatnya kepadatan penduduk di Kota Yogyakarta tentunya diiringi pula dengan pembangunan sarana dan prasarana penunjang bagi kemajuan Kota Yogyakarta yang sudah pasti memberikan dampak negatif terhadap menurunnya kualitas lingkungan sekitar. 1 Menurut naskah akademisi RUU PSDA versi 19 November 2002 2 Sensus penduduk 1990, 2000, 2010, dan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 1995, 2005 Kota Yogyakarta tentu memiliki daya tarik tersendiri sebagai sebuah ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, Dimana Kota Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian, Sehingga memungkinkan terdapat banyak peluang dan kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu Kota Yogyakarta juga sebagai destinasi wisata yang merupakan salah satu faktor terjadinya kepadatan kota. Selama kurun waktu 2006 – 2012 tren wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan lokal selalu mengalami peningkatan 3 . Kawasan Perkotaan RTHKP yang seringkali dihadapi oleh kabupatenkota adalah meningkatnya konversi lahan, kurangnya regulasi dan penegakan hukum di kawasan RTH, belum adanya masterplan RTH dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan RTH 4 . Untuk itu pemerintah kota Yogyakarta sendiri telah mengatur RTH publik dalam PERWAL Nomor 5 Tahun 2007 akan tetapi masih sering dijumpai lokasi RTH yang berubah fungsi menjadi tempat pedagang kaki lima PKL maupun aktivitas lainnya. Apabila melihat dari pentingnya peranan RTH, dan melihat permasalahan –permasalahan yang diakibatkan oleh kepadatan dan pembangunan kota yang pesat, tentunya luasan RTH harus lebih diperbanyak agar lebih optimal menjadi penyeimbang ekologis lingkungan. Saat ini Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat digemari, hal ini tentunya akan memberikan keuntungan ekonomi bagi pemerintah kota Yogyakarta, dan pada akhirnya pemerintah lebih menitik beratkan pembangunan yang selalu mengedepankan masalah dampak positif atau manfaat besar yang akan diperoleh, mulai dari penyediaan lapangan pekerjaan, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mempercepat pembangunan daerah tertinggal 3 Berdasarkan data BPS 2010, 2011, 2012 4 Rilis BLH DIY 06 Oktober 2014 : Tantangan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau: Konversi lahan dan regulasi sampai dengan mengurangi kemiskinan, sehingga proses perumusan kebijakan pemerintah adalah lebih kepada kemudahan dalam mengurus perizinan pembangunan, jaminan keamanan investasi, kelonggaran pembayaran pajak maupun persyaratan lingkungan yang tidak ketat. Hal ini terbukti setidaknya selama tahun 2012 terdapat 48 hotel baru yang mengantongi izin IMB, dan untuk 2013 saja ada 16 permohonan izin pembangunan hotel 5 . Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan kelompok pemerhati lingkungan dalam hal ini diwakili oleh LSM –LSM maupun organisasi–organisasi masyarakat yang berangkat dari idealisme untuk menjaga kualitas lingkungan hidup sehingga tetap harmonis dengan kehidupan manusia. Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat LSM yang bergerak di bidang lingkungan adalah Walhi Yogyakarta yang dengan salah satu isu strategisnya adalah permasalahan tata ruang. Secara intensif Walhi Yogyakarta selalu memantau perkembangan tata ruang di kota Yogyakarta, khususnya ruang terbuka hijau. termasuk juga menjadi salah satu pihak yang selalu memperhatikan peraturan pemerintah tentang penataan ruang terbuka hijau, sekaligus implementasi kebijakan tersebut di lapangan. Berikut beberapa kegiatan Walhi Yogyakarta terkait permasalahan kebijakan pemerintah terhadap tata ruang khusunya ruang terbuka hijau di kota Yogyakarta : 1. Diskusi dengan dinas-dinas terkait, dalam hal ini adalah BAPPEDA dan BLH tentang daya tampung kota Yogyakarta yang sudah melebihi batas dari luasan wilayah perkotaan yang tidak diimbangi oleh peningkatan kualitas lingkungan melalui pengelolaan RTH di kota Yogyakarta yang belum mencukupi kuota minimal yang sudah ditentukan 6 . 5 Yogyakarta tambah 64 hotel baru, http:www.republika.co.idberita nasionaljawa-tengah-diy-nasionalmi430k-selama-dua-tahun-yogya-tambah-64- hotel-baru diakses pada 25 Maret 2016 21.43 6 Buletin Toe-Goe, Hal 7, Edisi : Oktober – Desember 2013. 2. Memaksa pemerintah untuk mengeluarkan moratorium pemberian izin hotel, melihat dari pembangunan hotel yang terus meningkat dapat mengurangi area yang seharusnya dapat dipergunakan sebagai ruang terbuka hijau. 7 3. Pendampingan Walhi Yogyakarta terhadap warga Gambiran untuk mendorong pemerintah mendirikan RTH, melihat dari kurangnya RTH publik di kawasan tersebut 8 . Peranan Walhi Yogyakarta dalam pengelolaan ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta adalah selain dari hal-hal yang sudah di tentukan diatas juga melakukan pendataan terkait kawasan RTH dan juga melalui diskusi –diskusi bersama pemangku kebijakan dan organisasi kemasyarakatan lainnya sekaligus melakukan pendampingan terhadap warga yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan tata ruang khususnya ruang terbuka hijau oleh pemerintah di Kota yogyakarta Berdasarkan pembahasan di atas mengenai keterlibatan kelompok pemerhati lingkungan terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penataan tata ruang khususnya ruang terbuka hijau di kota Yogyakarta, skripsi ini akan memfokuskan analisis mengenai fenomena peran Walhi Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta dalam mengawasi pengelolaan ruang terbuka hijau oleh pemerintah di Kota Yogyakarta sesuai dengan UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007. 7 Ibid, Hal 17 8 Ibid B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana peran WALHI Yogyakarta dalam mengawasi pengelolaan ruang terbuka hijau RTH oleh pemerintah Kota Yogyakarta? C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan penelitian