Penyajian Data .1 Hambatan saat pertama kali menjabat sebagai anggota Dewan
Universitas Sumatera Utara
“Ibu itu gaya sih ya, suka dandan juga selalu rapi lah setiap saat. Engga ada perubahan gaya berpakaiannya, dari dulu sampai sekarang ya tetap
seperti itu rapi, wangi, sopan. Sejauh ini aku lihat ibu itu fine-fine aja belum pernah marah, engga pernah merengut juga, asik-asik aja sih ibu
itu. Engga pernah nampak kalau ibu itu lagi badmood. Engga pernah dengar juga, soalnya ibu itu engga pernah marah sih, soalnya ibu itu
simple-simple aja,ini gimana itu gimana apalagi masalahnya, yaudah bereskan. Ibu itu gak pernah ini gimana apa sebabnya, engga pernah
ribetlah.”
Informan Tambahan V ibu Jenny Nama
: Eky Tanggal Wawancara : 02 Mei 2016
Pukul : 11.15 WIB
Tempat : Ruang Fraksi Demokrat
Baginya ibu Jenny adalah orang yang baik, disiplin, dan bekerja keras. Dalam hal berpenampilan baik saat paripurna ataupun hari biasa, ia mengaku
bahwa ibu Jenny selalu menggunakan pakaian resmi yang rapi dan sopan. Tidak pernah marah, namun saat kinerja para staff dirasanya kurang, beliau akan
mengatakannya langsung. “Orangnya baik, bekerja keras, disiplin. Ibu itu kalau marah engga
nampak perubahan ekspresi wajahnya cuma kalau dirasanya kinerja kami kurang, cuma ya dibilanginya kalau kerja itu harus begini, orangnya
displinlah. Enggak ada perubahan intonasi suara, cuma komunikasi nonverbalnya paling kontak mata beliau lah, selalu focus.
”
4.1.4 Penyajian Data 4.1.4.1 Hambatan saat pertama kali menjabat sebagai anggota Dewan
Berdasarkan hasil wawancara dengan lima informan, saat pertama kali menjabat sebagai anggota dewan, masing-masing informan memiliki hambatan
yang berbeda-beda dalam berkomunikasimenggunakan komunikasi verbalnya.
Tabel 4.1 Hambatan yang dialami saat pertama kali menjabat sebagai anggota Dewan.
Informan Hambatan yang dialami
Hj. Meilizar Latief, MM
Dulunya beliau berprofesi sebagai pegawai Bank, yang lebih banyak berhadapan dengan angka dan memiliki hasil akhir di
setiap harinya, sementara saat menjadi anggota dewan terdapat tenggang waktu, aspirasi masyarakat dan kepentingan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
politik serta diperhadapkan dengan lawan bicara yang berasal dari latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda
dari masing-masing orang, sehingga awalnya sedikit mengalami hambatan dalam berkomunikasi.
Siti Aminah br. Perangin-angin,
SE, MSP Saat pertama kali menjabat sebagai anggota dewan, beliau
merupakan satu-satunya anggota perempuan DPR di tanah Karo, sehingga saat terjun ke lapangan, anggota dewan laki-
laki sering marah dan merasa tidak nyaman akan kehadiran beliau. Menurut beliau, ia kerap sekali dianggap sebagai mata-
mata. Novitasari, SH
Berasal dari ruang lingkup pengusaha tentu mengalami perbedaan saat pertama menjabat sebagai anggota dewan,
namun baginya harus menyesuaikan dengan cara dan gaya masing-masing dari individu. Hanya dengan menyesuaikan
baginya tidaklah terlalu bermasalah. Rinawati
Sianturi, SH Tidak begitu mengalami kesulitan, baginya semua itu
tergantung pada diri sendiri, asal mengerti akan lembaga dan posisi sebagai perpanjangan partai, baginya komunikasi yang
terjalin sah-sah saja tidak mengalami kesulitan. Baginya kesulitan itu hanya sebatas perempuan dan laki-laki yang
harus menjaga etika, misalnya dalam hal bercanda jangan sampai melecehakan.
Jenny Riany Lucia Brutu, SH
Awal menjabat sebagai anggota dewan, beliau memang merasa canggung, namun setelah berjalan beberapa bulan
semuanya sudah berjalan biasa, beliau tidak lagi merasa kaku ataupun canggung, semuanya sudah berjalan biasa saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan lima informan, saat pertama kali menjabat sebagai anggota dewan lima informan ini mengaku mengalami
hambatan dalam menggunakan komunikasi verbalnya. Seperti yang diakui oleh informan pertama Ibu Meilizar Latief, beliau yang dulunya bekerja di Bank dan
setiap harinya berhadapan dengan angka, kini lebih banyak menggunakan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
komunikasi verbal dan berhadapan dengan masyarakat langsung. Pemicu lainnya adalah ketika banyaknya perbedaan latar belakang pendidikan dan pengalaman
yang berbeda dari setiap orang yang berada di lingkungan organisasinya sehingga komunikasi yang terjadi sering mengalami hambatan. Namun seiring berjalannya
waktu beliau mengaku sudah mulai terbiasa, sudah mulai beradaptasi dan semakin memahami bahwa sebenarnya pekerjaan politik itu indah.
Hambatan dalam berkomunikasi juga dialami oleh informan kedua Ibu Siti Aminah yang saat pertama menjabat sebagai anggota dewan dan beliau
adalah satu-satunya anggota perempuan, sehingga anggota dewan laki-laki sering merasa tidak nyaman akan kehadirannya yang menurutnya ia sering dianggap
sebagai mata-mata. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan terlebih lagi beliau sudah menjabat tiga periode, hambatan dalam komunikasi itu berangsur-angsur
hilang digantikan dengan rasa nyaman dan tidak canggung lagi. Perbedaan juga dirasakan oleh informan ketiga Ibu Novitasari yang latar belakangnya berasal
dari pengusaha, akan tetapi beliau mengatasinya dengan segera menyesuaikan diri dengan cara dan gaya masing-masing individu yang ada di lingkungan organisasi.
Sementara pada informan keempat Ibu Rinawati tidak begitu mengalami hambatan yang berarti, baginya cukup dengan memahami posisi serta tugasnya
sebagai perpanjangan partai, maka tidak terdapat kesulitan baik dalam berkomunikasi. Baginya yang perlu dijaga hanyalah etika berkomunikasi antara
laki-laki dan perempuan. Hampir memiliki kesamaan dengan informan kelima Ibu Jenny, ketika terjun ke dunia politik beliau mengaku hanya merasa
canggung di awalnya saja, namun semakin lama semakin terbiasa dan tidak lagi mengalami canggung atau kaku saat berkomunikasi di lingkungan organisasi.
Tabel 4.2 Penggunaan Komunikasi Verbal di Lingkungan Organisasi Informan
Penggunaan Komunikasi Verbal di Lingkungan Organisasi
Hj. Meilizar Latief, MM
Menggunakan bahasa Indonesia formal, namun dikarenakan berasal dari berbagai etnis suku yang mayoritasnya Tapanuli
Selatan, terkadang bahasa daerah juga muncul seperti beliau yang terkadang menggunakan bahasa daerah dengan sesama
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
rekannya yang berasal dari Padang. Namun bahasa Indonesia formal yang lebih mendominasi.
Siti Aminah br. Perangin-angin,
SE, MSP Baik itu bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah, keduanya
beliau gunakan tergantung siapa lawan bicaranya.
Novitasari, SH Menggunakan bahasa Indonesia formal terlebih saat
mengikuti rapat, tetapi saat berkumpul di luar jam rapat bersama anggota dewan yang lain, terkadang juga muncul
bahasa daerah. Rinawati
Sianturi, SH Menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dengan teman sesama
orang batak beliau menggunakan bahasa batak, dan walaupun hanya sedikit mengetahui bahasa jawa, tak jarang beliau juga
akan menggunakan bahasa jawa dengan teman suku jawa. Namun yang kerap sekali digunakan adalah bahasa Indonesia
formal dengan menyesuaikan instruksi di pemerintahan. Jenny Riany
Lucia Brutu, SH Lebih kepada bahasa Indonesia yang formal, tidak pernah lagi
menggunakan bahasa daerah. Terlebih lagi mereka sering bertemu di ruang rapat sehingga hanya menggunakan bahasa
Indonesia formal.
Dalam kesehariannya saat berkomunikasi di lingkungan organisasi, dalam penggunaan komunikasi verbal masing-masing informan menggunakan bahasa
Indonesia. Informan pertama yaitu Ibu Meilizar Latief dan Informan ketiga yaitu Ibu Novitasari saat berada di lingkungan organisasinya menggunakan bahasa
Indonesia yang formal terlebih saat mengikuti rapat, namun mereka mengaku ketika berada di luar suasana rapat dan berinteraksi dengan rekan-rekan yang lain
mereka tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia saja, tetapi kadang bahasa daerah juga muncul ketika mereka berinteraksi, namun bahasa Indonesia lebih
mendominasi dalam interaksi yang mereka lakukan dalam lingkungan organisasi. Sedikit berbeda dengan Ibu Meilizar dan Ibu Novitasari, informan kedua
Ibu Siti Aminah dan informan keempat Ibu Rinawati ketika berinteraksi di
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
lingkungan organisasi tetap memakai bahasa Indonesia yang formal, namun dalam penggunaan bahasa mereka lebih melihat kepada siapa lawan bicaranya, jika
mereka mengetahui dan memahami bahasa daerah lawan bicaranya mereka akan berinteraksi dengan menggunakan bahasa daerah. Seperti ibu Siti Aminah yang
akan menggunakan bahasa dearah batak Karo dan ibu Rinawati akan menggunakan bahasa daerah selagi ia tahu dan mampu dalam pengucapannya,
seperti bahasa daerah batak toba, dan bahasa jawa. Pada informan kelima yaitu Ibu Jenny Berutu, dalam kesehariannya
berkomunikasi di lingkungan organisasi beliau mengaku memakai bahasa Indonesia yang formal. Tidak seperti empat informan sebelumnya, beliau tidak
pernah lagi menggunakan bahasa daerah saat berinteraksi khususnya saat beliau berada di lingkungan organisasinya, hal ini beliau akui karena lebih banyak
melakukan pertemuan di ruang rapat sehingga hanya akan menggunakan bahasa Indonesia yang formal.
Tabel 4.3 Perubahan gaya berpakaian yang dialami sesudah menjadi anggota Dewan
Informan Perubahan gaya berpakaian setelah menjadi anggota
Dewan
Siti Aminah br. Perangin-angin,
SE, MSP Berbeda jauh karena dulunya beliau berprofesi sebagai
pengusaha kedai kopi yang bergabung dengan bapak-bapak dan siapa saja, sehingga tidak begitu memperhatikan
penampilannya. Setelah menjadi anggota DPR, beliau lebih memperhatikan kerapian dalam penampilannya. Baginya tidak
perlu terlalu mewah cukup dengan rapi saja. Rinawati
Sianturi, SH Baginya perubahan itu pasti ada, lebih rapi dan lebih sopan.
Seperti saat di lingkungan kantor, menurutnya tidak mungkin untuk memakai kaos ketat. Sama halnya saat ke masyarakat
yang akan melihat penampilannya, sehingga harus tetap terlihat rapi dan sopan serta tidak sembarangan dalam
berpakaian. Berbeda ketika berada di rumah, berpakaian lebih santai tidak masalah jika ingin memakai kaos ataupun daster.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jenny Riany Lucia Brutu, SH
Dulunya saat berprofesi sebagai notaris, beliau memakai rok agak pendek, tidak termasuk mini tetapi di atas lutut. Tetapi
ketika sudah menjadi anggota dewan, yang harus menerima demo dan berhubungan dengan banyak orang, beliau mulai
merasa risih dan tidak nyaman menggunakan rok pendek, sehingga beliau menggantinya dengan memakai rok di bawah
lutut.
Tabel 4.3 menjelaskan bagaimana perubahan yang dialami oleh tiga informan dalam hal berpenampilan sebelum dan sesudah menjadi anggota dewan.
Tabel 4.4 Tidak mengalami perubahan gaya berpakaian sebelum dan sesudah menjadi anggota Dewan
Informan Gaya berpakaian sebelum dan sesudah menjadi anggota
Dewan
Hj. Meilizar Latief, MM
Bukan tipekal yang memiliki banyak perubahan dalam berpakaian, meskipun trend busana muslim semakin
berkembang, namun beliau tetap dengan style formalnya baju muslim lengan panjang. Saat pergi ke pesta, terkadang hanya
mengganti celana dengan rok saja dan sesekali memakai rok saat ke kantor. Tidak pernah memakai baju kaos ataupun
celana jeans saat berada di luar rumah. Novitasari, SH
Sebelum dan sesudah menjadi anggota DPR, memiliki gaya berpakaian yang sama, setidaknya menyesuaikan diri dengan
ketika menghadiri acara formal memakai pakaian formal, pakai blazer, pakai rok atau celana panjang tergantung pada
situasi. Sementara berpakaian santai apabila acaranya terbilang santai. Baginya harus rapi dan sopan merupakan kata
kuncinya.
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa dua diantara lima informan tidak mengalami perubahan penampilan. Mereka masih memiliki gaya berpakaian yang sama dari
waktu ke waktu, sebelum dan sesudah menjadi anggota dewan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Penggunaan Komunikasi Nonverbal di Lingkungan Organisasi
Informan Penggunaan Komunikasi Nonverbal di Lingkungan
Organisasi
Hj. Meilizar Latief, MM
- Lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal
saat berada di kantor dan cenderung menggunakan gerakan tangan dalam mengemukakan pendapat saat
rapat berlangsung,
baginya hal
itu lebih
memperlihatkan sikap tegasnya. -
Saat memiliki masalah beliau mengaku akan mengalami perubahan pada ekspresi wajahnya, dan
terkadang mau terbawa dalam keluarga, beliau mengatasinya dengan memberi jeda waktu sebelum
pulang ke rumah dengan jalan-jalan atau berbelanja. Setelah merasa mendingan barulah beliau pulang ke
rumah. Karena baginya masalah di kantor jangan dicampur baurkan dengan keluarga.
- Kalau dalam ruang lingkup pekerjaan khususnya saat
di kantor, beliau mengaku pasti ada saat-saat dimana intonasi itu mengalami perubahan naik-turun. Terlebih
saat melakukan agenda rapat, untuk mengeluarkan pendapat maupun menegaskan suatu hal. Tetapi saat
ke masyarakat sedikit berbeda, harus memperhatikan dari mulai kata, intonasi, nada dan volume suara agar
mereka tetap nyaman dan tidak salah persepsi. Karena terkadang dari intonasi suara yang berbeda bisa
membuat persepsi yang berbeda-beda dari lawan bicara.
Siti Aminah br. Perangin-angin,
- Lebih banyak menggunakannya di kantor dan di
masyarakat, karena baginya saat berbicara dan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
SE, MSP menjelaskan sesuatu gerakan-gerakan tangan cukup
menunjang dalam artian gerakan tangan membantu untuk memaparkan apa yang ada dalam isi pikiran
untuk disampaikan pada lawan bicaranya. -
Saat memiliki masalah, beliau mengaku mengalami perubahan pada ekspresi wajah, namun saat ke
masyarakat harus tahu menempatkan diri, pintar-pintar untuk menutupinya. Baginya harus professional saat
bekerja, membedakan mana yang menjadi prioritas. Sama halnya saat kembali ke keluarga, jangan terlalu
memperlihatkan masalah yang ada semaksimal mungkin menjaga raut wajah agar tidak kelihatan.
- Penggunaan intonasi dan volume suara beliau
mengaku mengalir begitu saja tanpa harus diatur, hanya sesekali disaat menyatakan pendapat ada
penekanan-penekanan dalam
intonasi yang
dikeluarkan. Novitasari, SH
- Menurut beliau penggunaan komunikasi nonverbal
seperti gerakan tangan, menggelengkan kepala, ekspresi wajah tidak bisa diatur karena itu refleks
dimana saja dan kapan saja baik saat ke masyarakat saat di kantor ataupun di keluarga.
- Ketika memiliki masalah, beliau mengaku sedikit
berpengaruh pada ekspresi wajah namun beliau tidak membiarkanya
berlarut-larut dan
memikirkan bagaimana solusinya. Untuk mengatasinya beliau lebih
senang menceritakannya kepada kedua orangtuanya, jika membutuhkan solusi beliau akan memintanya.
- Dalam penggunaan intonasi lebih memperhatikan saat
ke masyarakat, harus menggunakan komunikasi dengan nada, intonasi yang baik, harus lebih hati-hati
dalam menggunakan dan memilih intonasi, karena
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
baginya tingkat kecerdasan masyarakat berbeda-beda dan tidak sembarangan dalam menaikkan volume dan
intonasi. Sementara saat di kantor, berbicara selayaknya
saja menggunakan
intonasi seperti
biasanya. Rinawati
Sianturi, SH -
Penggunaan komunikasi nonverbal tergantung situasi dan emosi. Saat kapan komunikasi nonverbal itu
keluar tidak bisa diatur, misalnya saat menjelaskan di masyarakat kadang spontan saja, ada gerakan-garakan
tangan dan tatapan. -
Saat sedang marah, beliau tidak menunjukkannya. Baginya itulah tugas anggota DPR harus bisa menjaga
ekspresinya, seorang politikus tidak boleh langsung marah, tidak boleh langsung terpancing ataupun down,
menyatakan pendapat dan menerangkan boleh namun tidak boleh marah.
- Saat ke masyarakat harus lebih halus, lebih ramah,
tidak boleh pakai intonasi yang kesannya tinggi. Sementara saat di kantor, tidak boleh marah hanya
boleh menerangkan saja, bedakan mana intonasi yang tegas mana yang marah.
Jenny Riany Lucia Brutu, SH
- Setiap berbicara beliau selalu memakai nonverbal
kontak mata baik dengan pimpinan, keluarga, masyarakat, atau siapapun beliau mengaku tidak
pernah mau tunduk agar tetap fokus. -
Seharusnya tidak boleh menunjukkan perubahan ekspresi saat sedang marah, tetapi beliau pernah
mengalami demo mahasiswa yang berlaku tidak sopan, saat itu beliau marah meskipun beliau tahu itu
seharusnya tidak boleh dilakukan. -
Kalau dalam pertemuan resmi harus pakai intonasi yang resmi, seperti saat reses ke masyarakat dalam
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
menampung masalah-masalah yang ada. Menurut beliau penggunaan nada dan volume saat berbicara
selalu ada perbedaan, tidak boleh datar harus ada penekanan saat berbicara dengan volume lebih kuat
atau volume datar serta harus melihat tanggapan audiens, ketika mereka apatis beliau akan menaikkan
intonasi suara.