Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara yang terlibat langsung. Dengan kata lain, ia berupaya mengerti dari sisi dalam realitas sosial Neuman, 2000. Paradigma interpretatif digunakan dalam penelitian ini karena paradigma ini menyatakan bahwa pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari- hari. Sehingga melalui paradigma interpretatif, peneliti dapat melihat bagaimana gaya komunikasi anggota DPRD perempuan Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini menekankan bagaimana gaya komunikasi verbal dan non verbal yang dilakukan anggota DPRD perempuan di Provinsi Sumatera Utara. Maka, untuk melihat hal tersebut, peneliti menggunakan cara pandang atau paradigma interpretatif sebagai bahan untuk melakukan penelitian.

2.2 Kajian Pustaka

.

2.2.1 Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” to make common. Istilah pertama communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, makna, atau suatu pesan dianut secara sama. Selain itu kata yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas Mulyana 2007: 46. Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut : ”Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect.” Dari paradigma tersebut Harold D.Laswell dalam Mulyana 2007: 69 mengatakan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu : 1. Komunikator: Pihak yang menyampaikan pesan dan informasi Dengan pengaruh bagaimana Dengan saluran apa Kepada siapa Mengatakan apa Siapa Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2. Pesan: Pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar, dan sebagainya. 3. Media: Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan berada jauh ataupun juga karena banyaknya jumlah maka diperlukan media sebagai penyampai pesan. 4. Komunikan: adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator 5. Efek : adalah dampak sebagai pengaruh pesan tersebut. Jadi berdasarkan paradigma Lasewell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Selain itu juga terdapat defenisi lain yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia bahwa : “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang mengkehendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan 1 membangun hubungan antar sesama manusia; 2 melalui pertukaran informasi; 3 untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta 4 berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu” Cangara, 2009:20. Everret M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa: “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” Defenisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D.Lawrence Kincaid sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” Cangara,2009:20. Rogers mencoba menspesifikasikan hakekat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi pesan, dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Defenisi komunikasi yang telah dipaparkan diperkuat juga dengan definisi lain, seperti definisi komunikasi menurut Shanon dan Weaver Cangara, 2009:20 yang menyebutkan bahwa komunikasi dapat juga diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain, dengan sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada komunikasi verbal saja, tetapi juga dalam ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Oleh karena itu, jika kita berada dalam situasi berkomunikasi, kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.

2.2.1.1 Gaya Komunikasi

Manusia mengucapkan atau menuliskan kata-kata untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang memotivasi, menyatakan belas kasihan, menyatakan kemarahan, menyatakan pesan agar suatu perintah cepat dikerjakan. Semua kombinasi ini adalah gaya komunikasi, gaya yang berperan untuk menentukan batas-batas tentang kenyataan dunia yang sedang dihadapi, tentang relasi dengan sesama tentang hubungan dengan suatu konsep tertentu. Keterampilan berkomunikasi melalui gaya komunikasi, mengisyaratkan kesadaran diri pada level yang tinggi. Setiap orang mempunyai gaya komunikasi yang bersifat personal, itu gaya khas seseorang waktu berkomunikasi. Norton 1983, Kirtley dan Weaver 1999 dalam Liliweri 2011: 309 mendefenisikan gaya komunikasi sebagai proses kognitif yang mengakumulasikan bentuk suatu konten agar dapat dinilai secara makro. Setiap gaya selalu merefleksikan bagaimana setiap orang menerima dirinya ketika dia berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, Raynes 2011 dalam Liliweri 2011: 309 juga memandang gaya komunikasi sebagai campuran unsur-unsur komunikasi lisan dan ilustratif. Pesan-pesan verbal individu yang digunakan untuk berkomunikasi diungkapkan dalam kata-kata tertentu yang mencirikan gaya komunikasi. Ini termasuk nada, volume atas semua pesan yang diucapkan. Para ahli komunikasi telah mengelompokkan beberapa tipe atau kategori gaya komunikasi Norton, 1983, dalam Liliweri, 2011:309, ke dalam sepuluh jenis: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. Gaya dominan dominan style,gaya seorang individu untuk mengontrol situasi sosial. b. Gaya dramatis dramatic style, gaya seorang individu yang selalu “hidup” ketika dia bercakap-cakap. c. Gaya kontroversial controversial style, gaya seseorang yang selalu berkomunikasi secara argumentatif atau cepat untuk menantang orang lain. d. Gaya animasi animated style,gaya seseorang yang berkomunikasi secara aktif dengan memakai bahasa nonverbal. e. Gaya berkesan impression style,gaya berkomunikasi yang merangsang orang lain sehingga mudah diingat, gaya yang sangat mengesankan. f. Gaya santai relaxed style,gaya seseorang yang berkomunikasi dengan tenang dan senang, penuh senyum dan tawa. g. Gaya atentif attentive style,gaya seseorang yang berkomunikasi dengan memberikan perhatian penuh kepada orang lain, bersikap simpati dan bahkan empati, mendengarkan orang lain dengan sungguh-sungguh. h. Gaya terbuka open style,gaya seseorang yang berkomunikasi secara terbuka yang ditunjukkan dalam tampilan jujur dan mungkin saja blakblakan. i. Gaya bersahabat friendly style,gaya komunikasi yang ditampilkan seseorang secara ramah, merasa dekat, selalu memberikan respomn positif, dan mendukung. j. Gaya yang tepat precise style,gaya yang tepat dimana komunikator meminta untuk membicarakan suatu konten yang tepat dan akurat dalam komunikasi lisan.

2.2.2 Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, entah lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar manusia. Melalui kata-kata, mereka mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan bertengkar. Dalam komunikasi verbal itu bahasa memegang peranan penting Hardjana, 2003: 22. Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain Hardjana, 2003: 23. Menurut Larry L. Barker dalam Mulyana, 2007:266, bahasa memiliki tiga fungsi : penamaan naming atau labeling, interaksi, dan transimisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi, menurut Barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Seseorang juga menerima informasi setiap hari, sejak bangun tidur hingga tidur kembali, dari orang lain, baik secara langsung atau tidak melalui media massa misalnya. Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan, kesitimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi. Tanpa bahasa seseorang tidak mungkin bertukar informasi, tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi Mulyana, 2007:267. Dalam mempelajari interaksi bahasa dan verbal, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan Devito, 1997:117, diantaranya : 1. Kata-kata kurang dapat menggantikan perasaan atau pikiran kompleks yang ingin kita komunikasikan. Oleh karenanya, kata-kata hanya dapat mendeteksi makna yang kita sampaikan. 2. Kata-kata hanyalah sebagian dari sistem komunikasi kita. Dalam komunikasi yang sesungguhnya kata-kata kita selalu disertai oleh perasaan nonverbal. Oleh karenanya, pesan-pesan kita merupakan kombinasi isyarat-isyarat verbal dan nonverbal, dan efektivitasnya bergantung pada bagaimana kedua macam isyarat ini dipadukan. 3. Bahasa adalah institusi sosial dari budaya kita dan mencerminkan budaya tersebut. Pandanglah bahasa dalam suatu konteks sosial, selalu mempertimbangkan implikasi sosial dari penggunaan bahasa. Pengetahuan terhadap isi pesan, sebagai contoh apabila materi pesan itu berisi inovasi informasi maupun teknologi , maka pesan yang disampaikan sebaiknya mengandung sesuatu cara yang dapat membantu masyarakat memecahkan masalah yang dihadapinya. Secara teknis isi pesan harus mudah dipahami secara verbal, agar cepat dikerjakan meskipun dalam skala kecil agar hasilnya dapat dirasakan.

2.2.2.1 Klasifikasi Komunikasi Verbal

a. Komunikasi verbal melalui tulisan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seorang berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal melalui lisan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dapat dilakukan secara langsung bertatap muka antara komunikator dengan komunikan, seperti berpidato atau ceramah. Selain itu juga, komunikasi verbal melalui lisan dapat juga dilakukan dengan menggunakan media, contoh seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. b. Komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.

2.2.3 Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komunikasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan Hardjana 2003:26. Komunikasi nonverbal pastilah merupakan kata yang sedang popular saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, sosok tubuh, penggunaan jarak ruang, kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheningan. Kita ingin belajar bagaimana “membaca seseorang seperti sebuah buku”, Nierenberg Calero, 1971, dalam Devito 2011:193. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode nonverbal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk , antara lain Cangara, 2006:101- 110:

a. Kinesics

Dokumen yang terkait

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

6 66 112

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 16

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 2 2

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 8

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 17

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 3

Gaya Komunikasi Anggota DPRD (Studi Kasus Gaya Komunikasi Verbal dan Nonverbal Anggota DPRD Perempuan di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 41

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 1 11

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Gaya Komunikasi Pada Mahasiswa Hedonisme (Studi Deskripstif Kualitatif Tentang Gaya Komunikasi Verbal & Nonverbal Pada Mahasiswa Hedonisme di Universitas Sumatera Utara)

0 0 8