Keterbatasan dan Keunggulan Analisis Rasio Jenis-jenis Rasio Keuangan

21

2.2.3 Keterbatasan dan Keunggulan Analisis Rasio

Analisis rasio sangat berguna untuk investigasi lebih lanjut karena setiap angka rasio yang diperoleh dari setiap pos memiliki kaitan dan hubungan secara ekonomis. Namun demikian, analisis rasio juga memiliki beberapa keterbatasan dalam menganalisis suatu laporan keuangan. Menurut Sjahrial dan Djahotman 2013 : 36, keterbatasan analisis rasio antara lain: a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. b. Jika ada dua atau lebih perusahaan yang dibandingkan tetapi teknik dan standar akuntansi yang dipakai berbeda, maka dipastikan tidak tepat analisis rasionya. c. Jika data yang tersedia tidak sinkron ataupun tidak tersedia, maka sulit untuk menghitung rasio. Sedangkan keunggulan analisis rasio dibanding dengan analisis lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Harahap 2013 : 298 yaitu: a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan; b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit; c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain; d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi Z-score; e. Menstandarisir size perusahaan; f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time series” g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara 22

2.2.4 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Rasio-rasio keuangan umumnya yang biasa digunakan dalam melakukan analisis laporan keuangan sangatlah banyak jenisnya. Analisis yang digunakan harus sesuai untuk memahami suatu perusahaan. Menurut Van Horne dan Wachowicz, JR 2005 : 204, rasio keuangan umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas dua jenis, yaitu: Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat.Rasio-rasio ini disebut rasio neraca balance sheet ratio, karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi income statement ratio . Enekwe, Okwo, dan Ordu 2013 : 107 menyatakan: “the successful selection and use of appropriate financial ratio is one of the key elements of firm’s financial strategy”. Rasio keuangan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah salah satu dari masing-masing rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. 1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur sebarapa likuid suatu perusahaan. Likuiditas merupakan suatu indikator atas kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Universitas Sumatera Utara 23 Dengan demikian, rasio likuiditas juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam mengubah aktiva lancar tertentu menjadi kas. Berdasarkan keterangan diatas, dapat kita ketahui bahwa dasar perhitungan rasio likuidias dapat diperoleh dari aktiva lancar dibandingkan dengan kewajiban lancarnya. Semakin besar perbandingan dari aktiva lancar dengan kewajiban lancarnya, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas yang menjadi fokus peneliti dalam menganalisis rasio keuangan dengan pertumbuhan laba adalah dengan menggunakan Working Capital to Total Asset WCTA. WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio WCTA merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurang dengan hutang lancar terhadap aktiva. WCTA yang semakin tinggi menunjukkan jumlah modal operasional pada perusahaan semakin besar dibandingkan dengan jumlah aktivanya. Artinya, rasio ini digunakan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan terlindungi dari masalah likuiditas, dimana saat perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup dan tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo. Secara umum, menurut Sjahrial dan Purba 2013 : 71 menyatakan bahwa “sumber dana modal kerja adalah penjualan aktiva tetap dan Universitas Sumatera Utara 24 investasi jangka panjang, penjualan ekuitas saham dan utang obligasi, laba bersih setelah pajak, dan penyusutan atau depresiasi aktiva tetap”. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara penjualan dan modal kerja. Semakin tinggi kenaikan volume penjualan, maka investasi dalam persediaan dan piutang akan mengalami peningkatan juga dan hal tersebut akan meningkatkan modal kerja. WCTA dipergunakan untuk memperlihatkan kelebihan aktiva lancar dibandingkan dengan hutang lancar. Rasio WCTA yang rendah akan memperlihatkan tingkat likuiditas yang rendah, sedangkan perusahaan yang sehat tentu harus memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. 2. Rasio Solvabilitas Leverage Ratio Setiap perusahaan memiliki beberapa sumber dana, baik yang diperoleh dari pinjaman maupun dari modal sendiri. Diperlukan salah satunya alat analisis guna mempertimbangkan untuk menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman, seperti rasio solvabilitas. Menurut Kasmir 2009 : 151 menyatakan “rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang”. Artinya, seberapa besar beban kewajiban yang harus ditanggung suatu perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dibandingkan dengan aktivanya. Universitas Sumatera Utara 25 Rasio solvabilitas yang menjadi fokus peneliti dalam menganalisis rasio keuangan dengan pertumbuhan laba adalah dengan menggunakan Debt to Equity Ratio DER. DER dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio DER merupakan rasio untuk mengukur dan menilai sejauh mana suatu perusahaan menggunakan uang yang berasal dari pinjaman. Rasio DER diukur dengan membagi total hutang perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terhadap ekuitas yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Menurut Harahap 2013 : 303 menyatakan bahwa “rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi”. Hal tersebut berarti, semakin besar DER suatu perusahaan maka semakin rendah pula pendanaan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya, dan akan menimbulkan risiko perusahaan yang cukup tinggi, sehingga akan menyebabkan investasi dan harga saham suatu perusahaan akan menurun pula. Secara umum, pihak kreditur lebih suka apabila jika rasio DER rendah. Semakin rendah rasio ini, hal itu berarti para pemegang saham akan semakin tinggi dalam hal pendanaan pada perusahannya dan akan semakin Universitas Sumatera Utara 26 besar pula perlindungan bagi kreditur apabila terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar. Penggunaan rasio DER akan berbeda pada setiap perusahaan, tergantung pada sifat bisnis dan variabilitas itu sendiri, contohnya perusahaan listrik, dengan arus kas yang sangat stabil tentu akan memiliki debt to equity ratio yang lebih besar daripada perusahaan yang menggunakan peralatan mesin pabrik, yang arus kasnya tidak stabil. 3. Rasio Aktivitas Activity Ratio Rasio aktivitas yang disebut sebagai rasio efisensi atau perputaran, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktivanya. Aspek yang terdapat dalam analisis aktivitas sangatlah berhubungan dengan analisis likuiditas. Dengan kata lain, rasio aktivitas mengukur keefesienan dan keefektifan suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh penghasilan dari penjualan. Hasil dari pengukuran aktivitas ini, tidak hanya mengukur tinggi rendahnya rasio yang digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu perusahaan, akan tetapi hal ini juga akan dapat diketahui berbagai hal mengenai aktivitas suatu perusahaan juga mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam menjalankan perusahaan, apakah telah mencapai target atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Rasio aktivitas ini juga digunakan untuk mengukur beberapa hal, seperti hari rata-rata persediaan yang tersimpan di gudang, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap Universitas Sumatera Utara 27 dalam satu periode, penggunaan seluruh aktiva terhadap penjualan dan rasio lainnya. Hasil perhitungan rasio aktivitas dinyatakan dalam berapa kali dan atau beberapa hari. Rasio aktivitas yang menjadi fokus peneliti dalam menganalisis rasio keuangan dengan pertumbuhan laba adalah dengan menggunakan Inventory Turnover ITO. ITO dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio ITO merupakan rasio yang digunakan agar dapat membantu menentukan seberapa efektifnya perusahaan mengelola persediaannya dan mengukur berapa kali perputaran dana yang ditanam dalam persediaan dalam suatu periode tertentu. Persediaan termasuk dalam aset lancar, menurut PSAK 14, persediaan adalah aset: - yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa - dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau - dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Rasio ITO diukur dengan membandingkan jumlah harga pokok penjualan dengan jumlah persediaan atau merupakan nilai rata-rata. Umumnya, semakin tinggi perputaran piutang, hal tersebut menandakan semakin efesien manajemen persediaan perusahaan dan semakin likuid persediaan. Universitas Sumatera Utara 28 Sedangkan, perputaran yang relatif rendah atau pelan menandakan barang dalam persediaan berlebih, jarang digunakan atau tidak terpakai dalam persediaan. Emekekwue 2005 menyatakan “stock turnover ratio seeks to identify the leght of time that stock is held as inventory before it is converted to cash ”. Oleh karena itu, rasio ITO membantu untuk menghitung perputaran dan menyelidiki lebih jauh apabila terjadi ketidakefesienan dalam manajemen persediaan, yang mungkin menunjukkan kelebihan investasi dalam berbagai komponen tertentu persediaan. 4. Rasio Profitabilitas Profitability Ratio Kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba tergantung pada seberapa besar efektivitas dan efesiensi dari kegiatan operasional dan sumber daya yang tersedia. Rasio Profitabilitas, menitikberatkan pada hubungan antara hasil kegiatan operasi yang ada dalam perusahaan seperti di dalam laporan laba rugi dengan sumber daya yang tersedia bagi perusahaan seperti yang dilaporkan dalam neraca. Menurut Harahap 2013 : 304, “rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Intinya adalah rasio profitabilitas ini digunakan untuk menunjukkan efesiensi perusahaan”. Universitas Sumatera Utara 29 Rasio profitabilitas yang menjadi fokus peneliti dalam menganalisis rasio keuangan dengan pertumbuhan laba adalah dengan menggunakan Net Profit Margin NPM. NPM dapat dirumuskan sebagai berikut: Rasio NPM atau margin laba bersih merupakan rasio yang mengukur seberapa baik perusahaan memperoleh keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak, dan penjualan selama tahun tersebut. Hasil dari rasio NPM akan menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan dari setiap hasil penjualan. Semakin besar rasio ini, berarti semakin baik operasi suatu perusahaan, karena dianggap memiliki kemampuan dalam mendapatkan laba yang cukup tinggi dalam perusahaan. 2.3 Pertumbuhan Laba 2.3.1 Pengertian Pertumbuhan Laba

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

1 36 101

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI

13 118 97

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Jasa Di Bursa Efek Jakarta

8 60 69

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Capital Gain dengan Pertumbuhan Laba sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Properti &Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2012-2014

7 32 131

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 92

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL DAN UKURAN BANK, KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2005 2007

0 3 102

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014.

0 3 13

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014.

0 2 15

Pengaruh Pertumbuhan Rasio Keuangan, Pertumbuhan Ukuran Perusahaan dan Good Corporate Governance Terhadap Pertumbuhan Laba Kotor Dengan Pertumbuhan Penjualan Sebagai Variabel Pemoderasi

0 0 15

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PERTUMBUHAN ASET DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN INDUSTRI SUBSEKTOR PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2016

0 0 20