Hasil Periksa Tempat Kerja Inspeksi K3 Hambatan Manajemen dalam Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3. Pengaliran Lateks ke Blending Tank Setelah selesai diolah di separator, cenex dialirkan ke blending tank. Pada blending tank tersebut diadakan penambahan Lauric acid LA serta gas NH3 Amonia. Pekerja selalu kebiasaan tidak menggunakan APD lengkap saat bekerja, mereka hanya menggunakan sepatu karet. Pada saat penamabahan ammonia ini APD yang perlu digunakan adalah kacamata, sarung tangan dan respirator mengingat bahan kimia ammonia target organ nya adalah kulit, saluran pernafasan dan mata. Oleh karena itu pada kegiatan ini dikategoriakn moderate risk karena keparahan yang ditimbulkannya dapat menimbulkan cidera sedang dan perlu penanganan medis yang tepat.

5.2 Hasil Periksa Tempat Kerja Inspeksi K3

Inspeksi K3 yaitu identifikasi dan pengamatan terhadap kondisi peralatan, lingkungan kerja, prosedur kerja, dan perilaku pekerja di tempat kerja. Berikut hasil inspeksi di tempat kerja proses pembuatan lateks pekat centrifuged latekscenex : 1.Kebisingan di tempat kerja cenex masih dalam nilai ambang batas yaitu 73,6 dBA dibagian operator dan 83,7 dbA di bagian mesin separator. 2.Penerangan sudah cukup sesuai standar. 3.Alat pemadam tersedia dalam kondisi lengkap dan baik. Universitas Sumatera Utara Namun terdapat beberapa permasalahan berupa tindakan tidak aman unsafe action dan kondisi tidak aman unsafe condition yang membutuhkan perbaikan oleh P2K3 di PT. Bakrie Sumatera Plantations,Tbk antara lain: 1. Tindakan tidak aman unsafe action para pekerja antara lain: a. Ketidakpatuhan pekerja dalam memakai Alat Pelindung Diri APD. b. Sikap pekerja yang kurang serius misalnya bekerja sambil merokok. c. Masih ada pekerja yang tidak mematuhi symbolrambu-rambu pada setiap ruangan. 2. Kondisi tidak aman unsafe condition di PT.BSP,Tbk antara lain : a. Di dalam ruang produksi lantai masih licin karena lantai yang selalu basah akibat dari pencucian bowl disk. b. Tangga di tempat kerja yang terlalu curam dan kecil. c. Tempat kerja yang bau lateks dan NH3 karena kurangnya ventilasi.

5.3 Hambatan Manajemen dalam Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kendala utama yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terdapat pada buruh yang bekerja mengingat karakteristik pekerja dengan kategori pendidikan rendah membuat tantangan tersendiri bagi pihak manajemen terkhusus departemen HSE untuk menanamkan budaya keselamatan kerja. Pemahaman dan pengetahuan pekerja yang sangat minim mengenai risiko bahaya pekerjaan serat kesadaran akan keselamatan diri sendiri dalam bekerja menjadi poin penting untuk diperhatikan. Hal ini terjadi Universitas Sumatera Utara karena Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan hal yang baru bagi mereka sehingga membutuhkan waktu untuk menanamkan pemahaman tentang keselamatan kerja serta menjadikannya sebagai budaya keselamatan kerja. Menurut Dupont, budaya K3 adalah sebuah hasil dari nilai-nilai, persepsi, perhatian, kompetensi dan pola-pola perilaku individudan grup yang menunjukkan komitmen, cara, dan kemampuan dari sebuah manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dari sebuah organisasi. Singkatnya, budaya K3 ini mencerminkan tingkat keselamatan kerja seseorang ketika tidak ada orang yang mengawasi. Menurut Nusantara 2012 salah satu hambatan dalam menciptakan budaya keselamatan kerja tidak lain adalah hambatan social budaya, ini artinya budaya keselamatan di Indonesia masih kurang ditandai dengan adanya kesenjangan social budaya dalam bentuk rendahnya disiplin dan kesadaran masyarakat dalam masalah keselamatan kerja, perilaku masyarakat yang belum sepenuhnya mengerti terhadap bahaya-bahaya yang terdapat dalam industri dengan teknologi canggih serta belum adanya budaya mengutamakan keselamatan di dalam masyarakat atau pekerja. Universitas Sumatera Utara 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi Di Plant 6 dan 11 Field Citeureup PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tahun 2013

13 92 267

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN BAHAYA PERMESINAN DENGAN PENDEKATAN HIRA (HAZARD IDENTIFICATION IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN BAHAYA PERMESINAN DENGAN PENDEKATAN HIRA (HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT).

0 2 13

Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

13 59 174

Hazard Identification Risk Assessment And Control.

1 2 24

PENDAHULUAN Evaluasi Penilaian Risiko Pekerja Dengan Menggunakan Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) Dan Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control(Hirarc) (Studi Kasus: PT. Aneka Adhilogam Karya).

0 3 7

Penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) Di PT. X | Irawan | Jurnal Titra 2964 5520 1 SM

0 0 4

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 11

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 1

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 10

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 2 27