Proses Kerja Pengolahan Cenex Centrifuge Latex

8. Pengukuran cholinesterase dalam darah 4.2 Proses Kerja Pengolahan Cenex Centrifuged Latex 4.2.1 Bahan yang digunakan Bahan baku yang digunakan adalah lateks kebun dan bahan tambahan sebagai berikut:  Kadar ammonia NH3 adalah 0,78 OTW On Total Weight.  DAP Diammonium Phospat Solution 14 sebanyak 1,3 kgton lateks untuk menurunkan kadar non karet seperti magnesium dan kapur serta air.  TZ Tizen Dispersion solution 50 sebanyak 0,5kgton berat bersih lateks kebun lateks untuk mencegah bakteri berkembang.  Lauric Acid LA solution 10 sebanyak 2cckg concentrated latex. Hasil dari produk yang dihasilkan oleh pabrik lateks pekat yaitu Concentrated Latex NC405 dan NC411.

4.2.2 Proses Kerja Pengolahan Cenex Centrifuge Latex

Kegiatan pembuatan lateks pekat Centrifuged LatexCenex di PT. Bakrie Sumatera Plantations,Tbk memiliki tahapan proses sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan a. Pencucian Botol Sampel

Botol yang digunakan untuk mengambil sampel lateks terlebih dahulu di cuci dan dikeringkan sebelum digunakan yang selanjutnya sampel akan dibawa ke laboratorium. Botol sampel yang dicuci setiap harinya berjumlah 20-30 botol. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Pekerja saat mencuci botol sampel b. Pembersihan Receiving Tank, LantaiArea Kerja Pembersihan area kerja dilakukan setiap pagi sebelum lateks kebun datang pada siang hari. Kegiatan pembersihan terdiri dari pembersihan pipaselang, cuci receiving tank, cuci lantai dan cuci talang. c. Pelarutan Bahan Kimia Bahan kimia yang dilarutkan yaitu DAP Diammonium Phospat Solution 10 ,TZ Dispersion solution 50 dan Lauric Acid dengan cara mencampurkan air dan bubuk kimia dimasukan kedalam wadah yang kemudian akan diaduk oleh mesin. Pelarutan bahan kimia dilakukan sesuai dengan kebutuhan lateks kebun yang akan diproduksi. Universitas Sumatera Utara

2. Penerimaan Bahan Baku LateksLateks Kebun

a. Penimbangan dan Pengambilan Sampel Lateks yang diangkut dari kebun ke pabrik dengan menggunakan truck tank sesampainya di pabrik dilakukan penimbangan dengan menggunakan timbangan digital yang berkapasitas 20 ton untuk mengetahui berapa ton yang dibawa dari kebun ke pabrik. Kemudian diambil sampelnya untuk mengetahui persen DRC-nya Dry Rubber Content. b. Pembongkaran Lateks Kemudian lateks dialirkan ke dalam Receiving Tank RT yang berjumlah 4 buah dengan kapasitas masing-masing 40 ton. Pengaliran lateks dengan cara memasangkan pipa dari truk tangki yang dihubungkan ke RT. Di truk tangki bagian belakang di pasang pipa yang akan mengalirkan tekanan udara sehingga lateks dapat mengalir di pipa pengaliran ke RT. Resiko yang dapat terjadi pada saat pengaliran lateks ke RT adalah cedera, patah tulang akibat terjatuh dari truk tangki pada saat pemasangan selang tekanan udara, terluka akibat tertimpa pipa, patah tulang akibat terjepit ban belakang truk pada saat mengganjal ban belakang truk dan meledaknya mesin compressor. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Proses pengaliran lateks dari truck tangki ke Receiving Tank.

3. Pengolahan di Pabrik

a. Penambahan Larutan Kimia ke RT Di dalam RT ini lateks di tambahkan asam laurat sebanyak 0,5 ccton dan DAP Diammonium Phospat 1,3 kgton dan Lauric Acid LA solution 10 sebanyak 2cckg concentrated latex. Resiko yang dapat terjadi pada saat penambahan bahan kimia di receiving tank adalah iritasi, keracunan akibat terpajan bahan kimia dan cedera akibat terjatuh dari bak receiving tank. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Pekerja menambahkan zat kimia ke Receiving Tank Kemudian lateks tersebut diendapkan selama 2 jam di dalam receiving tank. Setelah diendapkan selama 2 jam untuk menurunkan kadar Magnesium, kapur dan air, lateks kemudian dialirkan melalui float resulted ke separator. b. Pengolahan Lateks dengan Mesin Separator Di dalam separator, lateks diolah selama ± 2 ½ jam. Separator yang digunakan berjumlah 23 buah dengan 2 buah sebagai cadangan. Separator yang digunakan mempunyai kapasitas 300-320 kgjam berputar dengan kecepatan tinggi yakni, 7200 rpm. Alat separator ini berfungsi untuk memisahkan lateks kebun dari kotoran dan material lain dengan menggunakan gaya sentrifugal. Sehingga lateks yang diperoleh menjadi lebih pekat konsentrasi tinggi. Resiko Universitas Sumatera Utara yang dapat terjadi pada saat pengoperasian mesin separator adalah, cedera akibat terjadinya pecah body mesin dan lantai yang licin karena pencucian lantai yang selalu dilakukan. Gambar 4.4 Mesin Separator c. Pencucian Blow Disk Untuk mengendalikan persen konsetrasi digunakan skim screw. Skim screw pada separator berfungsi sebagai pengaturan persen konsentrasi lateks. Dimana skim screw yang pendek akan menghasilkan persen konsentrasi yang lebih tinggi begitu juga sebaliknya. Fraksi karet yang telah terbentuk disebut dengan concentrated lateks cenex yang berada pada lapisan atas di dalam bowl pada separator dan akan mengalir ke corong cenex dan dialirkan ke blending tank dan akhirnya masuk ke dalam blow case. Fraksi skim yang berada di lapisan bawah bowl akan mengalir ke corong skim dan kemudian kita alirkan ke dalam bak skim. Sedangkan padatan non karet yang disebut dengan sludge kapur Universitas Sumatera Utara terperangkap didalam ruangan distributor. Kemudian bowl tersebut harus dibersihkan setiap 2,5 jam operasi. Resiko yang dapat terjadi pada saat pencucian bowl disk adalah luka gores akibat terkena bowl disk dan iritasi kulit akibat terpajan bahan kimia pada tangan. Gambar 4.5 Pekerja saat mencuci bowl disk d. Pengaliran ke Blending Tank Setelah selesai diolah di separator, cenex dialirkan ke blending tank. Pada blending tank tersebut diadakan penambahan chemical yaitu Lauric acid LA solution 10 sebanyak 2cckg concentrated latex serta penambahan gas NH3 Amonia berkisar antara 0,70-0,84 on total weight bergantung kepada kebutuhan amoniak terakhirnya. Resiko yang terjadi adalah gangguan fungsi paru, iritasi akibat emisi gas NH3. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6 Blending Tank e. Penyimpanan Sementara di Blow Case Setelah ditambahkan semuanya, maka lateks pekat tadi dialirkan kedalam blow case. Lateks di blow case selama kurang lebih 8 jam. Dimana bertujuan untuk menimbulkan lateks dan meratakan lateks agar kadar DRC Dry Rubber Content dan TSC Total Solid Content nya seimbang begitu juga dengan kadar ammoniaknya. Dan juga dilihat apakah lateks tersebut masih encer atau sudah kental, atau terlalu encer apa tidak, kalau masih terlalu encer maka ditambah lagi dengan bahan pengendapnya, atau kalau terlalu kental maka akan ditambahi lagi ammonia solution agar lateks tersebut tidak begitu kental. Kadar karetnya harus minimal 60 dan kadar airnya minimal 40, tidak berbau busuk, tidak berwarna biru atau abu-abu. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Blow Case Kemudian lateks tersebut dikirimkan tank yang berjumlah 3 buah dengan kapasitas ±100 ton. Apabila storage tank telah penuh maka lateks tersebut akan dikirim ke tangki penimbunan yang terdapat di Belawan. Gambar 4.8 Tangki Storage Universitas Sumatera Utara

4. Spesifikasi Peralatan yang Digunakan di Pabrik Cenex.

1. Receiving Tank Fungsi : Untuk menampung lateks lapangan yang telah ditimbang sebelum dialirkan ke separator, berfungsi sebagai tempat pengendapan. Jumlah : 4 Unit Kapasitas : 40 ton Bahan : Dinding Semen Dimensi : 630 cm x 315 cm x 220 cm 2. Kompresor Fungsi : Untuk memompa lateks dari NGRR menuju receiving tank RT Jumlah : 1 unit 3. Centrifuge Separator Fungsi : Untuk proses pemekatan lateks kebun menjadi lateks pekat Jumlah : 23 unit 9 unit Alva laval. 14 unit Westfalia Tabel 4.2 Spesifikasi Centrifuged Seperator No Spesifikasi Keterangan Keterangan 1 Merek Alva laval Westfalia 2 Jumlah Bowl 112-115 120-125 3 Kapasitas 320 ltrjam 300-320 literjam 4 Daya 15 HP11 KW 15 HP11 KW 5 Tegangan 380 V 380 V 6 Arus 15 A 15 A 7 Putaran 7200 rpm 7200 rpm 4. Blending tank Fungsi : Untuk tempat pencampuran dalam penambahan Amoniak dan asam laurat ke dalam lateks pekat. Universitas Sumatera Utara 5. Blow case Fungsi : Untuk meratakan TSC dan DRC dari lateks pekat sebelum di kirim ke Storage tank Kapasitas : 16 ton Jumlah : 2 unit 6. Storage Tank Fungsi : Untuk menyimpan lateks pekat sebelum dibawadipindahkan ke Belawan dengan NGGR Kapasitas : 100 ton Jumlah : 3 unit

4.3 Identifikasi Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko Pada Proses Pembuatan Lateks Pekat

Dokumen yang terkait

Analisis Risiko Keselamatan Kerja Dengan Metode HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) Pada Alat Suspension Preheater Bagian Produksi Di Plant 6 dan 11 Field Citeureup PT. Indocement Tunggal Prakarsa,Tahun 2013

13 92 267

IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN BAHAYA PERMESINAN DENGAN PENDEKATAN HIRA (HAZARD IDENTIFICATION IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN BAHAYA PERMESINAN DENGAN PENDEKATAN HIRA (HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT).

0 2 13

Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

13 59 174

Hazard Identification Risk Assessment And Control.

1 2 24

PENDAHULUAN Evaluasi Penilaian Risiko Pekerja Dengan Menggunakan Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) Dan Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control(Hirarc) (Studi Kasus: PT. Aneka Adhilogam Karya).

0 3 7

Penyusunan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) Di PT. X | Irawan | Jurnal Titra 2964 5520 1 SM

0 0 4

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 11

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 1

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 0 10

Analisis Risiko Kesetan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

0 2 27