Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop
(2)
Pedoman Wawancara Identitas informan
Nama lengkap : __________________________________ Usia : __________________________________ Stasiun Kerja : __________________________________ 1. Pertanyaan general
a. Jelaskan secara singkat, tahapan pekerjaan apa yang dilakukan?
……… ………...……… ………...
b. Apa yang anda ketahui terkait bahaya dan risiko dalam pekerjaan?
……… ………...……… ………...
c. Apakah anda mengetahui bahaya dan risiko apa saja yang terdapat dalam pekerjaan anda?
……… ………...……… ………...
d. Apakah anda mengetahui bahaya dan risiko apa saja yang ada disekeliling area kerja anda?
……… ………...……… ………...
(3)
e. Pengendalian apa yang sudah anda atau perusahaan lakukan?
……… ………...……… ………...
2. Pertanyaan terkait Probability
a. Apakah ada prosedur atau intruksi kerja untuk pekerjaan yang dilakukan? ……… ………...……… ………...
b. Apakah semua langkah kerja yang dilakukan tercantum dalam instruksi kerja yang ada?
……… ………...……… ………...
c. Apakah instruksi kerja sudah dilakukan dengan benar?
……… ………...……… ………...
d. Apakah anda dan pekerja lain tahu terkait keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan kegiatan kerja sehari-hari?
……… ………...……… ………...
(4)
e. Apakah pernah mendapatkan pelatihan atau pendidikan terkait K3 dalam melaksanakan kegiatan kerja?
……… ………...……… ………...
f. Apakah paham atau mengerti terkait bahaya dan risiko apa saja dalam melaksanakan pekerjaan?
……… ………...……… ………...
g. Menurut pemahaman anda apakah pekerjaan yang anda lakukan sudah memenuhi aspek K3?
……… ………...……… ………...
h. Dalam melakasanakan pekerjaan, fasilitas atau peralatan apa saja yang digunakan?
……… ………...……… ………...
(5)
……… ………...……… ………...
j. Apakah peralatan yang digunakan dalam keadaan baik?
……… ………...……… ………...
k. Apakah ada safety sign di wilayah pekerjaan? Sebutkan apa saja?
……… ………...……… ………...
l. Apakah dalam melaksanakan pekerjaan disediakan alat pelindung diri? Sebutkan?
……… ………...……… ………...
m. Apakah mengetahui fungsi dan cara pemakaian apd yang ada pada pekerjaan?
……… ………...……… ………...
(6)
……… ………...……… ………...
3. Pertanyaan terkait exposure
a. Apakah pekerjaan ini termasuk pekerjaan yang rutin dilakukan?
……… ………...……… ………...
b. Berapa kali/lama melakukan pekerjaan setiap harinya? (berapa jam dalam sehari, berapa kali dalam sehari atau berapa kali salam seminggu)
……… ………...……… ………...
c. Bagaimana frekuensi kontak dengan bahaya yang ada ditempat kerja? ……… ………...……… ………...
4. Pertanyaan terkait consequence
a. Apa saja keluhan/dampak dari pekerjaan yang dilakukan?
……… ………...……… ………...
(7)
b. Apakah di area kerja pernah terjadi insiden atau kecelakaan kerja?
……… ………...……… ………...
c. Apakah anda pernah mengalami insiden atau kecelakaan kerja atau hampir mengalami kecelakaan kerja?
……… ………...……… ………...
d. Apakah pernah mengalami sakit akibat pekerjaan yang anda lakukan? ……… ………...……… ………...
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
DAFTAR PUSTAKA
All Hazards Risk Assessment Methodology Guidelines 2012-2013. Public Safety Canada.Pdf. 2012.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
Australian Satandard/New Zealand Standard 4360:2004. Risk Management. 2004.
Deshmukh, L. M. Industrial Safety Management: Hazard Identification and Risk Control, Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited. 2006.
Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC).Department of Occupational Safety and Health. Malaysia. 2008.
Gusani, Dela Aptika. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Penyamakan Kulit X. Naskah Publikasi Ilmiah Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia Depok. 2012.
Pratama, Mebrial Dita. Evaluasi Penilaian Risiko Pekerja dengan Menggunakan Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) dan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) Studi Kasus: PT.Aneka Adhilogam karya. Naskah Publikasi Ilmiah Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.
(23)
Soehatman, Ramli. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Dian Rakyat. Jakarta. 2010.
Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.Jakarta : CV Haji Masagung. 1984.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.Tentang : “Keselamatan Kerja”.
Wijaya, et al. Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Metode HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Titra, Vol 3, No 1, pp. 29-34. 2015.
Wildan Zamani, Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning 1 Menggunakan Metode HIRARC di PT. Sinar Pantja Djaja. Journal of public Health 3 (1).Universitas Negeri Semarang. 2014.
(24)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Bahaya
Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti, lingkungan atau kombinasinya. Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situsasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap manusia.
Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.Oleh kareana itu, diperlukan pengendalian yang tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan.
3.2. Jenis-Jenis Bahaya1
Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita.Bahaya-bahaya itu dapat menyebabakan kecelakaan. Jenis-jenis kita.Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
1
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
(25)
Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka (injury), cacat hingga kematian serta kerusakan properti.Dampak yang ditimbulkan bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan kerja diklasifikasikan menjadi:
a. Bahaya Mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terpotong, terjatuh, terjepit, dan terpeleset.
b. Bahaya Elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan hubungan singkat atau arus pendek.
c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari bahan kimia yang bersifat flammable dan explosive.
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.Dampak yang ditimbulkan bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Bahaya Fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu ekstrim dan pencahayaan.
b. Bahaya Kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti keracunan dan iritasi.
(26)
c. Bahaya Biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup seperti bakteri, virus, dan jamur.
d. Bahaya Ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur janggal, dan repetitive movement.
e. Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.
3.3. Risiko2
Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences. Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi. Formula yang digunakan dalam melakukan perhitungan risiko adalah:
2
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004, Risk Managemnt Guideline. Risk = Probability x Exposure x Consequences
Risiko merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan dirugikan atau mengalami gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini juga termasuk properti atau kehilangan peralatan.
(27)
3.4. Jenis-Jenis Risiko3
Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain :
1. Risiko keuangan (financial risk)
Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai resiko financial yang berkaitan dengan aspek keuangan.Ada berbagai resiko financial seperti piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.
2. Risiko pasar (market risk)
Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi atau digunakan secara luas oleh masyarakat.Setiap perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.Perusahaan wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman bagi konsumen.Dalam Undang-undang No.8 tahun 1986 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk (product safety atau product liability).
3
Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.
(28)
3. Risiko alam (natural risk)
Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi.Disamping korban jiwa, bencana alam juga mengakibatkan kerugaian material yang sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan yang lama.
4. Risiko operasional
Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai resiko untuk mengalami kerugian.Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain :
a. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam operasi perusahaan.Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk menerima seseorang bekerja.Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan sosial yang diwajibkan menurut perundangan.Di samping itu perusahaan juga harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.
(29)
Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan resiko yang serius terhadap keselamatan.
b. Teknologi
Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produk-tivitas juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.
c. Risiko K3
Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya resiko K3 dikonotasikan sebagai hal yang negatif (negative impact) seperti :
1. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan 2. Kebakaran dan peledakan
3. Penyakit akibat kerja 4. Kerusakan sarana produksi 5. Gangguan operasi
(30)
d. Risiko keamanan (security risk)
Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data informasi, data keuangan, formula produk, dll.Di daerah yang mengalami konflik, gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.
Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.
e. Risiko sosial
Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan resiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.
3.5. Pengertian Keselamatan Kerja4
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur
4
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan.Jakarta: Toko Gunung Agung, 1984. Hal 1
(31)
atau tata cara kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi yang lebih maju.Keselamatan kerja adalah tugas semua pekerja yang bekerja pada perusahaan.Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masayarakat pada umumnya.
Kecelakaan kerja selain dapat menjadi sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugiansecara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Kecelakaan kerja juga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha melakukan perbaikan mesin atau peralatan yang rusak dan pengobatan kepada operator yang mengalami kecelakaan.Semakin banyak kecelakaan yang terjadi pada sebuah perusahaan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. 2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat
kerja.
3. Melindungi kondisi peralatan dan mesin produksi agar selalu dapat digunakan secara efisien.
(32)
3.6. Pengertian Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau pekerjamemperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental dengan usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.
Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu: a. Penyakit umum
Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, yang masih sekolah atau menganggur.Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota masyarakat.
b. Penyakit akibat kerja
Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan pekerjaannya.Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada saat melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja, kondisi lingkungan kerja, dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku misalnya menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan.
3.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor. PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja Bab I, pengertian
(33)
dari Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yangmeliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakankeselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yangberkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,efisien, dan produktif.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 TentangKeselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:
1.Secara filosofi didefenisikan sebagai suatu bentuk upaya dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan budayanya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.
2.Secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi dalam usahanya sebagai pencegah kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.
3.Dalam OHSAS 18001, keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan sebagai kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan, pekerja kontrak, personel kontraktor, tamu, dan orang lain di tempat kerja.
K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yangmempunyai pengertian memberikan perlindungan kepada setiap tenagakerja atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerjaserta mendapat
(34)
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moralagama (pasal 9 dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja).
3.8. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Adapun tujuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerjadiuraikan sebagai berikut :
1. Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada tenaga kerja ketika melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas yang tinggi. 2. Memeberikan perlindungan dan rasa aman kepada setiap orang lain yang
berada di tempat kerja dan lingkungannya dari proses pekerjaan atau kegiatan proyek.
3. Memberikan perlindungan terhadap sumber produksi, peralatan, serta bahan kerja sehingga dapat digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar para pekerja dilingkungan kerjanya masing-masing selalu dalam keadaan sehat, nyaman,selamat, dan terutama bekerja secara produktif dalam meningkatkan kinerjaperusahaan serta meningkatkan kesejahteraan karyawan perusahaan.Demikian pula untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kemauan sertakerja sama para karyawan agar menjunjung tinggi peraturan-peraturankeselamatan dan kesehatan kerja demi kesejahteraan perusahaan yang berarti kesejahteraan keluarga karyawan.
(35)
3.9. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Conrtol) Organisasi harus menetapkan prosedur mengenai IdentifikasiBahaya (Hazard Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) danmenentukan Pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat HIRARC.Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko (risk management).
HIRARC merupakan elemen pokok dalam sistem manajemenkeselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upayapencegahan dan pengendalian bahaya.Di samping itu, HIRARC jugamerupakan bagian dari sistem manajemen risiko (risk management).Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh aktifitasorganisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung potensibahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dankesehatan kerja.
Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk penyusunanobjektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam programkerja. Dari alur di bawah terlihat bahwa HIRARC merupakan titik pangkaldari pengelolaan K3. Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik makapenerapan K3 akan salah arah (misguided), acak atau virtual karena tidakmampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi.
(36)
Gambar 3.1 Proses Sistem Manajemen K3
Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,pengukuran, pengendalian rekaman, dan lainnya adalah untuk menopangatau mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadisebaliknya, dimana organisasi hanya berfokus kepada elemen-elemenpendukung, lengkap dengan prosedur dan dokumentasinya, namunmengabaikan proses HIRARC, sehingga kecelakaan masih dapat terjadi.
3.10. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses
manajemen risko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management Standard AS/NZS 4360, yang meliputi :
a. Komunikasi dan konsultasi b. Menentukan konteks (tujuan)
(37)
c. Identifikasi resiko d. Analisis resiko e. Evaluasi resiko f. Pengendalian resiko g. Monitor dan review
Gambar 3.2 Proses Manajemen Risiko
3.10.1.Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahuipotensi bahaya yang ada di lingkungan kerja.Dengan mengetahui sifat dankarakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada, dan melakukanlangkah-langkah pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.Namundemikian, tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah.
Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko harusmempertimbangkan :
(38)
1. Aktivitas rutin dan non rutin
2. Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tampat kerja termasuk kontraktor.
3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.
4. Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada di bawah perlindungan organisasi di dalam tempat kerja.
5. Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi.
6. Infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, apakah yang disediakan organisasi atau pihak lain.
7. Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, kegiatannnya, atau material.
8. Modifikasi pada sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas.
9. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian risiko dan implementasi pengendalian yang diperlukan.
10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur operasi dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya terhadap kemampuan manusia.
Tujuan persyaratan ini adalah untuk memastikan bahwa identifikasibahaya dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga semua peluang bahaya dapat diidentifikasi.Hal ini banyak dilupakan dalam pengembangansistem manajemen
(39)
K3. Identifikasi bahaya hanya dilakukan seadanya atauhanya bersifat visual belaka sehingga tidak mampu menjangkau bahayayang yang lebih rinci misalnya berkaitan dengan proses, peralatan, prosedur,dan lainnya. Untuk membantu upaya identifikasi bahaya, dikembangkanberbagai metoda mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
Organisasi harus menetapkan metoda identifikasi bahaya yang akandilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:
1. Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan, misalnya meliputi seluruh bagian, proses atau peralatan kerja atau aspek K3 seperti bahaya kebakaran, penyakit akibat kerja, kesehatan, dan lainnya.
2. Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kualitatif atau kuantitatif.
3. Waktu pelaksanaan identifikasi bahaya, misalnya di awal proyek, pada saat operasi, pemeliharaan atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup organisasi.
Metoda identifikasi bahaya harus bersifat proaktif atau prediktifsehingga diharapkan dapat menjangkau seluruh bahaya baik yang nyatamaupun yang bersifat potensial.
Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapatdiklasifikasikan atas:
1. Teknik/metoda pasif
Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lobang di jalan setelah tersandung atau terperosok ke dalamnya. Kita tahu adanya bahaya listrik
(40)
setelah tersengat aliran listrik.Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah pencegahan.
2. Teknik/metoda semiproaktif
Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karenakita tidak perlu mngalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidakperlu mengalami sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya.
3. Teknik/metoda proaktif
Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif,atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat ataudampak yang merugikan.
3.10.2.IdentifikasiResiko denganMetodeJobSafety Analisys (JSA)
JSAadalahsebuahteknikanalisisbahayayangdigunakanuntukmengidentifikas ibahayayangadapadapekerjaanseseorangdanuntukmengembangkan
pengendalianyangtepatuntukmengurangiresiko.JSAumumnyatidakdigunakan untukmelakukanpeninjauandesainataumemahamibahayadarisuatuproseskompleks.
JSAmerupakan suatu analisisyangmenghasilkan sebuahrekomendasi daritinjauanproseshazardyanglebihdetail.HasildariJSAiniharusdituliskan
(41)
Langkah-langkah dalammembuatJSA antara lain: a. Memilihpekerjaanuntuk ditinjau ulang
b. Membagi-bagipekerjaan dalambeberapalangkah c. Mengidentifikasipotensibahayadisetiaplangkah
d. Menetapkantindakanatauproseduruntukmengurangipotensibahaya.
Teknikinibermanfaatuntukmengidentifikasidanmenganalisisbahayadalam suatupekerjaan.Halinisejalandenganpendekatansebabkecelakaanyangbermula dariadanyakondisiatautindakantidakamansaatmelakukansuatuaktivitas.Karenaitu denganmelakukanidentifikasibahayapadasetiapjenispekerjaan
dapatdilakukanlangkahpencegahanyang tepatdanefektif.
Beberapa keuntungandalampenggunaan JSAadalahkarenaJSA mudah dimengerti,tidakperlumelakukantraining,dapatdilakukandengan mudah karenapengalamanseseorang.HasildariJSAinidapatdigunakanuntukmelatih pekerjabaru.
3.10.3. Penilaian Risiko
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaianrisiko yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagailangkah saringan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau darikemungkinan kejadian (likelihood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan(severity).
Resiko dianalisis dengan menggabungkan perkiraan konsekuensi dan kemungkinan dalam konteks pengendalian yang ada.Untuk menghindari
(42)
penyimpangan dari sumber informasi yang tersedia dan teknik yang digunakan ketika menganalisis konsekuensi dan kemungkinan.
Konsekuensi adalah Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan.Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian.
Probabilitas digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil.
Eksposure (paparan) adalah frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau sumber resiko
Analisis resiko bergantung pada informasi resiko dan data yang tersedia.Metode analisis yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semikuantitatif, dan kuantitatif bahkan kombinasi ketiganya.
(43)
1. Penilaian resiko dengan analisis kualitatif
Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk menjelaskan seberapa besar potensi resiko yang akan diukur. Hasilnya dapat termasuk dalam kategori resiko rendah, resiko sedang dan resiko tinggi.
Tabel 3.1. Nilai Tingkat Keparahan (Consequences)
Tingkat Penjelasan Defenisi
5 Sangat tinggi (Catastropic)
Kematian, keracunan hingga luar area dengan efek gangguan, kerugian finansial sangat besar
4 Tinggi (Major)
Kecelakaan besar, kehilangan kemampuan
produksi, penanganan luar area tanpa efek negatif, kerugian finansial besar
3 Sedang (Moderate)
Penanganan kecelakaan tingkat sedang, penanganan ditempat dengan bantuan pihak luar, fianansial besar
2 Rendah (Minor)
P3K, penanganan di tempat, kerugian finansial sedang
1 Tidak Signifikan
(Insignificant) tidak ada kecelakaan, sedikit kerugian finansial Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.2. Ukuran Kualitatif dari Kemungkinan (Probability)
Rating Penjelasan Defenisi
5 Frequent Selalu terjadi 4 Probable Sering terjadi
3 Occasional Kadang-kadang dapat terjadi 2 Unlikely Mungkin dapat terjadi 1 Improbable Sangat jarang terjadi Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
(44)
Tabel 3.3.Matriks Analisis Risiko Kualitatif (Level Risiko)
Probability
Consequence
5 (Catastropic)
4 (Major)
3 (Moderate)
2 (Minor)
1 (Insignificant) 5
(Almost Certain) E E E H H
4
(Likely) E E H H M
3
(Moderate) E E H M L
2
(Unlikely) H H M L L
1
(Rare) H H M L L
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline Keterangan:
E : Ekstrim, sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya
H : High, beresiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak M : Medium, risiko sedang, tenggung jawab manajemen harus spesifik L : Low, risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin
2. Penilaian resiko dengan analisis semikuantitatif
Dalam analisis semikuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan sebelumnya diberi nilai.Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada.Diperlukan kehatihatian dalam menggunakan analisis semi kuantitatif, karena nilai yang dibuat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah risiko. Ketepatan perhitungan tergantung dari tingkat pengetahuan tim ahli dalam dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko.
(45)
Tabel 3.4. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences
Tingkatan Deskripsi Rating
Catastrophe Kematian banyak orang, aktifitas dihentikan, kerusakan
permanen pada lingkungan luas 100
Disaster kematian pada satu hingga beberapa orang, kerusakan
permanen pada lingkungan lokal 50
Very Serious Cacat permanen, kerusakan temporer lingkungan lokal 25
Serious Cacat nonpermanen 15
Important Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi buangan
tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan 5 Noticeable Luka ringan, sakit ringan, kerugian sedikit, terhentinya
kegiatan sementara. 1
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.5. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability
Tingakatan Deskripsi Rating
Almost Certain Kejadian yang hampir terjadi jika ada kontak dengan
bahaya 10
Likely Kemungkinan terjadinya 50-50 6
Unusual but possible
Suatu kejadian yang tidak biasa namun masih
memiliki kemungkinan untuk terjadi 3 Remotely
Possible
Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan
terjadinya 1
Conceivable Tidak pernah terjadi walaupun telah bertahun-tahun 0,5 Practically
Impossible Secara nyata belum pernah terjadi 0,1
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
Tabel 3.6. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure
Tingakatan Deskripsi Rating
Continously Beberapa terjadi dalam sehari (terus menerus) 10 Frequently Sekali terjadi dalam sehari (sering) 6 Occasionally Sekali dalam seminggu sampai sekali dalam sebulan
(kadang-kadang) 3
Infrequent Sekali dalam sebulan hingga sekali dalam setahun
(tidak sering) 2
Rare diketahui pernah terjadi (jarang) 1
Very rare Tidak diketahui terjadinya (sangat jarang) 0,5 Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
(46)
Penentuan tingkat resiko dilakukan setelah ketiga komponen resiko (Konsekuensi, paparan, dan kemungkinan) telah ditentukan besarannya. Untuk menentukan tingkat resiko maka dilakukan pengalian terhadap ketiga komponen risiko tersebut berdasarkan rumus berikut:
Level of risk = Consequences x Exposure x Likelihood
Dari hasil perhitungan level of risk di atas kemudian dikelompokkan sesuai kriteria tingkat resiko.
Tabel 3.7. Skala Tingkatan Risiko
Tingkatan Deskripsi Tindakan
> 350 Very high Penghentian aktifitas sampai tingkat risiko dikurangi
180-350 Priority Memerlukan penanganan secepatnya 70-180 Substantial Mengharuskan perbaikan
20-70 Priority 3 Memerlukan perhatian
< 20 Acceptable Lakukan kegiatan seperti biasa Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline
3. Penilaian analisis resiko dengan analisis kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik.Kualitas dari analisis tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada.Konsekuensi dapat dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan kejadian atau dengan memperkirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.Probabilitas biasanya dihitung sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan probability).Kedua variabel ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan tingkat resiko yang ada.
(47)
3.10.4.Evaluasi Resiko
Suatu resiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah resiko tersebut signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari penilaian resiko dilakukan evaluasi resiko untuk menentukan apakah resiko tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas resiko.Untuk mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai resiko dilakukan penentuan peringkat resiko atau prioritas resiko.
Peringkat resiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam mengambil keputusan.Melalui peringkat resiko manajemen dapat menentukan skala prioritas dalam penanganannya.Manajemen juga dapat mengalokasikan sumber daya yang sesuai untuk masing-masing resiko sesuai dengan tingkat prioritasnya.
3.10.5.Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko menurut Soehatman Ramli (2010) dilakukanterhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahayadan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dancara pengendaliannya. Selanjutnya dalam menentukan pengendalian harusmempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari eliminasi, substitusi,pengendalian teknis, administratif, dan terakhir penyediaan alat keselamatanyang disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersediaan biaya, biayaoperasional, faktor manusia, dan lingkungan.
(48)
Pengendalian risiko merupakan langkah menentukan dalamkeseluruhan manajemen risiko.Berdasarkan hasil analisis dan evaluasirisiko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.Jikarisiko dapat diterima, tentunya tidak diperlukan langkah pengendalian lebihlanjut.
Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan denganmengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagaiberikut.
1. Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya, misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai dibersihkan, mesin yang bising dimatikan.Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan.Karena itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.
2. Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya dengan lebih aman atau lebih rendah bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
(49)
Gambar 3.3Hirarki Pengendalian Bahaya
3. Pengendalian Teknis
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja.Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan.
Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan memasangsistem ventilasi yang baik.Bahaya pada mesin dapat dikurangi denganmemasang pagar pengaman.
4. Pengendalian Administratif
Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang
(50)
lebih aman, rotasi, atau pemeriksaan kesehatan, monitoring yaitu untuk memonitor efektivitas pengendalian yang sudah dilakukan.
5. Training
Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih aman.
6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki. Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhiratau last resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karenaalat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reducelikelihood) namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahankecelakaan (reduce concequences). Sebagai contoh, seseorang yangmenggunakan topi keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpabenda. Namun jika ada benda yang jatuh, kepalanya akan terlindungsehingga keparahan dapat dikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuhsangat berat atau dari tempat yang tinggi, topi tersebut mungkin akanpecah karena tidak mampu menahan beban.
a. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau fiber.
(51)
b. Alat pelindung muka untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) , dan topeng las.
c. Alat pelindung mata untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair dan radiasi panas, misalnya kaca mata keselamatan dan kaca mata las. d. Alat pelindung pernafasan untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap
dan asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam seperti masker debu, masker kimia, respirator, breathing apparatus (BA).
e. Alat pelindung pendengaran untuk melindungi organ pendengaran dari suara bising misalnya sumbat telinga (ear plug), dan katup telinga (ear muff).
f. Alat pelindung badan untuk melindungi bagian tubuh khususnya dari percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya apron dari kulit, plastik, dan asbes.
g. Alat pelindung tangan untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan kimia, panas atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan metal.
h. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian misalnya ikat pinggang keselamatan (safety belt), harness, dan jarring. i. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh ke dalam air misalnya
(52)
j. Alat pelindung kaki untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit atau betis dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya, misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis.
Sesuai dengan ketentuan pasal 14C Undang-undang Keselamatan KerjaNo. 1 tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatansecara cuma-cuma sesuai dengan sifat bahayanya.Oleh karena itu,pemilihan keselamatan harus dilakukan secara hati-hati denganmempertimbangkan jenis bahaya serta diperlakukan sebagai pilihanterakhir.
(53)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop berlokasi kira-kira 380 km dari kota Medan, terletak di daerah Desa Aek Batu Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 30 November 2015 sampai dengan April 2016.
4.2. Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu dikarenakan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran.Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi dan memberikan penilaian terhadap sumber bahaya. Penelitian bertujuan menjelaskan nilai dari risiko yang terdapat di setiap area kerja dengan menggambarkan proses analisa keselamatan kerja dengan menggunakan metode semikuantitatif untuk menentukan tingkat consequences, probability dan exposure dari setiap risiko yang ada.
4.3. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah bahaya dan risiko yang dapat terjadi dalam proses kerja pada area produksi PKS Aek Torop.
(54)
4.4. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.Tujuan kerangka konseptual untuk memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada saat melakukan proses produksi. Oleh karena itu dilakukan identifikasi dari bahaya dan melakukan pengendalian risiko dari bahaya yang ditimbulkan untuk menemukan solusi dalam bentuk usaha program keselamatan dan kesehatan kerja. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Dari Kerangka berpikir penelitian pada Gambar 4.1.maka defenisi operasional dari setiap bagian tersebut adalah sebagai berikut:
Penentuan Sumber
Identifikasi bahaya (Hazard Identification)
Penilaian
Pengendalian risiko (R k C l) Perbaikan program
kesealamatan dan
(55)
1. Penentuan Sumber Bahaya
Menentukan sumber-sumber bahaya pada tiap tiap stasiun kerja. 2. Identifikasi Bahaya
Mengidentifikasi situasi yang berpotensi menciderai/menyakiti pekerja, merusak barang, lingkungan kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut.
3. Penilaian Risiko
Melakukan analisis dan perangkingan terhadap sumber bahaya tersebut dapat ditolerir atau tidak dengan menghitung tingkat konsekuensi, kemungkinan dan paparan.
4. Konsekuensi (Consequences)
Dampak atau kerugian yang dialami dari suatu kejadian. 5. Kemungkinan (Probability)
Kemugkinan atau peluang terjadinya suatu kejadian. 6. Paparan (Exposure)
Frekuensi pemaparan terhadap bahaya/sumber risiko. 7. Pengendalian Risiko
Merupakan pengendalian bahaya yang dilakukan berdasarkan hasil penilaian resiko melalui pendekatan risk assessment.
8. Perbaikan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Memberi masukan dan perbaikan bagi pihak perusahaan sesuai dengan permasalahan yang ada.Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut dalam lingkungan perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
(56)
4.5. Metodologi Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan– tahapan tersebut meliputi :
1. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat penelitian berlangsung sehigga dapat mengangkat permasalahan secara jelas dan terarah.
2. Studi literatur
Kajian literatur merupakan bagian dai studi yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil penelitian, jurnal, dan literatur lain.
3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan yang spesifik.
4. Perumusan tujuan penelitian
Penentuan tujuan peneltian sebagai acuan unuk mengarahkan dan menentukan hasil akhir penelitian.
5. Pengumpulan data
Data yang dikumpukan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder.
(57)
Blok diagram rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Metodologi Penelitian Studi Pendahuluan
Melakukan observasi terhadap kondisi perusahaan
Identifikasi Masalah
Tingginya angka kecelakaan kerja sehingga diperlukan program pencegahan kecelakaan kerja
Studi Literatur
Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan pengumpulan data dan pemecahan masalah
Pengumpulan Data
Data Primer 1. Uraian Pekerjaan yang
menyebabkan kecelakaan 2. Sumber Bahaya
Data Sekunder 1. Tempat Kecelakaan
2. Jenis kecelakaan yang dialami 3. Jenis pekerjaan yang sedang
dilakukan pada saat mengalami kecelakaan
4. Uraian produksi
Pengolahan Data 1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko semi kuantitatif 3. Menentukan risk reduction 4. Rekomendasi pengendalian
Analisis Pemecahan Masalah
(58)
4.6. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pekerja, selain itu data juga diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian.Data ini meliputi uraian dari pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, dan sumber bahaya dari setiap stasiun kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tanpa melalui pengukuran langsung tetapi diperoleh langsung dari perusahaan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data kecelakaankerja
Data kecelakaankerjauntukmenunjukanjumlahkecelakaansertakerugian yang didapatdarikecelakaandalamkurun waktu 5 tahun.Metode yang digunakanuntukmengumpulkan data iniadalahdokumentasi.
b. Uraianproduksi
Data uraianproduksimenunjukkanuraiankeseluruhan proses produksi.
4.7. Pengolahan Data
Metode atau langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data dapat dilihat sebagai berikut:
(59)
Mengidentifikasi bahaya yang ada pada tahapan demi tahapan pengerjaan proses produksi dalam setiap stasiun kerja sehingga potensi-potensi bahaya yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dapat diketahui dan untuk mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko.
2. Analisis Risiko
Data dianalisa berdasarkan penilaian semikuantitatif untuk menentukan nilai risiko dengan terlebih dahulu memperkirakan nilai konsekuensi, paparan dan kemungkinan. Setelah nilai risiko diperoleh, maka nilai tersebut dibandingkan dengan standar level risiko untuk mengetahui tingkatan risiko yang terdapat tahapan kerja di setiap stasiun.
Level of risk = Consequences x Exposure x Likelihood 3. Menentukan Risk Reduction
Nilai risiko hasil dari pengurangan antara basic risk dengan existing risk. 4. Rekomendasi Pengendalian Risiko
Setelah di lakukan perangkingan level resiko maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan solusi alternatif memberikan rekomendasi pengendalian yang belum dilaksanakan perusahaan dengan mempertimbangkan kemungkinan pengaplikasiannya.Rincian solusi alternatif yang dikembangkan sebagai tindakan pengendalian risiko di masing-masing area kerja yang mempunyai risiko tinggi.
(60)
Setelah dilakukan identifikasi dan perangkingan bahaya (hazard) dengan menggunakan pendekatan HIRARC (Hazards Identification Risk Assessment and Risk Control), maka akan dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data. Pada tahap ini akan dibandingkan kondisi basic risk dengan existing risk, seberapa besar tingkatan pengurangan risiko berdasarkan tindakan pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi masukan dan perbaikan bagi pihak perusahaan beberapa tindakan pengendalian yang lebih intensif.Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut dalam lingkungan perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
4.9. Kesimpulan dan Saran
Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan hasil penelitian selanjutnya dan pemberian saran kepada pihak perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.
(61)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data sesuai dengan kondisi sumber data yang bersangkutan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah uraian pekerjaan yang menyebabkan kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Job Safety Analysis pada proses produksi yang meliputi tahapan proses pengolahan kelapa sawit, dan menguraikan pekerjaan berdasarkan urutan langkah-langkah dari setiap tahapan proses pengolahan kelapa sawit. Data uraian pekerjaan dari tahapan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
1. Loading
Ramp
Memindahkan TBS dari truck kedalam
Loading Ramp
Buah TBS dari truk dipindahkan dengan cara operator membuka bak truk, kemudian berdiri disisi bak truk dan memindahkan TBS dengan tojok
(gancu) ke dalam loading ramp.
Memasukkan TBS ke dalam lori rebusan menggunakan
hydraulic pump
(Ramp)
Mengatur posisi lori agar sesuai dengan pintu ramp
kemudian membuka pintu hidrolik agar TBS masuk ke dalam lori.
Mengatur TBS agar lori terisi dengan baik dan merata.
2. Stasiun
Rebusan
Memasukkan lori berisi TBS ke dalam bejana rebusan
Menarik rangkaian lori yang berisi TBS ke bejana
rebusan dengan menggunakan kabel sling yang
ujungnya dikaitkan dengan hook dan ditarik dengan
capstand
Merebus buah TBS Melakukan perebusan dengan memberikan tekanan
yang dihasilkan dari steam boiler.
Melakukan pengawasan proses perebusan, memeriksa tekanan bejana rebusan.
Membuka dan menutup pintu rebusan
Dilakukan saat sebelum dan sesudah proses perebusan.
Membuka pintu rebusan, menurunkan jembatan kemudian proses sebaliknya.
(62)
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
2. Stasiun
Rebusan
Menarik lori keluar dari bejana rebusan
Menarik rangkaian lori yang berisi TBS ke luar
bejana rebusan dengan menggunakan kabel sling
yang ujungnya dikaitkan dengan hook dan ditarik
dengan capstand
3. StasiunThre
sser
Mengangkat atau memindahkan lori berisi buah rebus dari rel landasan ke
Hopper dan sebaliknya
Lori yang berisi buah rebusan diangkat
menggunakan hoisting crane dengan mengaitkan
rantai pada sisi lori, kemudian lori diputar sehingga
buah jatuh pada hopper untuk dilakukan proses
pembantingan/pemisahan brondolan dari janjangan. Menrurunkan lori kembali ke landasan rel.
Membanting buah
rebusan di bunch
hopper
Berondolan yang telah terpisah dari janjangan dilanjutkan dengan pencacahan berondolan untuk memisahkan daging buah dengan biji dalam mesin digester. Operator mengawasi kerja mesin memastikan pencacahan bekerja dengan baik
4. Stasiun
Press
Pemisahan minyak dengan biji dan serabut (screw press)
Serabut di press untuk mendapatkan minyak dan dilakukan secara berulang hingga serabut benar-benar kering dan minyak keluar dengan sempurna. Sementara biji ditransfer ke stasiun kernel.
Operator mengawasi untuk memastikan serabut tidak tumpah kelantai.
5. Stasiun
Klarifikasi
Penampungan minyak kasar hasil press (sand trap tank)
Minyak yang keluar dari hasil pres ditampung di
sand trap tank untuk memisahkan dari kotoran-kotoran.
Operator mengawasi dan membersihkan permukaan dari kotoran.
Penampungan/penge ndapan dan
pemisahan minyak
dengan sludge
(clarifier tank)
Minyak kotor yang dihasilkan masih bercampur dengan kotoran dan pasir, maka dilakukan pengendapan agar kotoran dan pasir terpisah berdasarkan massa jenisnya.
Pemisahan minyak dengan gaya sentrifugal (oil purifier)
Setelah minyak dipisahkan dengan kotoran dilanjutkan dengan pemisahan dengan gaya sentrifugal untuk menghilangkan kandungan airnya dan mendapatkan minyak murni. Minyak akan terpisah meurut massa jenis dimana massa jenis minyak lebih ringan dari air.
Penimbunan/ pengiriman minyak ke storage tank
Minyak yang telah terpisah dengan air di transfer ke tangki penimbunan dengan saluran pipa.
Pemisahan sebagian
minyak dari sludge
(sludge separator)
Kotoran yang terpisah kemungkinan masih terdapat
kandungan minyaknya. Dalam mesin sludge
separator, kotoran disaring untuk mendapatkan minyak yang tersisa dan ditransfer kembali ke
(63)
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
5. Stasiun
Klarifikasi
Pengoperasian Fat-fit Campuran kotoran dari hasil pemurnian minyak ditampung di bak fat-fit untuk menyaring kembali kandungan minyak yang tersisa.
6. Stasiun
Kernel
Membawa gumpalan
cake ke mesin
depericarper.(cake breaker conveyor)
Gumpalan cake dari stasiun pres kemudian dibawa
ke depericarper dengan menggunakan konveyor
berbentuk uliran terbuka sambil bongkahan ampasnya dipecah dan dikeringkan sepanjang uliran. Pemanasan dilakukan dengan injeksi uap sehingga
gumpalan cake akan menjadi kering dan mudah
terurai. Selama proses itu operator melakukan
pengawasan pemisahan serabut dari nut pada CBC
(cake breaker conveyor) Pembersihan atau
pemolesan biji dari serat fiber (nut polishing drum)
Cake yang telah terurai masuk ke dalam separating
coloumn, biji yang berat jenisnya lebih besar jatuh ke
dalam nut polishing drum, sedangkan serabut kering
akan terhisap oleh blower ke dalam fibre cyclone.
Pada nut polishing drum biji akan bergesekan dengan
blade-blade, sehingga serabut-serabut halus yang masih melekat pada biji akan terlepas.
Pemisahan biji dari biji kosong dan pemisahan biji
menurut diameter (nut
grading drum)
Pemisahan terjadi oleh hisapan blower, batu akan
jatuh ke tempat penampungan dan biji akan masuk
ke dalam nut grading drum, sedangkan biji kosong
akan terhisap masuk ke shell hopper.
Kemudian biji akan dipisah berdasarkan ukuran melalui drum yang berlubang dan berputar.
Penampungan/pemera man biji (nut silo)
Pemeraman biji bertujuan untuk mengurangi kadar air agar inti sawit mudah terlepas dari cangkangnya. Prinsip kerjanya adalah menggunakan udara panas melalui elemen penghantar panas.
Pemecahan/penggiling an biji (ripple mill)
Pemecahan biji dilakukan dengan ripple mill. Untuk
memisahkan inti sawit dari cangkang dilakukan dengan gaya sentrifugal, biji yang masuk akan terdampar ke dinding sehingga biji terpecah dan cangkang terlepas dari inti.
Operator mengawasi agar nut masuk kedalam ripple
mill secara merata, dan memeriksa pecahan
campuran yang dihasilkan ripple mill.
Pemisahan cangkang dari inti sistem kering (LTDS)
Inti sawit dan cangkang dipisahkan berdasarkan berat jenis dan gaya gravitasi dengan menggunakan kolom pemisah, dimana kotoran dan pecahan cangkang yang ringan akan terhisap kemudian
masuk ke shell hopper. Sementara inti sawit dan
cangkang yang memiliki kriteria berat akan masuk
ke pemisahan sistem basah dengan claybath.
Sedangkan inti sawit utuh akan jatuh ke wet kernel
(64)
Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
6. Stasiun
Kernel
Pemisahan cangkang dari inti sistem basah (claybath)
Dalam clay bath terdapat pompa, dimana material
yang telah bercampur dengan air dan kaolin dipompa ke cyclone. Karena perbedaan berat jenis, inti akan
keluar dari atas permukaan cyclone dan cangkang
keluar dari bagian bawah yang kemudian masing-masing fraksi akan mengalami pengolahan lebih
lanjut yaitu cangkang diantarkan ke boiler dan inti
akan masuk ke silo inti untuk dikeringkan. Penampungan dan
pemeraman inti (kernel silo)
Inti sawit dikurangi kadar airnya dengan
menghembuskan udara panas ke dalam silo.
Kemudian inti sawit ditransfer ke dalam kernel
storage.
7. Stasiun
Boiler
Pengoperasian boiler Boiler menghasilkan uap yang dipakai untuk
menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik di PKS, uap bekas dari turbin juga digunakan dalam proses pengolahan kelapa sawit. Bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan uap tersebut didapat dari serat fiber dan cangkang hasil pengolahan kelapa sawit. Operator memasukkan bahan bakar serat fiber dan cangkang yang di angkut dan dimasukkan ke dalam boiler melalui lubang tungku.
Pengoperasian turbin Turbin berfungsi untuk mengkonversikan energi
dari steam boiler menjadi energi mekanis untuk
membangkitkan listrik melalui alternator. Turbin menerima uap kering dari boiler yang dimanfaatkan untuk menggerakkan generator yang menghasilkan
listrik kemudian uap sisanya dalirkan ke BPV (back
(65)
5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Identifikasi Risiko
Langkah berikutnya dalam melakukan pengolahan data adalah identifikasi semua bahaya yang terlibat dalam setiap tahapan pekerjaan.Identifikasi dilakukan terhadap bahaya-bahaya yang berasal dari lingkungan tempat kerja, peralatan kerja, mesin-mesin, dan bahan yang berhubungan dengan prosedur pekerjaan.Data diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pekerja terkait.
Data yang diperoleh berdasarkan identifikasi risiko pada proses produksi dapat dilihat pada Tabel 5.2.
(66)
V
-6
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian yang Ada
1. Loading Ramp Memindahkan TBS dari truck
kedalam Loading Ramp Tangan terjepit pengunci bak −
Terjatuh dari ketinggian −
Tertimpa TBS Menggunakan Sepatu Boot
Terkena gancu Sepatu Boot
Memasukkan TBS ke dalam lori rebusan menggunakan hydraulic pump (Ramp)
Tertimpa TBS Sepatu Boot
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu Boot
Terjepit saat menyambung lori − 2. Stasiun
Rebusan
Memasukkan lori berisi TBS ke dalam bejana rebusan
Terjepit saat menyambung lori −
Terkena serabut kabel sling Sarung tangan Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Merebus buah TBS Meledak Rambu peringatan K3
Terkena semburan uap panas dari
lubang buangan Rambu peringatan K3, Sarung tangan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
(67)
V
-7
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
Membuka dan menutup pintu rebusan
Terkena semburan uap panas saat
membuka pintu rebusan Sarung tangan, rambu peringatan K3
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Terjepit jembatan saat
menaikkan/menurunkan jembatan −
Kebisingan −
Menarik lori keluar dari bejana
rebusan Terjepit saat menyambung lori −
Terkena serabut kabel sling Sarung tangan Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
3. StasiunThresser Mengangkat atau memindahkan lori berisi buah rebus dari rel landasan ke Hopper dan sebaliknya
Tertimpa TBS Helm
Tertimpa lori Helm
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Membanting buah rebusan di
bunch hopper Terkena hempasan berondolan −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
(68)
V
-8
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
4. Stasiun Press Pemisahan minyak dengan biji
dan serabut (screw press) Terkena minyak panas Menggunakan apron
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Kebisingan −
5. Stasiun Klarifikasi
Penampungan minyak kasar hasil press (sand trap tank)
Terkena minyak panas −
Terjatuh dari ketinggian Pagar pengaman
Terbentur pipa saluran minyak Helm
Terkena uap panas −
Penampungan/pengendapan dan pemisahan minyak dengan sludge (clarifier tank)
Terkena Minyak Panas −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Pemisahan minyak dengan gaya sentrifugal (oil purifier)
Terkena minyak panas −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Penimbunan/ pengiriman minyak
ke storage tank Terkena minyak panas −
Terkena uap panas −
Pemisahan sebagian minyak dari
sludge (sludge separator) Terkena minyak panas Tergelincir/terjatuh karena lantai yang −
licin Sepatu boot
(69)
V
-9
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
Pengoperasian Fat-fit Terkena minyak panas −
Terkena uap panas −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Tercebur ke dalam kolam fat-fit Sepatu boot, pagar pangaman 6. Stasiun Kernel Membawa gumpalan cake ke
mesin depericarper.(cake breaker conveyor)
Kebisingan −
Terhirup serat fiber −
Pembersihan atau pemolesan biji dengan serat fiber (nut polishing drum)
Kebisingan −
Terjatuh dari ketinggian Pagar pengaman
Terhirup serat fiber −
Pemisahan biji dari biji kosong dan pemisahan biji menurut diameter (nut grading drum)
Kebisingan −
Penampungan/pemeraman biji (nut silo)
Terjatuh dari ketinggian −
Tersentuh benda panas −
Pemecahan/penggilingan biji
(ripple mill) Kebisingan −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Terhirup serat fiber −
(70)
V
-10
Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
6. Stasiun Kernel Pemisahan cangkang dari inti sistem kering (LTDS)
Kebisingan −
Terjatuh dari ketinggian Pagar pengaman
Terhirup serat fiber −
Pemisahan cangkang dari inti sistem basah (claybath)
Kebisingan −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
Terhirup bahan CaCO3 −
Penampungan dan pemeraman inti (kernel silo)
Kebisingan −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
licin Sepatu boot
7. Stasiun Boiler Pengoperasian boiler Tungku boiler meledak Rambu peringatan
Kebakaran dari bahan bakar boiler APAR, Hidrant, Sarung tangan
Terkena percikan api −
Tersentuh benda panas Sarung tangan, sepatu boot
Tersembur api boiler −
Terhirup debu −
Kebisingan −
Terkena/terbentur alat kerja Sarung tangan, helm, sepatu boot
Pengoperasian turbin Kebakaran dari bahan bakar solar APAR, hydrant, sarung tangan
Tersengat listrik Rambu peringatan
(71)
5.2.2. Penilaian Risiko
Setelahdilakukanidentifikasibahaya,laludilakukanpenentuantingkat risikodenganmemberikanpenilaianterhadapprobability,konsekuensi,dan
exposure.Tingkatrisikoyangdilihatadalah,tingkatrisikopada basicleveldan existing level.Padabasicleveldilihatrisikopadasaatkeadaanterburuk,dimana
belumdilakukanpengendalianterhadaprisikoyangada.Sedangkanuntukexisting leveldilihattingkatrisikoyangtelahterjadidilapangan.
5.2.2.1. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Loading Ramp
Adapun risiko-risiko yang terdapat pada stasiun loading ramp adalah sebagai berikut:
1. Memindahkan TBS dari truk ke dalam loading ramp a. Tangan terjepit pengunci bak truk
Risiko tangan pekerja terjepit saat membuka pintu truk.
Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan cedera ringan atau luka memar pada jari tangan.
Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), karena kejadian ini tidak sering terjadi, hanya sekali dalam sebulan atau sekali dalam setahun.
Probability memiliki nilai 6 (likely), walaupun sudah ada instruksi kerja namun kecelakaan tersebut masih memiliki kemungkinan terjadi karena kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil ai12.Tingkatrisikoinisebenarnyadapat
(72)
dikurangimengingatsudahtersedianyaalatpelindungdiriberupasarungtangan. Perlu
dilakukanpengawasandaripihakperusahaanagarparapekerjamenggunakansa rung tanganpadasaat bekerja.
b. Terjatuh dari ketinggian
Risiko pekerja terjatuh saat melakukan pembongkaran TBS dari truk, Karena pekerja berdiri di sisi bak truk.
Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan cedera dan membutuhkan perawatan medis.
Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), diketahui kejadian tidak sering terjadi sekali dalam setahun.
Probability memiliki nilai 10 (Almost Certain), karena pekerja berdiri di sisi bak truk dengan berpijak pada bagian yang tidak aman sehingga kemungkinan pekerja terjatuh sangat besar dengan kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahsubstansialdenganni lai100.Masih kurang dilakukan pengawasan terhadap prosedur kerja yang baik dan pemberian larangan dengan rambu mengenai keselamatan kerja. c. Tertimpa TBS
Risiko pekerja tertimpa TBS saat melakukan pembongkaran buah.
Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan cedera ringan pada kaki atau tangan pekerja akibat tertusuk duri kelapa sawit.
(73)
Exposure memiliki nilai 6 (frequently), kejadian diketahui sering terjadi hingga sekali dalam sehari.
Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan APD tetapi karena dilakukan secara terus menerus serta kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil ai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena pekerja telah menggunakan safety boot untuk menghindari kaki tertimpa TBS.
d. Terkena gancu
Risiko pekerja terkena gancu saat memindahkan melakukan pembongkaran buah dengan menggunakan gancu.
Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan cedera yang memerlukan perawatan medis jika tertimpa atau terkena gancu.
Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), kadang-kadang kecelakaan tersebut terjadi dalam waku sekali dalam seminggu hingga sekali dalam sebulan.
Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), karena memungkinkan pekerja terkena gancu jika tidak bekerja secara hati-hati walaupun pekerja telah menggunakan APD tetapi karena dilakukan secara terus menerus
(74)
serta kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority
3dengannilai45. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena pekerja telah menggunakan safety boot untuk menghindari cidera yang serius, tetapi sangat diperlukan keterampilan dalam menggunakan peralatan dalam bekerja untuk menghindari kecelakaan.
2. Memasukkan TBS ke dalam lori rebusan a. Tertimpa TBS
Risiko pekerja tertimpa TBS saat memasukkan ke dalam lori.
Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan cedera ringan pada kaki atau tangan pekerja akibat tertusuk duri kelapa sawit.
Exposure memiliki nilai 6 (frequently), terjadinya kecelakaan diketahui sering terjadi, sekali dalam sehari.
Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan APD tetapi karena dilakukan secara terus menerus serta kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil ai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena pekerja telah menggunakan safety boot untuk menghindari kaki tertimpa TBS.
(75)
b. Tergelincir/terjatuhkarena lantai yang licin Risiko pekerja tergelincir karena lantai yang licin
Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.
Exposure memiliki nilai 6 (frequently), terjadi sekali dalam sehari atau bisa dikatakan sering terjadi.
Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena permukaan lantai yang licin akibat minyak dari TBS dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority
3dengannilai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena pekerja telah menggunakan safety boot agar tidak terpeleset dan dilakukan pembersihan berondolan yang tercecer dilantai secara rutin. c. Terjepit saat menyambung lori
Risiko tengan pekerja terjepit sambungan lori saat akan melakukan pemindahan buah ke dalam lori.
Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan cedera hingga diperlukan perawatan medis jika pada saat menyambungkan lori maka diperlukan kehati-hatian dalam menyambungkan bagian lori. Exposure memiliki nilai 1 (rare), diketahui kecelakaan kerja pernah terjadi (jarang).
(76)
Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan untuk terjadi karena pekerja yanguntuk menyambung rangkaian lori.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority 3dengannilai30.
Tabel 5.3.dibawah ini menjelaskanmengenaipenilaian risikopadapekerjaanpengolahan di stasiun loading ramp.
(77)
Tabel 5.3.Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Loading Ramp
Identifikasi Risiko
Analisis Risiko
Basic Level Existing Level
Area
Kerja Tahapan Pengerjaan
Risiko dan Uraian
Risiko C E P
Nilai Risiko
Level
Risiko C E P
Nilai Risiko Level Risiko Stasiun Loading Ramp
Memindahkan TBS dari truck kedalam Loading Ramp
Tangan Terjepit
pengunci bak truk 1 2 6 12 Acceptable 1 2 6 12 Acceptable Terjatuh dari
ketinggian 5 2 10 100 Substansial 5 2 10 100 Substansial
Tertimpa TBS 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
Terkena gancu 5 3 6 90 Substansial 5 3 3 45 Priority 3 Memasukkan TBS ke
dalam lori rebusan menggunakan hydraulic pump (Ramp)
Tertimpa TBS 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
Tergelincir/terjatuh
karena lantai licin 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable Terjepit saat
(78)
5.2.2.2. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Rebusan
Adapun risiko-risiko yang terdapat pada stasiun rebusan adalah sebagai berikut:
1. Memasukkan lori ke dalam bejana rebusan a. Terjepit saat menyambung lori
Risiko tengan pekerja terjepit sambungan lori
Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan cedera hingga diperlukan perawatan medis jika pada saat menyambungkan lori maka diperlukan kehati-hatian dalam menyambungkan bagian lori. Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi. Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan 50%.
Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority 3dengannilai30.
b. Terkena serabut kabel sling
Risiko tengan pekerja terkena kabel sling penarik lori saat menghubungkan rangkaian lori dengan mesin capstand untuk menarik lori kedalam bejana rebusan.
Consequences memiliki nilai 1 (noticable), karena dapat menyebabkan cedera jika pekerja terbentur kabel sling yang terbuat dari komposisi baja dan karena adanya serabut kabel sling yang dapat menyebabkan luka di tangan dan kaki pekerja.
(1)
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan yang bermanfaat demi terselesaikannya laporan tugas sarjana ini.
2. Bapak Buchari, ST, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan yang bermanfaat dalam penyelesaian laporan tugas sarjana ini.
3. Segenap pimpinan dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop, terutama Bapak Leo M. Sihite, ST, Asisten Pengolahan PKS Aek Torop yang telah banyak membantu dalam proses penelititan.
4. Orang tua dan saudara-saudara penulis yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga terselesaikannya laporan tugas sarjana ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
(2)
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-6 1.3. Tujuan Penelitian ... I-7 1.4. Manfaat Penelitian ... I-7 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ... I-8 1.6. Sistematika Penulisan laporan ... I-9 II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-3 2.4.Daerah Pemasaran ... II-3 2.5. Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya ... II-3 2.6. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-5 2.7. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7 2.7.1.Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi PKS Aek Torop ... II-7 2.7.2.Uraian Tugas dan Tanggung Jawab P2K3 PKS Aek Torop ... II-12 2.8. Jam Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ... II-14 2.9. Proses Produksi ... II-15 2.9.1. Bahan yang digunakan ... II-16 2.9.2. Uraian Proses Produksi ... II-17
2.9.2.1. Stasiun Penerimaan Buah (Weight bridge/
Loading Ramp) ... II-17 2.9.2.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer) ... II-19 2.9.2.3. Stasiun Pembantingan/Penebahan
(Thresshing) ... II-20 2.9.2.4. Stasiun Kempa (Digestingand Pressing) ... II-20 2.9.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) ... II-21
(3)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.9.2.6. Pengolahan Biji (Kernel Plant) ... II-23 2.10. Mesin dan Peralatan ... II-25 2.11. Unit Pembangkit Tenaga (Power Plant) ... II-26 2.12. Safety and Fire Protection ... II-26 III TINJAUAN PUSTAKA... III-1 3.1. Bahaya ... III-1 3.2. Jenis-jenis Bahaya ... III-1 3.3. Risiko ... III-3 3.4. Jenis-jenis Rissiko ... III-4 3.5. Pengertian Keselamatan Kerja ... III-7 3.6. Pengertian Kesehatan Kerja ... III-9 3.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... III-9 3.8. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... III-11 3.9. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk
Conrtol) ... III-12 3.10. Proses Manajemen Risiko ... III-13 3.10.1. Identifikasi Bahaya ... III-14 3.10.2. IdentifikasiResiko denganMetodeJobSafety
Analisys (JSA)... III-17 3.10.3. Penilaian Risiko ... III-18 3.10.4. Evaluasi Risiko ... III-24 3.10.5. Pengendalian Risiko ... III-24 IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.5. Metodologi Penelitian ... IV-4 4.6. Pengumpulan Data ... IV-6 4.7. Pengolahan Data ... IV-6 4.8. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.9. Kesimpuan dan Saran ... IV-8 V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-5 5.2.1. Identifikasi Risiko ... V-5 5.2.2. Penilaian Risiko ... V-11
5.2.2.1. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
(4)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.2.2. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Rebusan ... V-18 5.2.2.3. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Thresser ... V-28 5.2.2.4. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Press ... V-33 5.2.2.5. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Klarifikasi ... V-36 5.2.2.6. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Kernel ... V-48 5.2.2.7. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Boiler ... V-63 5.2.3. Penentuan Risk Reduction ... V-71 5.2.4. Rekomendasi Pengendalian ... V-75
5.2.4.1. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Loading Ramp ... V-75 5.2.4.2. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Rebusan ... V-77 5.2.4.3. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Thresser ... V-78
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB
HALAMAN
5.2.4.4. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Press ... V-79 5.2.4.5. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Klarifikasi ... V-80 5.2.4.6. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Kernel ... V-82 5.2.4.7. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Boiler ... V-83 VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1. Analisis ... VI-1
6.1.1. Analisis Penilaian Risiko Area Pengolahan PKS
Aek Torop ... VI-1 6.1.2. Analisis Perhitungan Risk Reduction ... VI-5 6.2. Pembahasan Rekomendasi Pengendalian ... VI-6 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2
(5)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Jumlah Kecelakaan Kerja PTPN III PKS Aek Torop dari Tahun 2011-2015 ... II-3 2.1. Jumlah Karyawan Pimpinan PKS Aek Torop ... II-15 2.2. Jumlah Karyawan PelaksanaPKS Aek Torop... II-15 2.3. Kriteria Kematangan TBS ... II-18 3.1. Nilai Tingkat Keparahan (Consequences) ... III-20 3.2. Ukuran Kualitatif dari Kemungkinan (Probability) ... III-20 3.3. Matriks Analisis Risiko Kualitatif (Level Risiko) ... III-21 3.4. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences... III-22 3.5. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability ... III-22 3.6. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure ... III-22 3.7. Skala Tingkatan Risiko ... III-23 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit ... V-1 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit ... V-6 5.3. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Loading Ramp ... V-17 5.4. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Rebusan ... V-27 5.5. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Thresser ... V-32 5.6. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Press ... V-35 5.7. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Klarifikasi ... V-47 5.8. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Kernel ... V-61 5.9. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Boiler ... V-70 5.10. Hasil Perhitungan Risk Reduction ... V-71 5.11. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Loading Ramp ... V-75 5.12. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Rebusan ... V-77 5.13. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Thresser ... V-78 5.14. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Press ... V-80 5.15. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Klarifikasi ... V-80 5.16. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Kernel ... V-82 5.17. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Boiler ... V-84 6.1. Analisa Perhitungan Risk Reduction ... VI-5 6.2 Tindakan Pengendalian Risiko di Setiap Area Kerja PKS Aek Torop ... VI-6
(6)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PKS Aek Torop ... II-6 2.2. Struktur Organisasi P2K3 PKS Aek Torop ... II-7 2.3. Grafik Sistem Perebusan Tiga Puncak (Triple Peak) ... II-19 3.1. Proses Sistem Manajemen K3 ... III-13 3.2. Proses Manajemen Risiko... III-14 3.3. Hirarki Pengendalian Bahaya ... III-26 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian... IV-2 4.2. Metodologi Penelitian ... IV-5 6.1. Hasil Penilaian Basic Risk ... VI-2 6.2. Hasil Penilaian Existing Risk ... VI-3 6.3. Perbandingan Basic Risk dengan Existing Risk ... VI-4