HIRARC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan sehingga perusahaan nantinya akan menyelesaikan masalahnya sendiri terutama masalah
manajemen Ramli, 2010. Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang
mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja.
2.7.1 Tujuan HIRARC
HIRARC merupakan suatu pedoman dalam mengidentifikasi bahaya,
menilai risiko dan mengendalikan risiko memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat menyebabkan kerugian
kepada karyawan dan lain-lain yang bahaya; 2.
Untuk mempertimbangkan kemungkinan besar risiko yang membahayakan siapa pun di lingkungan kerja, dan
3. Untuk memungkinkan pengusaha untuk merencanakan, memperkenalkan
dan memantau tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa risiko tersebut cukup dikendalikan setiap saat.
Dalam melakukan perencanaan kegiatan HIRARC kegiatan harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Melihat kondisi
2. Mana bahaya yang tampaknya menjadi ancaman yang signifikan
3. Memastikan apakah pengendalian yang ada memadai, dan
Universitas Sumatera Utara
4. Dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan perbaikan atau pencegahan.
2.7.2 Langkah-Langkah HIRARC
Berikut ini merupakan langkah-langkah manajemen risiko dengan
menggunakan HIRARC :
1.
Identifikasi Bahaya Hazard Identification
Menurut Ramli 2010, bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia,
kerusakan atau gangguan lainnya. Bahaya merupakan sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan. Macam macam
kategori bahaya adalah bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis, bahaya biologis dan bahaya kimia.
Identifkasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk
mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi risiko merupakan landasan melakukan pengelolaan risiko dengan baik. Langkah
sederhana adalah dengan melakukan pengamatan. Melalui pengamatan maka kita sebenarnya telah melakukan suatu identifikasi bahaya.
Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak
dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan Ramli, 2010
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat Ramli 2010, identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain :
a Mengurangi peluang kecelakaan
Identifkasi bahaya dapat mengurangi terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.
b Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi
bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.
c Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi
pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada, manajemen dapat menentukan skala prioritas
penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
d Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya
dalam perusahaan. Dengan begitu mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan dilakukan.
Sumber identifikasi bahaya dapat diketahui dengan peristiwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan tempat kerja, melakukan wawancara dengan
pekerja di lokasi kerja, data keselamatan bahan material safety data sheet dan lainnya.
2.
Penilaian Risiko Risk Assessment
Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risiko yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta dampak yang akan
Universitas Sumatera Utara
ditimbulkan. Penilaian risiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu risiko dan menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Penilaian
risiko digunakan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan terjadinya likehood dan keparahan yang dapat ditimbulkan severity
Ramli,2010. Menurut ASNZS yang dikutip Albert Wijaya, dkk 2015 bahwa tujuan
dari risk assessment adalah memastikan kontrol resiko dari proses, operasi atau aktivitas yang dilakukan berada pada tingkat yang dapat diterima. Penilaian dalam
risk assessment yaitu likelihood dan severity. Likelihood menunjukkan seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi, severity menunjukkan seberapa parah dampak
dari kecelakaan tersebut. Nilai dari likelihood dan severity akan digunakan untuk menentukan risk rating. Risk rating adalah nilai yang menunjukkan resiko yang
ada berada pada tingkat rendah, menengah, tinggi, atau ekstrim. Acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian resiko dapat dilihat pada tabel , tabel 2.1
dan tabel 2.2
Tabel 2.1. Skala likehood pada standar ASNZS 4360-2004 Tingkat
Deskripsi Keterangan
5 Almost
certain Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setiap shift
4
Likely Terdapat ≥ 1 kejadian setiap hari
3 Possible
Terdapat ≥ 1 kejadian setiap minggu
2 Unlikely
Terdapat ≥ 1 kejadian setiap bulan
1 Rare
Terdapat ≥ 1 kejadian setiap setahun atau lebih
Sumber : ASANZ 4360-2004
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Skala severity pada standar ASNZS 4360-2004 Tingkat
Deskripsi Keterangan
1 Insignificant
Tidak terjadi cidera, kerugian financial sedikit
2
Minor Cidera Ringan, kerugian financial sedikit
3 Moderate
Cidera sedang, perlu penanganan medis, kerugian financial besar
4 Major
Cidera berat ≥ 1 orang, kerugian besar, gangguan produksi
5
Catastrophic Fatal ≥ 1 orang, kerugian sangat besar dan
dampak sangat luas, terhentinya seluruh kegiatan
Sumber : ASANZ 4360-2004
Tabel 2.3 Skala risk rating pada standar ASNZS 4360-2004
Frekuensi risiko Dampak risiko
1 2
3 4
5
5
H H
E E
E
4 M
H E
E E
3 L
M H
E E
2 L
L M
H E
1 L
L M
H H
Sumber : ASANZ 4360-2004
Keterangan :
1. E : Extreme Risk kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan
pengendalian
2. H : High Risk kegiatan tidak boleh dilaksanakan atau dilanjutkan dan
pengendalian
3. M : Moderat Risk perlu tindakan untuk mengurangi risiko
4. L : Low Risk risiko masih dapat ditoleransi oleh perusahaan
Universitas Sumatera Utara
3.
Pengendalian Risiko Risk Control
Pengendalian risiko adalah langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi
akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan. OHSAS 18001 dalam Ramli 2010 memberikan pedoman
pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Hirarki pengendalian bahaya
1 Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya. Eliminasi merupakan langkah ideal yang dapat dilakukan
dan harus menjadi pilihan utama dalam melakukan pengendalian risiko
Eliminasi
Substitusi
Engineering
Administratif
APD
Universitas Sumatera Utara
bahaya yang bersifat permanen. Misalnya, lobang dijalan ditutup, ceceran minyak dilantai dibersihkan, mesin yang bising dimatikan Ramli,2010.
2 Substitusi
Pengendalian ini dimaksudkan untuk menggantikan bahan-bahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan-bahan dan peralatan
yang kurang berbahaya atau lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam batas yang masih dapat diterima. Teknik ini banyak digunakan,
misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman. Bahan kimia CFC untuk AC yang
berbahaya bagi lingkungan diganti dengan bahan lain yang lebih ramah terhadap lingkungan Ramli,2010.
3 Pengendalian Teknis Engineering
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di lingkungan kerja. Oleh karena itu, pengendalian bahaya yang
dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman. Sebagai contoh, mesin yang bising
dapat diperbaiki secara teknis dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat ditekan. Pencemaran diruang kerja dpat diatasi
dengan memasang sistem ventilasi yang baik. Bahaya pada mesin dapat dikurangi dengan memasang pagar pengaman.
4 Pengendalian Administratif
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur
kerja yang lebih aman, rotasi kerja atau pemeriksaaan kesehatan. 5
Alat Pelindung Diri APD Perlindungan
keselamatan pekerja
melalui upaya
teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib
diutamakan. Namun kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan Alat Pelindung
Diri APD. Jadi, penggunaan APD adalah alternative terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan. APD
harus memenuhi persyaratan Suma’mur, 2009 : a.
Enak nyaman dipakai b.
Tidak menganggu pelaksanaan pekerjaan c.
Memberikan perlindungan efektif terhadap macam bahaya yang dihadapi
Alat proteksi diri beraneka ragam. Jika digolongkan menurut bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat pelindung diri tersebut adalah :
1. Kepala
: Pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai jenis topi yaitu topi pengaman safety helmet, topi atau
tudung kepala, tutup kepala 2.
Mata : Kacamata pelindung protective goggles
3. Muka
: Pelindung muka face shield
Universitas Sumatera Utara
4. Tangan dan jari : Sarung tangan sarung tangan dengan ibu jari
terpisah, sarung tangan biasa gloves, pelindung telapak tangan hand pad, dan sarung tangan yang menutupi pergelangan tangan sampai
lengan sleeve 5.
Kaki : Sepatu pengaman safety shoes
6. Alat pernafasan : Respirator, masker, alat bantu penafasan
7. Telinga
: Sumbat telinga, tutup telinga 8.
Tubuh : Pakaian kerja menurut keperluan yaitu pakaian
kerja tahan panas, pakaian kerja tahan dingin, pakaian kerja lainnya 9.
Lainnya : Sabuk pengaman.
Alat pelindung diri dikenakan oleh pekerja sebagai pelindung terhadap bahaya. Dengan memberikan alat pengaman ini dapat mengurangi keparahan
risiko yang timbul. Keberhasilan pengendalian ini tergantung dari alat yang dikenakan sendiri, artinya alat yang digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan
benar sesuai dengan potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada. Dalam melakukan pengendalian risiko kecelakaan ini, maka dapat
ditentukan jenis pengendalian tersebut dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka
melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakakan dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian.
Akan tetapi mungkin juga dapat dilakukan upaya-upaya gabungan dari
Universitas Sumatera Utara
pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan.
2.8 Kerangka Pikir