22
P = Perkolasi
K = MTS
T = Jangka waktu penyiapan lahan hari
S = Kebutuhan air, untuk penjenuhan di tambah dengan lapisan air
= 50 mm
2.1.3. Perkolasi
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh yang terletak diantara permukaan tanah ke permukaan air tanah zona jenuh. Daya perkolasi adalah
laju maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam zona tidak jenuh yang terletak diantara permukaan tanah dengan permukaan air
tanah. Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat
kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus
diperhitungkan. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan genangan berkisar antara 1 sampai 3 mmhari KP – 01, 1986. Di daerah dengan
kemiringan diatas 5, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mmhari akibat perkolasi dan rembesan.
2.1.4. Pergantian lapisan air
Pergantian lapisan air khusus dilakukan hanya untuk sawah dengan tanaman padi, dimana waktu pemupukan dilakukan genangan air dipetak sawah perlu
dikeringkan untuk beberapa hari. Untuk menggenangi petak sawah kembali diperlukan air tambahan, jadi dalam hal ini diperlukan sistem irigasi yang direncanakan untuk : 1
memungkinkan untuk mengganti lapisan air untuk beberapa kali pemupukan yang direncanakan sesuai keperluan; 2 Jika tidak ada penjadwalan semacam itu, lakukan
Universitas Sumatera Utara
23
penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm atau 3,3 mmhari selama ½ bulan
selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. 2.2.
Curah Hujan
Tidak semua curah hujan yang jatuh diatas tanah dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya, ada sebagian yang menguap dan mengalir sebagai
limpasan permukaan. Air hujan yang jatuh diatas permukaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Curah hujan nyata, yaitu sejumlah air yang jatuh pada periode tertentu,
2. Curah hujan efektif, yaitu jumlah air hujan yang jatuh pada suatu daerah atau
petak sawah semasa pertumbuhan tanaman dan dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun curah hujan efektif untuk tanaman palawija menurut KP-01 dipengaruhi oleh besarnya tingkat evapotranspirasi dan curah hujan daerah. Besaran curah hujan
efektif harian dihitung dengan analisis pendekatan rumus KP-01, 1986 sebagai berikut:
Untuk padi, Re = 70 x R80
................................... 2-9 Untuk palawija,
Re = 70 x R50 ................................... 2-10
2.3. Debit Andalan