4
melainkan untuk kepentingan anak.
12
Terlebih lagi mengenai hak hadhanah, menunjukkan bahwa anak yang sekaligus kewajiban untuk memelihara serta
mendidik anak-anak pada hakikatnya mengantarkan mereka pada masa depan yang cemerlang.
13
Oleh karenanya, keberanjakan point of departure hukum keluarga Islam dari fikih konvensional kepada peraturan perundang-undangan pun
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan hukum Islam, terutama dalam kasus perceraian.
14
Akan tetapi adanya kelalaian untuk memberikan nafkah sehingga pihak yang wajib dinafkahi menjadi terlantar, merupakan permasalahan yang sering
terjadi dikalangan masyarakat Islam. Kenyataan seperti itu sering terjadi terutama dalam masyarakat yang kurang pengetahuannya tentang bagaimana cara memperoleh
suatu hak.
15
Berbagai persoalan yang terjadi di atas, kasus yang sangat menarik untuk dilihat adalah apa yang terjadi dalam putusan di Pengadilan Agama Jakarta Utara
mengenai nafkah anak yang terdapat dalam putusan Nomor 0386Pdt.G2014PA.JU. Landasan hukum majelis dalam memberikan pembebanan nafkah anak kepada
seorang suami tidak sesuai dengan metode ijtihad yang dilakukan. Hakim sebagaimana hukum acara Peradilan Agama memiliki sifat pasif, dalam perkara ini
tidak memuat dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan pembebanan nafkah anak
12
Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, Kompilasi Bidang Hukum Kekeluargaan Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Depertemen Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI, 2007, h. 31.
13
Mushlihatul Umami, Ilmu Hukum Yogyakarta: Genta, 2007, h. 64.
14
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia Jakarta: Sinar Grafika, 2013, h. 230.
15
Satria Effendi M. Zein Problematika Hukum Keluarga Islam Kontenporer: Analisis Yurisprudensi dengan Pendekatan Ushuliyah Jakarta: Kencana, 2004, h. 144.
5
sebagai ijtihad yang dilakukannya. Padahal majelis sebelum membebankan nafkah anak kepada suami sebesar Rp. 1.500.000,- perbulan, majelis hakim telah menolak
jumlah nafkah anak yang diminta oleh istri sebesar Rp. 2.140.000,- perbulan. Oleh karenanya penulis merasa pentingnya studi ini diteliti, untuk
menganalisa dasar-dasar hukum yang digunakan hakim dalam memberikan pembebanan nafkah anak pasca perceraian, pelaksanaan putusan nafkah anak serta
upaya istri dalam mendapatkan hak nafkah anak pasca perceraian demi terciptanya keadilan, kepastian hukum dan manfaat bagi istri khususnya bagi anak. Hal ini
terangkai dalam judul yang penulis angkat yaitu Nafkah Anak Pasca Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Utara Analisis dan Implementasi Putusan Nomor
0386Pdt.G2014PA.JU.
B. Perumusan Masalah
Fokus utama untuk mempermudah penelitian ini, terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
1. Bagaimana perspektif fikih dan hukum positif tentang kewajiban nafkah anak
pasca perceraian? 2.
Bagaimana pertimbangan
majelis hakim
dalam putusan
Nomor 0386Pdt.G2014PA.JU mengenai pembebanan nafkah anak kepada ayah pasca
perceraian? 3.
Bagaimanakah pelaksanaan putusan pengadilan agama tentang nafkah anak pasca perceraian?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pandangan fikih dan hukum positif tentang kewajiban nafkah
anak pasca perceraian. b.
Mengetahui pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Utara dalam membebankan nafkah anak kepada orang tua ayah pasca
perceraian. c.
Mengetahui pelaksanaan putusan pengadilan agama tentang nafkah anak pasca perceraian.
2. Manfaat Penelitian
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat: a.
Dapat memberikan wawasan mengenai kewajiban hukum pihak suami dan istri pasca perceraian dalam memberikan hak nafkah kepada anak.
b. Dapat menjadi rujukan bagi akademisi tentang bagaimana pelaksanaan
nafkah anak itu dilakukan. c.
Diharapkan sebagai perbaikan dalam sistem pelaksanaan putusan bagi Peradilan Agama.
d. Diharapkan memupuknya khazanah keilmuan bidang hukum keluarga
secara teoritis maupun praktis.
7
D. Review Studi Terdahulu
Studi ini bukan merupakan kajian yang baru di hukum keluarga di Indonesia, telah banyak peneliti-peneliti yang membahas ini sebelumnya dan mengangkat
sebagai fokus kajian, diantaranya: Mohamad Khotib, menjelaskan mengenai pelaksanaan eksekusi riil di
pengadilan agama yang sering menghadapi kendala dan hambatan baik teknis maupun non-teknis karena dalam ketentuan Hukum Acara Perdata HIR, RBg, dan
RV tidak menjelaskan secara mendetail sehingga dalam pelaksanaan putusan pengadilan perlu dibuatkannya peraturan atau ketentuan hak untuk menjual harta
milik pihak yang dibebankan untuk menyerahkan kepada salah satu pihak baik penggugat atau tergugat.
16
Perbedaan studi ini, fokus kepada pelaksanaan putusan nafkah anak di Pengadilan Agama Jakarta Utara yang terlaksana karena
i’tikad baik suami walaupun tidak sesuai dengan jumlah isi putusan sehingga dibutuhkan
controlling atas jumlah nafkah anak. Kemudian analisis dasar-dasar hukum yang dilakukan hakim sehingga terdapat kelalaian dalam pemberian pasal yang berkaitan
dengan pembebanan nafkah anak Aziz Angga Riana, menjelaskan mengenai masalah hadhanah dan mengkritisi
pasal 105 point c dan pasal 156 point d Kompilasi Hukum Islam mengenai kewajiban pembiayaan pemeliharaan anak pasca perceraian, kemudian menjelaskan bahwa
Kompilasi Hukum Islam KHI seyogyanya memberikan pengecualian terhadap ayah
16
Mohamad Khotib, “Eksekusi Putusan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam Teori dan Praktek.” Tesis S2 Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum Universitas Islam As-Syafi‟iyah
Jakarta, 2008.
8
mengenai kewajiban hadhanah anak, agar tidak menghadapi kasus yang bersifat kasuistik seperti penyelesaian kewajiban hadhanah akibat perceraian karena ayah
tidak memiliki kemampuan dan tidak mau bertanggung jawab mengenai masalah tersebut sehingga hakim saat berpedoman kepada KHI tidak melewatkan pasal itu
serta agar hakim dapat mengambil pertimbangan hukum dengan mempertimbangkan anak.
17
Perbedaan dalam studi ini yaitu hakim dalam ijtihadnya menggunakan metode pendekatan interpretasi teologis atau sosiologis dalam memberikan pembebanan
jumlah nafkah anak kepada pemohon suami. Akan tetapi landasan hukum majelis dalam memberikan pembebanan nafkah anak kepada seorang suami tidak lah sesuai
dengan metode ijtihad yang dilakukan. Nova Andriani, menjelaskan apabila terjadi perselisihan dalam rumah tangga
hendaknya diselesaikan dengan jalan damai dan musyawarah terlebih dahulu. Cara terbaik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan adalah dengan kepala dingin dan
tidak bersikap emosional sehingga perselisihan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga tidak langsung diselesaikan dengan jalan pengadilan. Kemudian perlu
diperhatikan anak sebagai dampak yang akan ditimbulkan dari perceraian tersebut.
18
Perbedaan dalam studi ini ialah saat memberikan landasan hukum dalam
17
Aziz Angga Riana, “Kewajiban Pembiayaan Hadhanah Anak yang Masih di Bawah Umur Akibat Perceraian studi kritis terhadap pasal 105 point c dan pasal 156 point d Kompilasi Hukum
Islam,” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
18
Nova Andriani, “Penetapan Hak Hadhanah Kepada Bapak Bagi Anak Belum Mumayyiz Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat Perkara Nomor 228Pdt.G2009PA.JB,
” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.