pencegahan pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi, termasuk peran serta masyarakat dalam pencegahan.
39
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi ini menetapkan secara tegas tentang bentuk hukuman dari pelanggaran pembuatan, penyebarluasan,
dan penggunaan pornografi yang disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan, yakni berat, sedang, dan ringan, serta memberikan pemberatan terhadap
perbuatan pidana yang melibatkan anak. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi diatur secara
komprehensif dalam rangka mewujudkan dan memelihara tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang beretika, berkepribadian luhur, dan menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menghormati harkat dan martabat setiap warga negara.
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, akhlak mulia, dan kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati
kebinekaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta melindungi harkat dan martabat setiap warga negara.
Untuk memberikan perlindungan terhadap korban pornografi, Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2008 mewajibkan kepada semua pihak, dalam hal ini
negara, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga, dan
39
Lembaga Bantuan Hukum, Undang-Undang Pornografi Nomor 44 tahun 2008
masyarakat untuk memberikan pembinaan, pendampingan, pemulihan sosial, kesehatan fisik dan mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku
pornografi. Jika memang menginginkan pornografisme terhapus secara menyeluruh, maka
aspek landasan budaya yang melestarikan dan melahirkan unsur budaya pornografisme, budaya pamer tubuh juga harus tersentuh dan tertata kembali.
Karenanya, kriteria porno harus memenuhi tiga aspek : a
Semua hal yang dapat mengarah pada bangkitnya gairah seksual manusia, baik sengaja maupun tidak.
b Terlihatnya anggota badan, bagi pria adalah dari pusar hingga lutut dan bagi
wanita semua tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan, oleh orang lain yang dapat bangkit gairah seksualnya diluar ikatan pernikahan. Khusus untuk
wanita, daerah yang tertutup akan berkurang sampai hanya sebatas anggota tubuh yang utama ketika hubungan intim, jika berhadapan dengan sejenisnya
atau anggota keluarga sedarah. c
Kedua pembatasan diatas tidak terpakai pada kondisi terdesak, terpaksa, dan pertimbangan untuk kepentingan kemanusiaan seperti untuk iptek,
pendidikan, pengobatan, peradilan, dan lain-lain.
40
Sedemikian rupa hukum positif melarang pornografi dan pornoaksi yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008, namun tidak menjadikan
pornografi bisa diajukan sebagai alasan perceraian baik di dalam Undang-Undang
40
Marzuki Umar, Seks dan Kita, Jakarta : Gema Insani Press, 1997. h. 77-78
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 maupun Kompilasi Hukum Islam. Namun penulis menyimpulkan bahwa masalah pornografi dalam rumah tangga yang mengakibatkan
perselisihan dan percekcokan yang terus menerus yang bisa dijadikan alasan perceraian yang tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam huruf f.
4. Dampak Pornografi
Islam mengharamkan segala jenis hubungan seksual di luar perkawinan ia mengharamkan segala ucapan atau perbuatan yang membuka pintu hubungan haram.
Q.S al- Isra’ : 32
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. Apa yang kini dikenal masyarakat sebagai pornografi, ia sungguh dekat
dengan perilaku keji ini, bahkan merupakan godaan dan rangsangan untuk melakukannya. Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka lakukan.
41
Faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan batasan pornografi dan pornoaksi adalah faktor agama. Hal itu disebabkan faktor agama
mempunyai ajaran-ajaran atan ketentuan-ketentuan yang dapat memberikan batasan yang tegas terhadap pengertian pornografi dan pornoaksi. Selain itu ajaran agama
41
Yusuf Qardhawi, Al-Halal wal Haram fil Islam, Terjemahan : Wahid Ahmadi, Solo : Era Intermedia, 2000, h. 195
juga dapat memberantas, menanggulangi, mencegah, dan membendung pornografi dan pornoaksi, sepanjang hidup dan kehidupan anggota masyarakat dan penegak
hukum sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, khususnya ajaran agama Islam, dan ajaran agama yang dijadikan sumber pembentukan Undang-Undang yang
mengatur tentang pornografi dan pornoaksi beserta sanksi-sanksinya. Maraknya kasus pornografi di Indonesia dipengaruhi oleh budaya Barat,
kendati telah membudayanya perzinahan hingga tingkat yang mengerikan di kalangan masyarakat barat, kita masih menemukan banyak realita yang tidak mungkin
ditafsirkan dengan mudah. Misalnya tentang kasus-kasus pemaksaan seksual diskriminasi jenis kelamin, tersebarnya penyimpangan seksual dan pernikahan antar
muhrim serta pelecehan seksual terhadap para wanita pekerja dan para karyawati. Pengekangan seksual dan tidak diberikannya kesempatan yang cukup bisa
menyebabkan penyimpangan, kenyataannya, bangsa barat tidak terkekang secara seksual dan bahkan tidak terlarang, namun demikian banyak kita dapati
bertambahnya penyimpangan seksual , dimana pria merasa cukup dengan sesama pria dan wanita merasa cukup dengan sesama wanita, bahkan tidak sedikit pula kita dapati
tindak pemaksaan.
42
Majalah-majalah dan harian-harian Inggris, terutama Daily Ikbris dan Daily Mill telah menggalang demonstransi yang luas terhadap pendeta dan gereja.
Disebutkan dalam datanya akibat yang dihasilkannya bahwa hampir 80 pendeta
42
Muhammad Ali, Wanita Karir Dalam Timbangan Islam, Jakarta : Pustaka Azzam, 1998, h. 118
pria dan wanita serta para rahib pernah melakukan hubungan seksual artinya mereka adalah para pelaku perzinahan, dan hampir 40 juga mereka melakukan seks
menyimpang. Karena itu kedua media masa ini mengkonsentrasikan demonstrasinya terhadap aturan kependetaan yang melarang para pendeta wanita dan pria serta para
rahib untuk menikah. Kedua harian ini menyerukan untuk menghapuskan aturan tersebut yang dilandasi oleh pengkhianatan dan kedustaan, karena berusaha
mengekang fitrah dan mencegah pernikahan, sehingga akibatnya adalah tingkat perzinahan dan penyimpangan seksual yang begitu tinggi.
43
Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, telah memberikan andil terhadap meningkatnya
pembuatan, penyebarluasan, dan penggunaan pornografi yang memberikan pengaruh buruk terhadap moral dan kepribadian luhur bangsa Indonesia sehingga mengancam
kehidupan dan tatanan sosial masyarakat Indonesia. Berkembangluasnya pornografi di tengah masyarakat juga mengakibatkan meningkatnya tindak asusila dan
pencabulan. Kini perilaku penyimpangan seksual sudah merebak dalam peradaban barat,
dimana undang-undang telah membolehkannya dan menganggapnya sebagai hal yang alami, tidak ada larangan jika antara kedua orang yang bersangkutan tidak ada
keterpaksaan. Disitu terciptalah ribuan pasangan yang melakukan perilaku seksual yang menyimpang.
43
Muhammad Ali, Wanita Karir Dalam Timbangan Islam, h. 120
Faktor penyebab dari kelemahan masyarakat, antara lain disebabkan oleh faktor politik di bidang keagamaan yang terlihat dalam politik pendidikan agama di
Sekolah-sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi. Jumlah jam pelajaran atau jam kuliah masih sangat tidak memadai dibanding
jam tayangan televisi yang mendominasi waktu belajar. Selain itu faktor pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia melalui jaringan media komunikasi, baik
cetak maupun elektronik, perlahan-lahan namun pasti telah mengikis iman bangsa Indonesia.
44
Pornografi dan pornoaksi telah menimbulkan berbagai dampak negatif bagi masyarakat bangsa Indonesia, terutama generasi muda baik terhadap perilaku, moral
Akhlak, maupun terhadap sendi-sendi serta tatanan keluarga dan masyarakat beradab, seperti pergaulan bebas, perselingkuhan, kehamilan dan kelahiran anak
diluar nikah, aborsi, penyakit kelamin, kekerasan seksual, dan lain sebagainya. Beberapa perguruan tinggi di Amerika Serikat telah mengkhususkan
pemberian beasiswa kepada para pelaku seksual menyimpang, diantaranya adalah Universitas Sir George Williamz yang banyak mengkhususkan pemberian
beasiswanya kepada para penderita kelainan seksual, dan tidak mungkin memperoleh beasiswa ini kecuali yang mengajukan itu terbukti menderita kelainan seksual.
Akibat semaraknya prostitusi, perzinaan dan penyimpangan seksual muncullah berbagai penyakit kelamin yang sangat merebak di kalangan masyarakat
44
Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi, Bogor : Kencana, 2003, h. 127