Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Memelihara prinsip perkawinan adalah kewajiban bersama, suami istri. Dengan demikian, peran untuk membangun dan mempertahankan keluarga bahagia
menjadi kewajiban kolektif, suami istri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut. Dalam suatu lembaga perkawinan, setiap pasangan tidak hanya
dituntut untuk melakukan serangkaian kewajiban, tetapi setiap pasangan juga memiliki sejumlah hak. Diantaranya adalah hak untuk memperoleh pegalaman
keagamaan, kasih sayang dan status, pendidikan, perlindungan, serta rekreatif. Jika hak dan kewajiban suami istri dapat dilakukan secara ma’ruf, dengan menyadari
kelebihan dan kekurangan masing-masing, niscaya hubungan antara pasangan akan tetap terjaga dengan baik sehingga kelanggengan dapat dicapai.
Di antara hak dan kewajiban suami dan istri adalah: 1.
Suami wajib memberi nafkah kepada istrinya dan anak-anaknya berupa sandang, pangan dan papan.
2. Suami wajib melindungi istrinya.
3. Suami wajib membimbing terhadap istri dan rumah tangganya.
4. Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi
kesempatan belajar pengetahuan yang berguna selama tidak bertentangan dengan agama.
5. Istri wajib mendidik anak dan rumah tangganya serta menggunakan harta
nafkah suaminya di jalan yang benar. Kewajiban bersama:
1. Suami istri wajib menciptakan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah yang
bahagia. 2.
Suami istri wajib saling mencintai, saling menghormati, memberi bantuan lahir batin.
3. Suami istri wajib mengasuh, memelihara anak-anak mereka baik mengenai
pertumbuuhan jasmani, rohani maupun kecerdasan pendidikan agama. 4.
Suami istri wajib memelihara kehormatannya
8
Semua orang menghendaki kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal sesuai dengan tujuan dari perkawinan yang terdapat dalam Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974. Akan tetapi, tidak semua orang dapat membentuk suatu keluarga yang dicita-citakan tersebut, hal ini dikarenakan adanya perceraian,
baik cerai mati, cerai talak, maupun cerai atas putusan hakim. Pada saat sekarang ini masalah sosial semakin kompleks terutama yang datang
nya dari keluarga diantaranya yaitu terjadinya perselingkuhan dan pornografi dari salah satu pasangan. Fenomena tersebut sangatlah memprihatinkan, karena rumah
tangga yang diawali dengan suatu ikatan dan ikrar yang suci, saling percaya dan menyayangi, hancur dengan hilangnya kepercayaan dan tidak ada kesetiaan.
Hal ini timbul diakibatkan tidak adanya kesadaran dan mengaplikasikan nilai- nilai ajaran agama dalam kehidupan rumah tangganya sebagai proteksi akan hal-hal
8
Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011, h. 19
yang akan menimbulkan suatu pertentangan, perselisihan, penyelewengan dan berakhir perceraian antara pasangan suami istri tersebut.
Sebagai seorang istri sudah sepatutnya menjalankan kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga dengan baik. Agar tercipta rumah tangga yang harmonis.
Salah satunya adalah menjaga kehormatan. Bekerja dan kemanapun istri harus tetap seijin suami.
Misalnya, seorang istri bekerja sebagai foto model majalah dewasa pornografi dan melakukan perselingkuhan dengan laki-laki lain dan lain sebagainya
yang tidak mencerminkan istri yang baik. Wanita yang paling mulia dan sempurna, adalah wanita yang mempunyai harta, dari keturunan yang baik, mempunya paras
yang cantik, dan juga dijiwai agama yang menjadi penghayat bagi dirinya sendiri dalam hidup.
9
Munculnya perubahan pandangan hidup yang berbeda antara suami istri, timbulnya perselisihan pendapat antara keduanya, berubahnya kecenderungan hati
dan masing-masing memungkinkan timbulnya krisis rumah tangga yang merubah suasana harmonis menjadi percekcokan, persesuaian menjadi pertikaian, kasih sayang
menjadi kebencian, semuanya merupakan hal-hal yang harus ditampung dan diselesaikan, namun semua itu bisa saja tidak dapat dihindarkan bagi mereka yang
tidak bahagia bagi kehidupan rumah tangganya, meskipun itu boleh dilakukan tetapi sangat dibenci oleh Allah SWT.
9
Amit Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1994, Cet ke-3, h. 40
Ketika keutuhan rumah tangga sudah tidak dapat lagi dipertahankan, maka jalur yang ditempuh adalah mengakhiri perkawinan dengan jalan perceraian. Sesuai
dengan Undang-undang Perkawinan, perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan, setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
10
Dari deskripsi diatas, penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh bagaimana proses penyelesaian perkara perceraian akibat istri sebagai pekerja foto
model dan majalah dewasa pornografi. Maka karena itu penulis mengambil judul “PORNOGRAFI SEBAGAI FAKTOR PERCERAIAN Analisis Putusan No.
2571Pdt.G2012PA JS”.