yang  banyak  mendatangkan  masalah  dalam  bidang  kesehatan  dan  sebagai media  bibit  penyakit.  Selain  itu  dapat  menimbulkan  pencemaran  lingkungan
pada  sumber  air  dan  bau  busuk  serta  estetika.  Jamban  keluarga  adalah  suatu bangunan  yang  dipergunakan  untuk  membuang  tinja  atau  kotoran  manusia
yang  lazim  disebut  kakus  atau  WC.  Pemanfaatan  jamban  keluarga  sangat dipengaruhi  oleh  tingkat  pengetahuan  dan  kebiasaan  masyarakat.  Tujuan
program  JAGA  jamban  keluarga  yaitu  tidak  membuang  tinja  ditempat terbuka  melainkan  membangun  jamban  untuk  diri  sendiri  dan  keluarga.
Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan  air  yang  cukup,  hal  ini  selalu  dikerjakan  sehabis  buang  air  besar
sehingga  kotoran  tidak  tampak  lagi.  Secara  periodik,  leher  angsa  dan  lantai jamban  digunakan  dan  dipelihara  dengan  baik,  sedangkan  pada  jamban
cemplung  lubang  harus  selalu  ditutup  jika  jamban  tidak  digunakan  lagi  agar tidak  kemasukan  benda-benda  lain.  Umar  2006  menyatakan  bahwa  perilaku
buang  air  besar  tidak  di  jamban  menyebabkan  pencemaran  tanah  dan lingkungan  oleh  tinja  yang  berisi  telur  cacing  yang  dapat  menginfeksi  anak-
anak  karena  menelan  tanah  yang  tercemar  telur  cacing  atau  melalui  tangan yang terkontaminasi telur cacing.
2.2.3 Higiene Pribadi Yang Buruk
Higiene  perorangan  atau  usaha  kesehatan  pribadi merupakan upaya dari seseorang  untuk  memelihara  dan  mempertinggi  derajat  kesehatannya  sendiri,
yang  meliputi:  memelihara  kebersihan,  makanan  yang  sehat,  cara  hidup  yang teratur,  meningkatkan  daya  tahan  tubuh  dan  kesehatan  jasmani,  menghindari
terjadinya penyakit, meningkatkan taraf kecerdasan dan  rohaniah, melengkapi rumah dengan fasilitas yang menjamin hidup sehat, dan pemeriksaan kesehatan
Entjang, 2001. Menurut WHO 2008 higiene adalah merupakan praktek atau tindakan  untuk  menjaga  diri  dan  lingkungan  seseorang  agar  tetap  bersih  dan
bebas  dari  resiko  infeksi.  Ada  banyak  praktek  higiene  yang  dapat  membantu mencegah  penyakit,  salah  satunya  yang  terbukti  efektif  dan  efisien  di  negara
berkembang adalah cuci tangan pakai sabun.
Universitas Sumatera Utara
Ada  beberapa  aspek  higiene  pribadi  yang  berhubungan  dengan  infeksi STH seperti mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan setelah buang air
besar,  buang  air  besar  di  jamban,  kebersihan  kuku,  dan  memakai  alas  kaki. Mencuci  tangan  menggunakan  air  dan  sabun  memiliki  peran  yang  penting
dalam  pencegahan  infeksi  STH.  Tangan  adalah  merupakan  vektor  yang  dapat membawa  agan  penyakit  dari  satu  orang  ke  orang  lain  baik  secara  langsung
maupun  tidak  langsung.  Tangan  yang  telah  kontak  dengan  feses,  tanah,  atau makanan yang tercemar dan tidak dicuci dengan bersih dapat membawa  telur
cacing WHO, 2008. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun  hal  ini  terbukti  tidak  efektif  dalam  menjaga  kesehatan  dibandingkan
dengan  mencuci  tangan  dengan  sabun.  Penggunaan  sabun  menjadi  efektif karena  meningkatkan  waktu  kontak  kedua  tangan,  memfasilitasi  gesekan,  dan
memecah lemak dan kotoran sehingga lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas  saat  tangan  digosok  dan  bergesekan  pada  waktu  mencuci  tangan.  Di
dalam  lemak  dan  kotoran  yang  menempel  di  tangan  inilah  kuman  penyakit hidup.  Transmisi  STH  dapat  dicegah  dengan  mencuci  tangan  dengan  sabun
oleh karena dapat memindahkan secara mekanis debu, tanah, atau kotoran yang mengandung  telur  cacing  dari  tangan.  Tidak  ada  perbedaan  yang  signifikan
antara mencuci tangan pakai sabun biasa dengan mencuci tangan pakai sabun anti septik. Hal ini karena patogen lepas dari tangan oleh sabun dan air, bukan
karena aktifitas antiseptik yang mematikan kuman Luby, 2005. Pada anak-anak infeksi sering terjadi melalui tangan yang tercemar telur
yang  infektif  karena  anak-anak  suka  memasukkan  jari-jari  ke  dalam  mulut, atau  makan  tanpa  mencuci  tangan.  Transmisi  STH  pada  manusia  melalui
tangan atau kuku jari yang kotor mengandung telur cacing Sofiana, 2011. Manusia  yang  terinfeksi  STH  akan  mengeluarkan  telur  cacing  bersama
fesesnya  sehingga  di  daerah  dimana  masyarakatnya  lazim  buang  air  besar  di tempat  terbuka  seperti    di  sungai,  selokan  air,  di  bawah  pohon  dan  di  sekitar
rumah  pada  anak-anak,  maka  akan  mencemari  lingkungan  dan  pada  kondisi yang  sesuai  telur  cacing  tersebut  akan  berkembang  menjadi  bentuk  infektif.
Infeksi terjadi bila tertelan telur yang infektif melalui makanan atau minuman, seperti  makan  sayur  mentah  yang  tidak  dicuci  bersih,  tidak  mencuci  tangan
Universitas Sumatera Utara
setelah  memegang  tanah  yang  tercemar  telur  cacing,  atau  pada  infeksi  cacing tambang  terjadi  saat  larva  filariform  menembus  kulit  manusia  yang  tidak
memakai alas kaki Ziegelbauer, 2012.
2.2.4 Rendahnya Tingkat Pendidikan