Wawancara Metode Pengumpulan Data

60 Di sini, peneliti menggunakan observasi terus terang atau tersamar, yang artinya menurut Sugiyono 2009:228, peneliti dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Sehingga, mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Dengan observasi terus terang atau tersamar ini, nantinya memudahkan peneliti dalam melakukan observasi di SPMA Negeri H. MOENADI, karena siswa sebagai informan dapat memahami maksud serta tujuan dari peneliti sejak awal hingga akhir proses penelitian. Kemudian Sugiyono 2009:228, juga menjelaskan bahwa observasi terus terang atau tersamar ini dalam suatu peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih rahasia. Kemungkinan tidak diijinkan untuk melakukan observasi.

3.4.2 Wawancara

Menurut Moleong 2006:186 Wawancara adalah percakapan dnegan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Licoln dan Guba yang ditulis oleh Moleong 2006:186 maksud mengadakan wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasiyang diperoleh dari orang 61 lain, baik manusia maupun bukan manusia triangulasi; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara sendiri memiliki macam-macamnya. Menurut Patton dalam Moleong, 2006:186, wawancara dibagi menjadi tiga, yaitu : 1 Wawancara Pembicaraan Informal Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan peranyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai. 2 Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Demikian pula penggunaan dan pemilihan kata-kata untuk wawancara dalam hal tertentu tidak perlu dilakukan sebelumnya. Peunjuk wawancara hanyalah berisi petunjuk secara garis besar tentang proses da nisi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. 62 3 Wawancara Baku Terbuka Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Keluwesan mengadakan pertanyaan probing terbatas, dan hal itu bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. Wawancara demikian digunakan jika dipandang sangat perlu untuk mengurangi sedapat-dapatnya variasi yang bias terjadi antara seorang terwawancara dengan yang liannya. Wawancara jenis ini bermanfaat pula dilakukan apabila pewawancara ada beberapa orang dan terwawancara cukup banyak jumlahnya. Sedangkan Esterberg dalam Sugiyono, 2009:233 mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu : 1 Wawancara Terstruktur Structured Interview Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karna itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument peneliian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Supaya setiap 63 pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama, maka diperlukan training kepada calon pewawancara. Dalam melakukan wawancara, selai harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancer. 2 Wawancara Semiterstruktur Semistructure Interview Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dpet interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa ynag dikemukakan oleh informan. 3 Wawancara Tak Berstruktur Unsructured Interview Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak mengguanakan pedoman wawancara yang telah terusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam metode wawancara ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan pendekatan petunjuk umum wawancara, yaitu dengan membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan serta tidak perlu 64 ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanya berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Dengan metode wawancara ini nantinya akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data utama dan informasi berupa persepsi siswa mengenai penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Waktu wawancara dilakukan sesuai waktu yang diberikan oleh guru dan kesepakatan antara peneliti dengan siswa.

3.4.3 Studi Dokumentasi