Latar Belakang Dekonstruksi Wacana Censorship Pada Teks Antologi Kepustakawanan Indonesia
yang disebut sebagai sebuah keberhasilan terhadap penangkalan censorship di perpustakaan.
Apa yang menjadi penyebab terjadinya sensor akan selalu relatif dan tak pernah mudah untuk dijawab. Itu semua berawal dari sifat dasar
manusia yang dipengaruhi oleh kondisi psikis pustakawan yang selalu akan bisa berubah sewaktu-waktu. Censorship dan kebebasan informasi
merepresentasikan oposisional pada institusi masyarakat.
5
Beberapa pihak memandang tak perlu ada pembatasan dan aturan-aturan tertentu. Namun,
golongan lain juga berpandangan bahwa perlindungan dan kontrol merupakan garda terdepan dalam membentuk karakter seseorang. Maka
dari itu, pustakawan sebagai individu yang selalu terlibat di dalam dua wacana tersebut mencoba untuk menggapai keseimbangan yang tepat.
Memang, manfaat sebuah bahan informasi tidak selalu bisa langsung diterima, karena bisa saja sebuah informasi yang hari ini tidak berguna
namun suatu saat nanti bisa menjadi sangat berguna bagi individu lainnya. Sebab ketika ditelusuri lebih dalam, setiap informasi memiliki nilai
kultural yang berguna bagi individu yang memiliki keterkaitan dengan informasi tersebut. Berangkat dari fenomena tersebut membuat peneliti
tertarik melakukan sebuah usaha dekonstruksi atas wacana censorship di perpustakaan. Peneliti akan melakukan kritik atas gagasan censorship yang
selama ini terjadi di perpustakaan. Peneliti akan memilih kajian filosofis dengan alat bantu filsafat. Filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk
5
Ibid., h. 396
menemukan ide-ide. Adapun filsafat menurut Bertrand Russel adalah: “sesuatu yang berada di tengah-tengah antara sains dan teologi. Sebagai
teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah pengetahuan definitif tentangnya, sampai begitu jauh, tidak bisa
dipastikan. Namun seperti sains, filsafat berisikan lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi ataupun otoritas wahyu. Semua
pengetahuan definitif – saya menyebutnya demikian – termasuk ke dalam
sains; semua dogma, yang melampaui pengetahuan definitif, termasuk ke dalam teologi. Tetapi, diantara teologi dan sains terdapat sebuah wilayah
yang tidak dimiliki oleh seorang manusiapun, yang tidak terlindungi dari serangan kedua sisinya; wilayah yang tidak bertuan ini adalah filsafat.
Hampir semua persoalan yang sangat menarik bagi pikiran-pikiran spekulatif tidak bisa dijawab oleh sains, dan jawaban-jawaban meyakinkan
dari para teolog tidak lagi terlihat begitu meyakinkan sebagaimana abad- abad sebelumnya. Sehingga dengan ruang yang bersifat spekulatif maka
filsafat dapat digunakan sebagai alat refleksi dalam memandang sebuah gagasan, tidak hanya gagasan sains namun gagasan yang bersifat teologi”
6
Berangkat dari definisi di atas menjadikan filsafat memiliki fungsi untuk mengungkapkan konsep-konsep yang belum pernah dicapai oleh
manusia sebelumnya. Dalam penelitian ini peneliti memilih perspektif dekonstruksi yang diperkenalkan oleh Jacques Derrida. Dekonstruksi
adalah satu aliran filsafat era postmodern yang digunakan untuk
6
Bertrand Russel, Sejarah Fislafat Barat: dan Kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman kuno hingga sekarang Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. xiv.
mengkritisi teks. Peneliti beranggapan dengan menggunakan dekonstruksi, gagasan keilmuan dalam fenomena censorship yang selama ini dogmatis
akan memperlihatkan sisi kelemahannya dalam ranah pengembangan intelektual. Selain itu, melalui usaha dekonstruksi diharapkan akan
membuka peluang untuk dilakukan pengembangan gagasan filosofis ilmu perpustakaan.
Peneliti menjadikan kajian filosofis sebagai upaya pengembangan keilmuan dengan harapan mampu membuka peluang seluas mungkin
untuk dijadikan sebagai variasi baru dalam dunia ilmu perpustakaan. Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan khazanah multidispliner
keilmuan sehingga mampu mengembangkan diskursus ilmu perpustakaan ke arah yang lebih inovatif.
Peneliti berasumsi perlu diadakannya pembaharuan gagasan terhadap kerangka filosofis dalam teks yang dijadikan sebagai pembenaran
dalam fenomena censorship. Teks yang peneliti angkat adalah teks yang menuangkan gagasan censorship dalam praktik dunia perpustakaan. Oleh
sebab itu, peneliti memilih penelitian yang berjudul
“Dekonstruksi Wacana
Censorship pada Teks Antologi Kepustakawanan Indonesia ”