terlihat pada orang dengan infeksi HIV untuk bulan pertama atau tahun infeksi Prof Luc Kestens,2005.
Gambar 2.2 Patogenesis HIV Sumber: Bennet N.J,2010
2.1.6 Gejala Klinis
HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ vital system kekebalan manusia seperti sel T CD4+ sejenis sel T, makrofag, dan sel
dendritik. HIV secara langsung dan tidak langsung merusak sel T CD4+, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh berfungsi baik. Jika HIV
membunuh sel T CD4+ sampai terdapat kurang dari 200 sel T CD4+ per mikroliter µL darah, kekebalan selular hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang
Universitas Sumatera Utara
disebut AIDS. Infeksi akut HIV dilanjutkan dengan infeksi HIV laten klinis sampai terjadinya gejala infeksi HIV awal dan kemudian AIDS, yang
diidentifikasi berdasarkan jumlah sel T CD4+ di dalam darah dan adanya infeksi tertentu AIDS.gov,2014.
Infeksi HIV secara umum dapat dibagi dalam empat stadium yang berbeda, yaitu:
Stadium 1: Infeksi Akut CD4 = 500 – 1000 ml
Stadium ini terjadi setelah masa inkubasi 3-6 minggu. Gejala berlangsung selama 1- 2 minggu. Pada stadium ini timbul gejala-gejala mirip flu termasuk
demam, artralgia, malaise, dan anoreksia. Timbul juga gejala kulit bercak-bercak merah, urtikaria, gejala saraf sakit kepala, kaku kuduk dan gangguan
gastrointestinal nausea, vomitus, diare, nyeri perut. Gejala-gejala ini bersesuaian dengan pembentukan awal antibodi terhadap virus. Gejala akan menghilang
setelah respon imun awal menurunkan jumlah partikel virus, walaupun virus tetap dapat bertahan pada sel-sel lain yang terinfeksi. Pada 20 orang, gejala-gejala
tersebut cukup serius untuk dikonsultasikan pada dokter, tetapi diagnosis infeksi HIV sering tidak ditemukan. Fase ini sangat menular karena terjadi viremia
AIDS.gov,2014. Selama stadium ini, ada sejumlah besar HIV pada darah perifer dan sistem
imun pun mulai berrespon terhadap virus dengan memproduksi antibodi HIV dan limfosit sitotoksik. Serokonversi terjadi pada fase ini dan antibodi virus mulai
dapat dideteksi 3 – 6 bulan setelah infeksi AIDS.gov,2014.
Stadium 2: Stadium Asimtomatik Klinis CD4 = 500 – 750 ml
Stadium ini dapat berlangsung lebih dari 10 tahun. Stadium ini, seperti namanya, bebas dari gejala-gejala mayor, meskipun sebenarnya terjadi replikasi
virus secara lambat di dalam tubuh. Dapat juga terjadi Limfadenopati Generalisata Persisten LGP. Pada fase ini sudah mulai terjadi penurunan jumlah sel CD4,
tetapi masih berada pada tingkat 500ml. Jumlah HIV dalam darah perifer turun
Universitas Sumatera Utara
hingga tingkat yang sangat rendah tetapi orang tetap terinfeksi dan antibodi HIV dapat dideteksi di dalam darah, sehingga tes antibodi akan menunjukkan hasil
positif AIDS.gov,2014. Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa HIV tidak dalam masa dorman
selama stadium ini, melainkan sangat aktif di kelenjar limfa. Ada sebuah tes untuk mengukur sejumlah kecil virus yang lolos dari kelenjar limfa. Tes yang mengukur
HIV RNA ini merupakan suatu tes viral load. Tes ini memiliki peran penting dalam pengobatan infeksi HIV AIDS.gov,2014.
Stadium 3: Infeksi HIV Simtomatik CD4 = 100 – 500 ml
Pada stadium ini terjadi penurunan CD4 yang progresif. Terjadi penyakit- penyakit infeksi kronis tapi tidak mengancam kehidupan.Seiring dengan
berjalannya waktu sistem imun menjadi sangat rusak oleh HIV. Hal ini disebabkan oleh tiga alasan utama:
● Kelenjar limfe dan jaringan menjadi rusak akibat aktivitas bertahun-tahun ● HIV bermutasi dan menjadi lebih patogen, dengan kata lain lebih kuat dan
lebih bervariasi ● Tubuh gagal untuk mengganti sel-sel T penolong yang hilang
Karena kegagalan sistem imun, gejala-gejala pun berkembang. Kebanyakan gejala-gejala tersebut tidak terlalu berat, tetapi karena sistem imun makin rusak,
gejala-gejalanya pun semakin memburuk WHO,2007. Infeksi HIV simtomatik terutama disebabkan oleh kanker dan infeksi
oportunistik yang secara normal dicegah oleh sistem imun. Ini dapat terjadi di seluruh sistem tubuh, tetapi contoh-contoh yang umum terjadi dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Contoh infeksi pada pasien HIV Sumber Alfred P.Fishman,2008
Stadium 4: Perkembangan dari HIV ke AIDS
AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Penderita dinyatakan mengidap AIDS bila dalam perkembangan infeksi selanjutnya menunjukkan
infeksi-infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa penderita. Hitung CD4 mencapai 200ml AIDS.gov,2014
Sistem Contoh InfeksiKanker
Sistem Pernapasan
●
Pneumocystis jirovecii Pneumonia PCP
●
Tuberculosis TB
●
Kaposi’s Sarcoma KS Sistem Gastro-Intestinal
●
Cryptosporidiosis
●
Candida
●
Cytomegolavirus CMV
●
Isosporiasis
●
Kaposi’s Sarcoma Sistem saraf PusatPerifer
●
HIV
●
Cytomegolavirus
●
Toxoplasmosis
●
Cryptococcosis
●
Non Hodgkin’s lymphoma
●
Varicella Zoster
●
Herpes simplex Kulit
●
Herpes simplex
●
Kaposi’s sarcoma
●
Varicella Zoster
Universitas Sumatera Utara
Karena sistem imun menjadi semakin rusak, penyakit-penyakit yang terjadi menjadi semakin menuju kepada diagnosis AIDS. Di Inggris, suatu diagnosis
AIDS dikonfirmasi apabila seseorang dengan HIV mengalami satu atau lebih infeksi oportunistik atau kanker yang spesifik. Di Amerika, seseorang juga
didiagnosis mengidap AIDS apabila ia memiliki sedikit sekali sel T penolong dalam darahnya. Bisa saja seseorang menjadi sangat sakit karena HIV tanpa harus
didiagnosis AIDS AIDS.gov,2014. World Health Organization WHO telah mengembangkan suatu sistem
tingkatan untuk penyakit HIV berdasarkan gejala-gejala klinis, di antaranya: 1. Stadium klinis I yang merupakan stadium asimptomatik. Pada stadium ini
ditandai adanya limfadenopati generalisata. 2. Stadium Klinis II, ditandai adanya penurunan berat badan 10, lesi kulit
dan mukosa ringan dermatitis seboroik, ulkus oral rekuren, kheilitis angularis, herpes zooster dalam 5 tahun terakhir, ISPA bakterial.
3. Stadium klinis III, ditandai penurunan BB 10, diare kronis 1 bulan, demam lama 1 bulan, kandidiasis orofaringeal, oral hairy leukoplakia,
tuberkulosis paru dalam tahun-tahun terakhir, dan infeksi bakterial berat pneumonia, piomiositis.
4. Stadium klinis IV, ditandai munculnya HIV Wasting Syndrome, pneumonia pneumositis Carina PCP, toxoplasmosis otak, diare kriptosporridiosis 1
bulan, rinitis CMV, herpes simpleks mukokutan 1 bulan, leukoenchephalopati multifokal progresif, mikosis diseminata kandidiasis,
kandidiasis di esofagus, trakhea, bronkus, dan paru, tuberkulosis ekstra paru, limfoma, sarkoma kaposi dan enchephalopati HIV WHO,2005.
2.1.7 Diagnosis