Definisi HIV merupakan singkatan dari ‘human immunodeficiency virus’. HIV Patogenesis

menemukan prevalensi HIV sebagai berikut : Pekerja Seks Tidak Langsung 10,4 ; Pekerja Seks langsung 4,6 ; Waria 24,4 ; Klien Pekerja Seks 0,8 ; MSM 5.2 ; dan Pengguna Narkoba Suntik 52,4 . Di kedua provinsi Papua dan Papua Barat , epidemi , didorong hampir seluruhnya oleh hubungan seksual yang tidak aman dikategorikan sebagai tingkat rendah umum epidemi dengan prevalensi HIV 2,4 di antara usia 15-49 pada populasi umum . Pada tahun 2006 diperkirakan bahwa ada 193.000 orang dewasa yang hidup dengan HIV di Indonesia , 21 di antaranya adalah perempuan . Pada tahun 2009 perkiraan jumlah ODHA meningkat menjadi 333.200 , 25 di antaranya adalah perempuan. Angka-angka ini menunjukkan feminisasi epidemi AIDS di Indonesia Laksono, 2009.

2.1.2 Definisi HIV merupakan singkatan dari ‘human immunodeficiency virus’. HIV

merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel, dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus- menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh AVERT.Org,2005. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi AVERT.Org,2005.

2.1.3 Etiologi

HIV termasuk keluarga retrovirus manusia dan subfamili lentiviruses.Empat retrovirus manusia yang diakui milik dua kelompok yang berbeda: human T lymphotropic virus, HTLV-I dan II, dan human immunodeficiency virus, HIV-I dan II .Penyebab paling umum dari penyakit HIV di seluruh dunia dan tentunya di Amerika Syarikat adalah HIV-1.HIV-2 ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 1986 pada pasien Afrika Barat dan pada awalnya terbatas pada Barat Universitas Sumatera Utara Africa.Namun, sejumlah kasus HIV -2 telah dilaporkan di Eropah, Amerika Selatan, Kanada, dan Amerika Syarikat.Walaupun HIV-2 memiliki sekitar 40 persen homologi urutan nukleotida dengan HIV-1 ia jauh lebih erat terkait dengan simian immunodeficiency virus SIV yang ditemukan di pada chimpanzee Kumar,2005. 1.Struktur Sebuah partikel virus HIV adalah bulat dan memiliki diameter sekitar 110, 000 mm. Seperti virus lainnya, HIV tidak memiliki dinding sel atau inti.Struktur dasar virus adalah sebagai berikut: • Amplop virus, lapisan luar virus, terdiri dari dua lapisan lipid; protein yang berbeda tertanam dalam amplop virus, membentuk paku yang terdiri dari glikoprotein luar gp 120 dan transmembran gp41. Membran lipid dipinjam dari sel inang selama proses budding pembentukan partikel baru. gp120 diperlukan untuk mencantum ke sel inang, dan gp41 sangat penting untuk proses fusi sel. • Protein matriks HIV terdiri dari protein p17, terletak antara amplop dan inti. • Inti viral, beris kapsul virus protein p24 yang mengelilingi dua untai tunggal RNA HIV dan enzim yang diperlukan untuk replikasi HIV, seperti reverse transkriptase, protease, ribonuklease, dan integrase; dari sembilan gen virus, ada tiga, yaitu gag, pol dan env, yang berisi informasi yang dibutuhkan untuk membuat protein struktural untuk partikel virus baru Prof Luc Kestens,2005. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Struktur HIV Sumber AIDS gov, 2014

2. Siklus hidup

HIV dapat menginfeksi beberapa sel dalam tubuh, termasuk sel-sel otak, tetapi target utamanya adalah limfosit CD4, juga disebut T-sel atau CD4. Ketika sel CD4 yang terinfeksi HIV, virus berjalan melalui beberapa langkah untuk mereproduksi dirinya sendiri dan menciptakan banyak partikel virus lebih AIDS gov,2014. Proses ini dipecah menjadi langkah-langkah berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Binding dan Fusion: Ini adalah proses dimana HIV mengikat jenis tertentu reseptor CD4 dan co-reseptor pada permukaan sel CD4.Ini mirip dengan anak kunci memasuki kunci. Setelah dibuka, HIV dapat menyatu dengan sel inang sel CD4 dan melepaskan materi genetik ke dalam sel. 2. Reverse Transkripsi: Sebuah enzim khusus yang disebut reverse transcriptase mengubah materi genetik dari virus, sehingga dapat diintegrasikan ke dalam DNA inang. 3. Integrasi: Materi genetik Virus baru memasuki inti sel CD4 dan menggunakan enzim yang disebut integrase untuk mengintegrasikan dirinya ke dalam bahan genetik sendiri,di mana mungkin menyembunyikan dan tetap tidak aktif selama beberapa tahun. 4. Transkripsi: Ketika sel inang telah diaktifkan, dan virus menggunakan enzim sendiri untuk membuat yang lebih dari genetik bahan-bersama dengan materi genetik yang lebih khusus yang memungkinkan membuat protein lebih lama. 5. Assembli: Sebuah enzim khusus yang disebut protease memotong protein HIV lagi menjadi protein individu. Ketika ini datang bersama-sama dengan materi genetik virus, virus baru telah dirakit. 6. Budding: Ini adalah tahap akhir dari siklus hidup virus.Dalam tahap ini, virus mendorong dirinya keluar dari sel inang, mengambil dengan itu bagian dari membran sel. Bagian luar ini meliputi virus dan berisi semua struktur yang diperlukan untuk mengikat ke sel CD4 baru dan reseptor dan memulai proses lagi AIDS gov,2014.

2.1.4 Faktor Resiko 1. Umur

Terdapat 19.973 jumlah kumulatif kasus AIDS dengan 49,07 terdapat pada kelompok umur 20-29 tahun, 30,14 pada kelompok umur 30-39 tahun, 8,82 pada kelompok umur 40-49 tahun, 3,05 pada kelompok umur 15-19 tahun, 2,49 pada kelompok umur 50-59 tahun, 0,51 pada kelompok umur 60 Universitas Sumatera Utara tahun, 2,65 pada kelompok umur 15 tahun dan 3,27 tidak diketahui Ditjen PP PL Depkes RI, 2009.

2. Jenis Kelamin

Rasio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Laki-laki mudah terinfeksi HIV berbanding dengan perempuan Ditjen PP PL Depkes RI,

2009. 3. Status Pekerjaan

Masyarakat yang beresiko untuk penyebaran infeksi HIV cukup beragam, seperti mahasiswa, lingkungan gay, militer, penjaraan, pemandian, pelacuran dan lingkungan tunawisma. Ada variasi tingkat resiko dalam masyarakat tergantung dari masing-masing pekerjaannya, tetapi ketika HIV menyebar dalam diri mereka, biasanya menyebar dengan cepat karena adanya jaringan terkait erat yang terhubung melalui seks dan narkoba Lubis, 2012.

4. Faktor Infeksi

a. Faktor risiko perilaku, yaitu perilaku seksual yang berisiko terhadap penularan HIVAIDS, yang meliputi partner hubungan seks lebih dari 1, seks anal, pemakaian kondom. b. Faktor risiko parenteral, yaitu faktor risiko penularan HIVAIDS yang berkaitan dengan pemberian cairan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena. Faktor ini meliputi riwayat transfusi darah, pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang narkoba secara suntik injecting drug users. c. Faktor risiko infeksi menular seksual IMS, yaitu riwayat penyakit infeksi bakteri atau virus yang ditularkan melalui hubungan seksual yang pernah diderita responden, seperti sifilis, condiloma acuminata, dan gonorrhoea Saprasetya, 2010. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Patogenesis

HIV menggunakan molekul CD4 untuk menempel pada sel T; molekul CD4 diekspresikan pada permukaan sel subset sel T sel T-helper tetapi juga pada monosit, makrofag, sel dendritik, dan sistem-sistem. Namun, monosit, misalnya, memiliki 10 kali reseptor CD4 kurang dari sel T CD4 sel T-helper. Satu atau lebih molekul gp120 virus mengikat erat molekul CD4 pada permukaan sel. Pengikatan gp120 hasil CD4 dalam perubahan konformasi dalam molekul gp120. Perubahan konformasi ini memungkinkan gp120 untuk mengikat molekul kedua pada permukaan sel, yang dikenal sebagai co-reseptor HIV. Dua koreseptor utama untuk HIV-1 adalah CCR5 dan CXCR4. Setelah pengikatan virus ke sel inang, fusi berlangsung di bawah pengaruh molekul virus gp41Prof Luc Kestens,2005. HIV dapat masuk melalui beberapa selaput sistem basah seperti dalam sistem, saluran kelamin wanita, glans penis terutama pada pria yang tidak disunat, dan uretra. Darah, cairan berdarah, cairan kelamin, dan air susu ibu adalah cairan menular dari orang-orang dengan infeksi HIV Prof Luc Kestens,2005. Selama infeksi HIV akut, virus transmisi sistem selalu virus R5 virus M- tropik, yang dominan selama tahap awal infeksi Prof Luc Kestens,2005. Setelah masuk, HIV mungkin terperangkap oleh sel dendritik DC dan makrofag dan dibawa ke kelenjar getah bening terdekat, di mana itu disajikan ke sel-sel T dan B yang hadir dalam jumlah tinggi dalam kelenjar getah bening. Di bawah kendali sel T sel B memproduksi klon sel plasma, yang dapat melepaskan sistem yang secara khusus menyerang HIV dalam aliran darah. Munculnya sistem ini terhadap antigen HIV dalam darah disebut serokonversi Prof Luc Kestens,2005. Selama infeksi awal, HIV masih terkonsentrasi di kelenjar getah bening, di mana ia bereplikasi dalam jumlah besar dan menginfeksi banyak sel CD4 T. Pembengkakan kelenjar getah bening seringkali satu-satunya fitur klinis yang Universitas Sumatera Utara terlihat pada orang dengan infeksi HIV untuk bulan pertama atau tahun infeksi Prof Luc Kestens,2005. Gambar 2.2 Patogenesis HIV Sumber: Bennet N.J,2010

2.1.6 Gejala Klinis

Dokumen yang terkait

Komorbiditas pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2010- Juni 2012

1 38 76

Karakteristik Penderita Tuberkulosis Paru Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000

1 32 73

Hubungan Pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan.

5 58 111

Pengaruh Karakteristik Dan Motivasi Penderita Tuberkulosis Paru Terhadap Kepatuhan Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2009

0 57 106

Karakteristik Penderita TB Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007

0 35 117

STUDI KUALITATIF FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI DROP OUT PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU PARU (BP4) TEGAL

2 10 158

IDENTIFIKASI EFEK SAMPING PADA PENATALAKSANAAN PASIEN TUBERKULOSIS DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4) KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE 1 MEI- 22 JUNI 2013

0 6 63

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV 2.1.1 Epidemiologi 1.Situasi Global - Profil Pasien Hiv Dengan Tuberkulosis Yang Berobat Ke Balai Pengobatan Paru Provinsi (Bp4), Medan Dari Juli 2011 Hingga Juni 2013

0 0 36

Profil Pasien Hiv Dengan Tuberkulosis Yang Berobat Ke Balai Pengobatan Paru Provinsi (Bp4), Medan Dari Juli 2011 Hingga Juni 2013

0 0 14

Evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di balai pengobatan penyakit paru-paru (Bp4) Yogyakarta tahun 2006-2008 - USD Repository

0 0 96