dijumpai adanya hipergamaglobimenia poliklonal IgA dan IgG, hal ini menggambarkan adanya rangsangan non-spesifik terhadap sel B dalam
membentuk antibody terhadap berbagai antigen yang pernah dijumpai Matatula, 1994.
2. Uji yang Memperlihatkan Keganasan atau Infeksi Oportunistik
Adanya keganasan seperti Sarkoma Kaposi atau keganasan lain umumnya dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologi dan adanya infeksi oportunistik
dengan bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat diperiksa dengan cara biakan atau serologi Matatula, 1994.
2.3 Tuberkulosis 2.3.1 Epidemiologi
Tuberkulosis TB merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama kematian di dunia. Prevalensi
TB di Indonesia dan Negara-negara sedang berkembang lainnya cukup tinggi. Pada tahun 2006, kasus baru di Indonesia berjumlah 600.000 dan sebagian besar
diderita oleh masyarakat yang berada dalam usia produktif 15–55 tahun. Angka kematian karena infeksi TB berjumlah sekitar 300 orang per hari dan terjadi
100.000 kematian per tahun PPTI, 2012.
2.3.2 Definisi
Tuberkulosis TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri yang nama ilmiah adalah Mycobacterium tuberculosis. TB paling sering
mempengaruhi paru-paru, tetapi juga dapat melibatkan hampir semuah organ tubuh NSW Health, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Faktor Resiko 1.
Umur
Penyakit TB paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif 15- 50 tahun . Dengan terjadinya transisi demografi saat ini menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunolosis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk penyakit TB Manalu, 2010.
2. Jenis kelamin
Penderita TB cenderung lebih, tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada
sekitar 1 juta perempuan yang meninggal aicibat TB, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB
dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol
sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB. Terdapat proporsi menurut jenis kelamin,
laki-laki sebesar 54,5 dan perempuan sebesar 45,5 yang menderita TB, sebagian besar mereka tidak bekerja 34,9 dan berpendidikan rendah tidak
sekolah, tidak tamat SD, dan tamat SD sebesar 62,9 . Manalu, 2010.
3. Pekerjaan
Status pekerjaan adalah salah satu faktor resiko TB. Orang yang berpendapatan tinggi selalu berada dalam keadaan yang bersih. Maka, kurang
resiko orang berpendapatan tinggi menghidapi TB berbanding dengan orang yang berpendapatan rendah. Misalnya, pekerja di rumah sakit, pekerja di penjara,
pengatur rumah tangga, pekerja di pusat pemulihan dadah, guru dan wiraswasta
Jai Narain et.al., 2002.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor Infeksi
Beberapa faktor resiko infeksi tentu saja termasuk riwayat kontak pasien dengan TB menular, misalnya dalam pengaturan rumah tangga, penjara dan
pekerjaan tertentu, seperti kerja di rumah sakit. Perkembangan penyakit dapat difasilitasi oleh co-morbiditas, seperti:
• HIVAIDS • Diabetes atau silikosis
• Kekurangan gizi • Merokok.
• Alkoholisme • Penggunaan obat intravena
• Kemiskinan Jai Narain et.al., 2002
2.3.4 Patogenesis 1. Tuberkulosis Primer
Mycobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik
yang disebut sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivitas. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan
saluran getah bening menuju hilus limfangitis regional. Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus limfadenitis regional.
Sarang primer limfangitis local dan limfadenitis regional dikenal sebagai kompleks primer Ranke. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Kompleks primer ini selanjutnya dapat sembuh sama sekali tanpa meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik dan klasifikasi di hilus.
2. Tuberkulosis Sekunder Post-Primer
Kuman yang dormant pada TB primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa. Mayoritas reinfeksi
mencapai 90. TB sekunder terjadi karena imunitas menurun yang disebabkan
Universitas Sumatera Utara
malnutrisi, pengambilan alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS dan gagal ginjal. TB post-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di region
atas paru bagian apikalposterior lobus superior atau inferior. Invasinya adalah ke daerah parenkim paru. Terjadinya perkijuan dan kavitas adalh karena hidrlisis
protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksioleh makrofag, dan proses yang berlebihan antara sitokin dengan TNF-nya PDPI, 2006
2.3.5 Gejala Klinis
Gejala Klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala-gejala respirotarik dan gejala-gejala sistemik :
1. Gejala Respiratorik
• Batuk ≥ 2 minggu
• Batuk Darah • Sesak nafas
• Nyeri dada
2. Gejala Sistemik
• Demam • Malaise
• Keringat malam • Anorexia
• Berat badan menurun PDPI, 2006
2.3.6 Diagnosa
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TB, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah anamnesis yang baik
terhadap pasien maupun keluarganya, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
laboratorium darah, dahak, cairan otak, pemeriksaan patologi anatomi PA,
Rontgen dada dan Uji tuberkulin Werdhani, 2008. 2.3.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium melibatkan darah, sputum, tes tuberculin, serologi, Enzymlinked immunosorbent assay ELISA, Mycodot dan Uji
peroksidase anti peroksidase PAP
1. Darah
Pada saat TB baru aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih di bawah
normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah
mulai turun kea rah normal lagi Israr, 2009.
2. Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman basil tahan asam BTA, diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Di samping itu,
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan
mikroskopis biasa terdapat kuman BTA tetapi pada biakan hasilnya negative. Ini terjadi pada fenomen dead bacilli atau non culturable bacilli yang disebabkan
keampuhan panduan obat anti TB OAT jangka pendek yang cepat mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.
Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan menggunakan skala IUATLD International Union Against Tuberculosis and Lung Disease.
a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang, disebut 1+ b. Ada 1 - 9 BTA dalam 100 lapangan pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan. c. Ada 1 – 99 BTA per 100 lapangan pandang, disebut 2+
Universitas Sumatera Utara
d. Ada 1 – 10 BTA per lapangan pandang, disebut 3+ Penulisan gradasi hasil bacaan penting untuk menunjukkan keparahan penyakit,
derajat penularan dan evaluasi pengobatan Israr, 2009.
3. Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis TB terutama pada anak-anak balita. Biasanya dipakai tes Mantoux
yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc teberkulin P.P.D Purified Protein Derivative intrakutan berkekuatan 5 T.U Intermediate Strength. Hasil tes Mantoux ini
dibagi dalam : a.
Indurasi 0-5 mm diameternya: Mantoux negative = golongan non sensitivity.
b. Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. c. Indurasi 10-15 mm: Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity
Untuk penderita dengan HIV positif, test Mantoux ± 5 mm, dinilai positif Israr, 2009.
4. Serologi
Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda antara lain : a.
Enzym linked immunosorbent assay ELISA Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respon humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. b.
Mycodot Uji ini mendeteksi antibody antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan LAM yang direkatkan pada suatu alat yang yang berbentuk sisir plastik. Sisir
plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum penderita, bila di dalam serum tersebut terdapat antibody spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai yang sesuai dengan aktivitas penyakit maka akan timbul perubahan warna pada sisir yang dapat dideteksi dengan mudah.
c. Uji Peroksidase Anti Peroksidase PAP
Universitas Sumatera Utara
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi Israr, 2009.
2.3.8 Penatalaksanaan
Penyakit tuberkulosis TB merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan yang cukup memprihatinkan. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Depkes RI, tercatat bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskuler jantung
dan pembuluh darah dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia; dan merupakan penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
Masalah yang timbul pada penyakit ini disebabkan jumlahnya penderitanya yang banyak dan penyebaran penyakitnya yang mudah melalui kuman yang
dibatukkan oleh penderita ke udara – lihat topik terkait. Selain itu masalah yang terpenting adalah tingkat kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang rendah.
Hal ini timbul karena umumnya penderita menghentikan pengobatannya ketika mereka sudah tidak merasakan gejala penyakitnya dan menganggap bahwa
penyakitnya telah sembuh, padahal penyakit ini memerlukan pengobatan jangka panjang yang teratur. Jangka waktu pengobatannnya tergantung kepada kategori
penyakit yang dideritanya sesuai anjuran dokter yang memeriksa. Menurut Program Pemberantasan TB paru , tujuan pengobatan tuberkulosis
dengan Obat anti TB OAT jangka pendek adalah memutuskan rantai penularan dengan menyembuhkan penderita tuberkulosis paling sedikit 85 dari seluruh
kasus tuberkulosis BTA positif yang ditemukan dan mencegah resistensi kuman yang kebal terhadap OAT. Obat anti TB OAT harus diberikan dalam
kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid membunuh kuman dengan atau tanpa obat ketiga. Dasar pemberian obat ganda adalah karena selalu
didapatkan kuman yang sejak semula resisten kebal terhadap salah satu obat pada kuman yang sensitif.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pemberian OAT antara lain membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif lihat topik mengenai pemeriksaan penunjang TB secepat
mungkin melalui efek bakterisid, mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi kemampuan membunuh kuman
khusus yang tumbuhnya lambat., menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis kekebalan tubuh.
Panduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan tambahan. Jenis obat utama yang digunakan adalah Rifampisin R, INH H, Pirazinamid
Z, Streptomisin S, dan Etambutol E. Obat – obat tersebut bersifat bakterisid kecuali untuk etambutol yang bersifat bakteriostatik menekan pertumbuhan
kuman. Jangka waktu pengobatan minimal dilakukan selama 6 enam bulan. Pemberian OAT jangka panjang terkadang dapat memberikan efek samping
dari obat yang diminum. OAT golongan pertama dan efek sampingnya, antara lain:
1. Isoniazid INH : efek sampingnya berupa neuritis perifer radang saraf tepi untuk pencegahan harus diberikan suplemen vitamin B6, gangguan
fungsi hati, alergi obat 2. Rifampisin : efek sampingnya berupa hepatitis drug induced radang hati
yang dipicu oleh obat. Masalah yang paling menonjol dan dapat menyebabkan kematian. Hepatitis jarang terjadi pada pasien dengan fungsi
hati normal, tetapi penyakit-penyakit hati kronik, alkoholisme dan usia lanjut dapat meningkatkan angka kejadiannya. Flu-like Syndrome,
Sindrom Redman disebabkan dosis yang berlebihan, terdapat kerusakan hati yang berat, warna merah terang pada urin, air mata, ludah dan kulit.
3. Etambutol : efek sampingnya berupa Neuritis optic peradangan pada saraf mata, merupakan efek samping terpenting, yang berupa penurunan tajam
penglihatan dan buta warna merahhijau. Goutpirai meningkatnya asam urat dalam darah. Lain-lain : gatal, nyeri sendi, nyeri epigastrik ulu hati,
nyeri perut, malaise lemah-lesu, sakit kepala, linglung, bingung, halusinasi.
Universitas Sumatera Utara
4. Pirazinamid : efek sampingnya berupa gangguan hati efek samping tersering dan terserius, goutpirai meningkatnya kadar asam urat dalam
darah, lain-lain : artralgia sakit pada sendi, anoreksia tidak nafsu makan, mual-muntah, disuria sulit berkemih, malaise, demam.
5. Streptomisin : efek sampingnya berupa alergi obat, gangguan keseimbangan seperti sempoyongan, vertigo sakit kepala berputar dan
tuli, dapat menurunkan fungsi ginjal., rasa baal di muka Kunci utama keberhasilan adalah keyakinan bahwa penderita TB minum
semua obatnya sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan. Artinya harus ada seseorang yang ikut mengawasi atau memantau penderita saat dia minum obatnya.
Inilah dasar strategi DOTS. Strategi DOTS Direct Observed Treatment Short-Course Chemotherapy,
terbukti efektif sebagai strategi penanggulangan TB. Strategi DOTS ini telah diadopsi dan dimanfaatkan oleh banyak negara dengan hasil yang bagus, termasuk
di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci:
1. Komitmen politis.
Dengan keterlibatan pimpinan wilayah, TB akan menjadi salah satu prioritas utama dalam program kesehatan, dan akan tersedia dana yang sangat diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan strategi DOTS
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
Mikroskop merupakan komponen utama untuk mendiagnosa penyakit TB melalui pemeriksaan dahak lansung pada penderita tersangka TB.
3. Pengawas Minum Obat PMO
PMO ini yang akan ikut mengawasi penderita minum seluruh obatnya. Keberadaan PMO ini untuk memastikan bahwa penderita betul minum obatnya
dan bisa diharapkan akan sembuh pada masa akhir pengobatannya. PMO haruslah orang yang dikenal dan dipercaya oleh penderita maupun oleh petugas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Mereka bisa petugas kesehatan sendiri, keluarga, tokoh masyarakat maupun tokoh agama.
4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu.
Panduan OAT jangka pendek yang benar, termasuk dosis dan jangka waktu pengobatan yang tepat sangat penting dalam keberhasilan pengobatan penderita.
Kelangsungan persediaan panduan OAT jangka pendek harus selalu terjamin.
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
Pencatatan dan pelaporan ini merupakan bagian dari sistem survailans penyakit TB. Dengan rekam medik yang dicatat dengan baik dan benar akan bisa
dipantau kemajuan pengobatan penderita, pemeriksaan follow up, sehingga akhirnya penderita dinyatakan sembuh atau selesai pengobatannya Fachrial,
2008.
2.3.9 Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah : - Batuk darah
- Pneumotoraks - Luluh paru
- Gagal napas - Gagal jantung
- Efusi pleura
2.3.10 Pencegahan
TB adalah penyakit yang dapat dicegah. Pengujian kulit PPD untuk TB digunakan di populasi beresiko tinggi atau pada orang yang mungkin telah terkena
Universitas Sumatera Utara
TB, seperti pekerja kesehatan. Tes kulit positif menunjukkan pajanan TB dan harus melakukan ujian lanjutan jika tes pertama negatif. Pengobatan dini sangat
penting dalam mengendalikan penyebaran TB dari orang-orang yang memiliki penyakit TB aktif kepada mereka yang tidak pernah terinfeksi TB. Beberapa
Negara dengan tingginya insiden TBC menyediakan vaksinasi BCG untuk masyarakat supaya mencegah TB Youmans, 1975.
2.4 Koinfeksi TB-HIV 2.4.1 Epidemiologi
Menurut data Global Report WHO 2013 menunjukkan 1,3 juta orang meninggal karena TB, termasuk 320 ribu kematian di antara orang dengan HIV
positif. Resiko terkena TB diperkirakan antara 12-20 kali lebih besar pada penderita HIV dibandingkan tanpa infeksi HIV. Diperkirakan pada tahun 2012
dari 8,7 juta kasus baru TB, sebanyak 1,1 juta orang adalah HIV positif. Di Indonesia, TB merupakan tantangan bagi pengendalian AIDS karena
merupakan infeksi penyerta yang sering terjadi pada ODHA 31,8. WHO memperkirakan jumlah pasien TB dengan status HIV positif di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 7,5, terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang hanya 3,3 Harun M et.al., 2014.
2.4.2 Definisi
HIVAIDS dan Tuberkulosis TB, saat ini merupakan masalah kesehatan global. TB merupakan infeksi oportunistik paling sering terjadi pada penderita
HIVAIDS di dunia. Mycobacterium tuberkulosis adalah agen menular yang dapat muncul sebagai reaktivasi infeksi laten pada pasien imunokompromais atau
sebagai infeksi primer setelah penularan dari orang ke orang pada berbagai stadium HIV. Tuberkulosis adalah penyebab kematian pada 13 orang dengan
infeksi HIV
Permitasari D.A, 2012
Universitas Sumatera Utara